visitaaponce.com

Sanggar Senja Perjuangkan Pendidikan dan Identitas Anak-Anak Jalanan

Sanggar Senja Perjuangkan Pendidikan dan Identitas Anak-Anak Jalanan
Pendiri dari Yayasan Sanggar Senja di Cibinong Adi Supriyadi(Dok. Instagram Sanggar Senja Cibinong)

PADA hati terdalam seseorang kepedulian dan rasa iba terhadap anak-anak yang hidup di jalanan tentu pasti sangat tinggi namun rasa tersebut hanya berhenti pada perasaan dan dikonversi dalam bentuk pemberian sumbangan.

Lain halnya dengan Adi Supriyadi yang merupakan pendiri dari Yayasan Sanggar Senja di Cibinong, Jawa Barat. Adi merupakan satu dari segelintir orang yang mendirikan rumah untuk para anak jalanan agar bisa tidur nyenyak di malam hari dan memperjuangkan hak-haknya mendapatkan pendidikan dan identitas.

Yayasan Sanggar Senja Cibinong adalah tempat berkumpulnya anak-anak jalanan yang terbuang dan kaum marjinal yang dibantu dalam bentuk pendidikan tanpa membedakan agama. Karena anak-anak tersebut sangat rentan pada pendidikan karena merak tidak seperti anak-anak pada umumnya yang memiliki keluarga normal, memiliki kartu keluarga, identitas, NIK, atau akta kelahiran.

Baca juga: Mensos Beri Perlidungan Anak Disabilitas Korban Kekerasan di Balai Kemensos

"Anak jalanan tidak seperti itu, mereka tidak memiliki identitas dalam data base sehingga bagaimana mungkin mendapatkan bantuan dari pemerintah. Meskipun pihak swasta mau kasih bantuan pasti mikir-mikir karena tidak ada identitas," kata Adi.

Krisis identitas yang dialami oleh anak-anak jalanan diperjuangkan oleh Adi dan sanggarnya. Adi mengaku sebelum pandemi terjadi sanggarnya telah menerbitkan 120 akta kelahiran dari anak jalanan dengan mengatasnamakan anak ibu dan anak negara.

"Sehingga Sanggar Senja ada wujud apresiasi kami para mantan anak jalanan yang ingin membantu anak-anak jalan yang masih ada dalam hal pendidikan. Karena anak jalanan jika dikasih pendidikan maka Inshaallah akan berubah," ujarnya.

Saat ini Sanggar Senja telah memiliki sekolah meski Paket, B, dan C khusus anak-anak yang pernah putus sekolah dan untuk yang formal 50 anak jalanan disekolahkan di sekolah swasta di sekitar Cibinong. Karena tidak memiliki identitas maka jaminan anak-anak ini adalah Yayasan Sanggar Senja dengan pemilik yayasan sekolah.

Jaminannya adalah dalam 2 tahun ke depan Adi wajib menerbitkan data base NIK, KTP, dan akta kelahiran anak-anak jalanan yang sudah diceburkan di sekolah formal. Karena syarat Data Pokok Pendidikan anak harus memiliki NIK.

Saat ini yang menetap dan tinggal di Sanggar Senja sebanyak 22 anak dan yang sekitar 130 anak sehingga ini menjadi cita-cita besar memperoleh hak pendidikan dan identitasnya. Sebanyak 22 anak itu yang ingin mengikuti agenda dari Sanggar Senja, tapi selebihnya anak yang dari luar itu yang mendapatkan akses pendidikan dari sanggar.

"Yang kita hadapi ini anak-anak bandel. Tapi saya yakin mereka pasti bisa berubah dengan memberikan pendidikan akhlakul karimah. Anak-anak yang tidak punya ibu bapak atau dibuang di pasar tapi mereka harus disayang. Saya ingin mengurangi populasi anak-anak jalanan karena saya ingin mereka memiliki pendidikan dan mengurangi tindak kriminal di jalan," ungkapnya.

Baca jugaCegah Covid-19, Pengemudi Online Dapat Bantuan 5.000 Paket Sanitasi

Setiap anak di sanggarnya memiliki kisah memilukan. Adi menceritakan ada anak yang dari Bali hendak dijual Rp20 juta tiba-tiba tidak laku karena pandemi karena akses mobilitas masyarakat yang terhenti. Kemudian anak tersebut di buang di Air Mancur Bogor pukul 19.00 WIB. Anak tersebut mencari sang ibu semalaman sampai pagi-pagi anak itu tertidur di sebuah warung dan ditemukan oleh orang.

Setelah itu diserahkan ke dinas sosial dan kemudian mau dipindahkan ke Bandung. Namun sebelum dipindahkan Adi menyelamatkan anak tersebut dahulu. Dan setelah 1 tahun berjalan sanga bapak/ibu pun tidak ada kabar untuk mencari keberadaannya.

"Lain lagi anak dari Papua yang tidak tahu orang tuanya kemudian dipelihara oleh orang yang suka memukulinya untuk jadi pengemis. Ketemu saya (Adi) Inshaallah bisa berubah dan Alhamdulillah sudah bisa baca tulis dengan kesabaran, jadi anak di sini memiliki background berbeda-beda," pungkasnya. (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat