visitaaponce.com

Badan Riset dan Investasi Nasional Kukuhkan Empat Profesor Riset

Badan Riset dan Investasi Nasional Kukuhkan Empat Profesor Riset
Ilustrasi(Antara)

MAJELIS Profesor Riset mengukuhkan empat profesor riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Kamis (23/12). Dengan dikukuhkannya keempat profesor riset tersebut menambah jumlah profesor pada tingkat nasional menjadi 7.833 orang.

Keempat profesor riset yang dikukuhkan tersebut yakni Prof. Irtanto dari Balitbangda Provinsi Jawa TImur,  Prof. Agus Haryono dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik, Prof. Siswanto dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Humaniora, dan Prof. Muhammad Rokhis Khomaruddin dari Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan untuk menjadi seorang profesor tidaklah mudah, ketekunan dan semangat yang tinggi dalam melakukan riset menjadi kunci keberhasilan. “Semangat dan selalu fokus dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang periset menjadi modal utama untuk dapat meraih prestasi hingga menjadi profesor,” kata Handoko, Kamis (23/12).

Kepada mereka yang dikukuhkan, Handoko berpesan agar mampu membina para periset di bawahnya untuk dapat bekerja lebih baik sehingga penelitian yang dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian di masa mendatang, kualitas SDM iptek BRIN terus meningkat dan mampu bersaing dengan para periset di tingkat global.

Dalam orasinya, Profesor ke-626, Irtanto dari bidang Politik menjelaskan perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi telah melahirkan otonomi daerah. Otonomi daerah diharapkan dapat memelihara hubungan yang serasi, baik antara pusat dan daerah maupun antardaerah. Sehingga dapat meningkatkan pembangunan daerah dan kinerja birokrasi pelayanan publik.

“Namun, dalam pelaksanaannya, otonomi daerah justru menimbulkan berbagai konflik antar daerah otonom kabupaten/kota dan konflik internal daerah otonom,” ujar Irtanto.

Menurutnya, konflik dalam otonomi daerah perlu direspons dengan penyelesaian konflik dan perlu dikonstruksi demi masa depan kelangsungan pemerintahan daerah. Penanganan konflik perlu melibatkan pihak yang berkonflik dengan mempertimbangkan win-win solution untuk mengakomodasi semua kepentingan.

Profesor ke-627, Agus Haryono Bidang Kimia Makromolekul, dalam orasinya menjelaskan isu permasalahan sampah yang timbul akibat dari pemakaian plastik yang tidak ramah lingkungan. Fenomena mikroplastik yang mencemari lautan Indonesia mengakibatkan juga cemaran terhadap biota laut yang bersifat karsinogen. Ini menjadikan bukti pentingnya pengembangan kemasan ramah lingkungan.

“Minyak kelapa sawit dan biomassa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku biopolimer, biokomposit, dan bioaditif. Melalui proses modifikasi struktur makromolekul yang tepat, aplikasi menjadi optimal pada kemasan, dan pelapis yang ramah lingkungan,” jelasnya.

Sifat termal, sifat mekanik, dan sifat biodegradasi pada biopolimer sawit dapat dikontrol secara optimum menjadi material yang berkinerja tinggi. Dengan berbasis riset dan inovasi, minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan baku polimer yang ramah lingkungan.

Sedangkan Profesor ke-628, Siswanto pakar bidang Ilmu Politik menyampaikan orasi masalah perubahan kebijakan luar negeri AS dalam sengketa Irian Barat dari pasif netral  menjadi aktif mediasi. Hal itu dipengaruhi oleh faktor internal dan dan eksternal, disamping itu Model Aktor Rasional (MAR)  dan Model Pilihan Rasional (MPR) dinilai kandidat menjadi konsep yang relevan untuk memahami pengambilan keputusan yang menghasilkan perubahan kebijakan AS dalam sengketa Irian Barat.

“Faktor internal adalah rekomendasi para elite dan pergantian pejabat di era Presiden Kennedy. Faktor eksternal adalah meningkatnya eskalasi konflik Irian Barat pada awal tahun 1962 sehingga berpotensi menjadi perang terbuka dan masuknya pengaruh Uni Soviet ke Indonesia,” ucapnya.

Profesor ke-628, Muhammad Rokhis Khomaruddin pakar Bidang Teknologi Penginderaan Jauh Dan Geomatika, menyampaikan orasi tentang deteksi permasalahan lingkungan. Hal itu difokuskan pada pemanfaatan data penginderaan jauh yang selanjutnya dapat digunakan untuk mitigasi bencana. Dengan dukungan teknologi, riset model simulasi perubahan lingkungan juga dapat memecahkan masalah akurasi dan uncertainty dapat diselesaikan.

“Hasil model simulasi berbasis penginderaan jauh tidak hanya dapat memperkirakan potensi bencana di masa mendatang, tetapi dapat juga memperkirakan penyebab terjadi bencana dan memperkirakan potensi jumlah korban jiwa terhadap suatu bencana. Penerapan model simulasi telah dilakukan untuk DKI Jakarta dengan performa baik,” kata Rokhis.(H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat