visitaaponce.com

Pasar Daring Tradisional Inovasi Belanja Aman


PASAR tradisional masih menjadi pilihan masyarakat untuk belanja pangan dan kebutuhan hidup. Berdasarkan survei Nielsen di sejumlah kota besar di Indonesia pada pertengahan 2020, 58% masyarakat di Tanah Air lebih memilih berbelanja di pasar-pasar tradisional.

Namun, pandemi covid-19 yang juga melanda Indonesia sejak 2020, membuat aktivitas berbelanja di pasar tradisional ikut terkena dampaknya. Menjadi tempat yang mempertemukan secara langsung penjual dengan pembeli meningkatkan risiko penyebaran virus korona.

Di lain sisi, pasar tradisional tetap harus berjalan guna menjaga kelangsungan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan pokok. Ada jutaan pedagang yang menggantungkan penghidupan di pasar-pasar rakyat, umumnya pelaku ekonomi kecil dan mikro. Upaya penanggulangan pandemi seharusnya tidak justru menambah beban mereka.

Tantangan itulah yang mendorong kami bersama Achniah Damayanti, Matahari Farransahat, Rindu Firdaus, dan Istianto Ari Wibowo yang tergabung dalam Tim Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada (UGM) memutuskan untuk mengembangkan model belanja daring. Cara ini sejalan dengan kebijakan larangan berkerumun di masa pandemi.

Pasar Sambilegi di Desa Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, yang menampung 300 pedagang dipilih karena dekat dengan kampus dan letaknya tergolong padat penduduk. Kami mengembangkan Pasar Sambilegi Daring yang bisa diakses melalui situs Pasarsambilegi.id.

 

 

Replikasi di Pasar Kolombo

Setelah Pasar Sambilegi Daring sukses diluncurkan Juli 2020, tim dibantu peneliti Awan Santosa mengembangkan program serupa di Pasar Kolombo, juga di Sleman, bekerja sama dengan pemerintah Kelurahan Condongcatur. Dalam perkembangannya, Pasarkolombo.id mengalami progres yang lebih baik jika dibandingkan dengan Pasarsambilegi.id.

Sebagai gambaran, di awal peluncuran transaksi di Pasarsambilegi.id bisa mencapai 6-7 pemesanan setiap hari. Namun, sekarang rata-rata hanya satu pesanan saban dua hari. Kondisi ini kemungkinan besar terjadi karena sebagian area layanan Pasarsambilegi.id bukan area konsumen atau permukiman, melainkan bandara.

Kondisi berbeda dengan Pasarkolombo.id yang mencatat pemesanan lewat daring cukup baik. Itu karena lokasi pasar dekat dengan masyarakat perumahan dan lingkupnya lebih ke urban.
Sebagai sebuah inovasi, model pembelanjaan daring Pasarsambilegi.id masih sangat awal untuk dapat dinilai. Selain waktu dan terbatasnya dukungan dana, peran operator juga turut berpengaruh. Para operator Pasar Kolombo ialah generasi yang lebih muda ketimbang di Pasar Sambilegi sehingga proses adaptasi pemanfaatan teknologi digital jauh lebih cepat.

 

 

Demokrasi ekonomi belanja daring

Pengembangan Pasarsambilegi.id membutuhkan waktu empat bulan (April-Juli 2020) hingga bisa digunakan pedagang dan pembeli. Platform dikembangkan dengan melibatkan pedagang dan paguyuban pedagang. Keterlibatan pedagang dimulai sejak produk di web platform, sosialisasi dan edukasi model belanja daring, hingga tahap pemasaran.

Dalam tahap pemasangan produk, semua barang jualan pedagang pasar memiliki kesempatan yang sama untuk tampil di web platform. Karenanya, produk milik para pedagang juga memiliki peluang yang serupa untuk dipilih konsumen.
Pengelolaan pemesanan produk juga dilakukan melalui paguyuban pedagang. Setiap pemesanan dikelola berdasarkan pemesanan dan prinsip keadilan sehingga tidak akan ada pedagang yang merasa diistimewakan. Untuk kegiatan operasional dan pengantaran barang dilakukan tim khusus, yaitu anggota prakoperasi (paguyuban) pedagang Pasar Sambilegi.

Untuk mendukung kesuksesan model belanja daring ini, tim peneliti mengembangkan kemitraan dengan Dinas Perindustrian Perdagangan Sleman, lembaga yang memayungi Pasar Sambilegi. Kegiatan promosi dan sosialisasi secara online (media sosial) dan offline terus dilakukan agar keberadaan model belanja ini dikenal masyarakat.
 


Tantangan sosial 

Berdasarkan asesmen cepat yang dilakukan pada Juni 2020 di Pasar Sambilegi, tim peneliti bekerja sama dengan Fisipol UGM memperoleh gambaran permasalahan terkait dengan model belanja daring. Temuan dijadikan dasar untuk pengembangan model belanja daring berbasis web Pasarsambilegi.id di Pasar Sambilegi.

Pertama, menyangkut kesiapan sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini pedagang pasar dan konsumen, dalam mengadopsi model belanja daring. Walaupun aplikasi grup Whatsapp cukup populer dimanfaatkan, umumnya pedagang dan pembeli secara kultur lebih senang berinteraksi secara langsung.

Kedua, dukungan sarana dan prasarana yang belum sama. Tidak semua pasar memiliki jaringan internet yang memadai sehingga menyulitkan proses transaksi. Standar gawai pedagang pun tidak sama, mayoritas pedagang generasi lama tidak punya akses ke smartphone. Pedagang juga mengeluhkan biaya kurir yang cukup mahal dari harga barang.
Ketiga, apabila pemusatan tata kelolanya ini tidak disertai dengan perluasan pemihakan atau partisipasi warga pasar, model belanja ini berpotensi merusak sendi-sendi kolektivitas dan atau modal sosial di pasar-pasar rakyat.

Dalam proses pengembangan model belanja daring, tim peneliti juga menemukan sejumlah catatan. Kegiatan pendampingan secara offline bersama pedagang, misalnya, ialah satu hal yang sulit dilaksanakan. Padahal, persoalan literasi digital di kalangan pedagang dan masyarakat membutuhkan pendampingan yang intens.

Salah satu pola pendampingan yang dikembangkan ialah Sekolah Pasar. Sekolah Pasar di Pasar Sambilegi berjalan sejak 2013, hasil kerja sama Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dengan Pemerintah Kabupaten Sleman. Pasar ini juga menjadi lokasi KKN mahasiswa.

Sekolah pasar menawarkan pola penguatan kapasitas pedagang secara individual ataupun kolektif. Model pembelajaran juga dimaksudkan untuk memperbaiki tatanan yang berpihak kepada partisipasi pedagang pasar secara institusional.
Dengan demikian, Sekolah Pasar merupakan suatu bentuk model pengembangan kapasitas SDM dan kelembagaan pasar. Di dalamnya terdapat beberapa instrumen, mulai kurikulum hingga metode peningkatan kapasitas stakeholder.
Pengetahuan yang dikembangkan melalui Sekolah Pasar juga disesuaikan dengan konteks kebutuhan. Pendek kata, model belanja daring menguntungkan para pihak yang terlibat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

 

 

Mengatasi hambatan

Pengembangan model belanja daring ini merupakan salah satu tawaran yang perlu menjadi agenda kebijakan pemerintah mengingat pandemi belum jelas kapan akan berakhir. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian jika model jual-beli ini akan dikembangkan ke depan.

Penguatan paguyuban dan peningkatan kapasitas pengelola dan masyarakat suatu keniscayaan. Literasi digital mesti menjadi program yang dijalankan secara serius diiringi proses promosi dan sosialisasi. Dukungan dari pemerintah daerah suatu hal yang penting.

Model belanja daring pada hakikatnya tidak sekadar berperan dalam mengatasi dampak pandemi covid-19, tetapi juga berperan strategis di dalam menangkap peluang konsumen-konsep milenial untuk membeli produk-produk di pasar rakyat. (*/Hym)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat