Kemen PPPA Perkawinan Anak Berisiko Kelahiran Bayi Stunting
![Kemen PPPA : Perkawinan Anak Berisiko Kelahiran Bayi Stunting](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/01/58690b0ae7c260ecfa20894b5b82e78a.jpg)
DEPUTI Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Agustina Erni menuturkan persoalan stunting masih menjadi isu nasional yang mengancam pemenuhan hak dasar anak.
Erni menegaskan Pemerintah telah menetapkan target untuk menurunkan angka stunting minimal menjadi 14 persen pada 2024.
Dalam mendukung upaya tersebut, KemenPPPA telah melakukan koordinasi intensif dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting melalui program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak, Desa Bebas Stunting, dan Kampung Keluarga Berkualitas.
Baca juga: Tahun Baru Imlek, Menag Doakan Semua Hidup Harmoni, Damai dan Sejahtera
“Pencegahan dan penanganan stunting merupakan wujud dari pemenuhan hak dasar anak, yaitu hak hidup, tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan, dan partisipasi. Jika seluruh pihak memperkuat sinergi dan bergerak bersama, maka penyelesaian masalah stunting bukanlah hal yang mustahil. Untuk itu, mari kita bangun sinergi dan kolaborasi untuk mewujudkan pemenuhan hak anak agar terbebas dari stunting” ujar Erni dalam keterangan tertulis, Minggu (30/1).
Terkait upaya KemenPPPA, Erni menjelaskan sebagai instansi pengampu isu perempuan dan anak yang erat kaitannya dengan permasalahan gizi ibu, remaja perempuan, dan anak, KemenPPPA telah banyak bersinergi untuk melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan isu stunting.
“Kami telah melakukan relaunching Gerakan Bersama Pencegahan Perkawinan Anak bersama 17 Kementerian/Lembaga. Selain itu, terdapat pembentukan Model Kampung Anak Sejahtera (KAS) yang bertujuan untuk meningkatkan peran keluarga dalam memenuhi hak anak atas kesehatan dan kesejahteraan melalui kegiatan penguatan pengetahuan serta keterampilan di bidang pangan dan gizi untuk tumbuh kembang anak. Program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak juga menjadi fokus kami saat ini,” jelas Erni.
Erni menambahkan selama ini KemenPPPA juga telah melakukan berbagai upaya pencegahan melalui Pelayanan Publik Ramah Anak, diantaranya dengan membentuk PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) untuk mengedukasi keluarga di Indonesia dengan memasukan muatan isu stunting ke dalamnya.
Edukasi dilakukan kepada anak-anak Indonesia melalui pentingnya pemenuhan gizi dan stunting kepada Forum Anak yang tersebar di 32 Provinsi dan 416 Kabupaten/Kota.
Baca juga: Pemerintah Mulai Proses Konsinyering Pembahasan RUU TPKS
“Pengasuhan anak yang baik dan pemenuhan hak mereka juga merupakan kunci utama untuk mencegah stunting. Praktik pengasuhan memiliki peran penting dalam peningkatan perkembangan anak. Adanya interaksi antara orang tua dan anak memberi stimulasi perkembangan secara optimal. Oleh karena itu, tugas mengasuh dan memastikan pemenuhan hak anak bukan hanya ibu, akan tetapi ayah dan keluarga anak tersebut. Bagi para ayah, kita harus dapat bersama-sama menyuarakan pentingnya kesetaraan gender dalam pengasuhan. Ayah sebagai kepala keluarga, harus dapat membangun empati, berpartisipasi aktif dalam mengambil keputusan, mempunyai sikap positif, dan juga mempunyai pengetahuan luas tentang pengasuhan anak,” ujar Erni.
Banyak faktor yang menyebabkan stunting pada anak, selain pemenuhan gizi seimbang pada ibu dan bayi, isu perkawinan anak juga memiliki kaitan dengan isu stunting. “Kami berupaya melakukan pencegahan perkawinan anak pada daerah yang tinggi angka perkawinan anaknya dan pada saat yang bersamaan kami menekankan edukasi terkait stunting. Hal ini dikarenakan perkawinan di usia anak sangat berpotensi meningkatkan risiko melahirkan anak-anak yang stunting,” ungkap Erni.
Lebih lanjut, Erni mengatakan ke depannya Kemen PPPA berkolaborasi dengan BKKBN akan melibatkan peran Forum Anak sebagai Pelapor dan Pelopor (2P) dan duta Generasi yang Punya Rencana (GenRe) untuk menyosialisasikan program terkait pemenuhan hak anak yang dikemas menarik dan bersifat millenial kepada teman-teman seusianya di seluruh Indonesia.
“Forum Anak merupakan agen perubahan sebagai pelopor dan pelapor dalam menyosialisasikan berbagai isu terkait anak, khususnya dalam mencegah stunting, seperti pendidikan kesehatan reproduksi, pemenuhan gizi, pencegahan perkawinan anak di tingkat akar rumput, baik kepada sesama anak maupun keluarga,” tutup Erni. (H-3)
Terkini Lainnya
Kebahagiaan Keluarga Indonesia Tinggi, Sosiolog: Ukurannya bukan Materi
Menko PMK: Perlu Kerja Keras Siapkan GenZ dan Gen Alfa Sambut Indonesia Emas 2045
BKKBN: Indeks Kebahagiaan Keluarga Indonesia Tinggi Meskipun Belum Mandiri
Harganas ke-31, Sejumlah Kepala Daerah Mendapat Penghargaan dari Presiden Jokowi
Ketua TP PKK Kota Cilegon Hany Seviatry Raih Penghargaan Tertinggi dari BKKBN
BKKBN: Pendataan Bayi Stunting sudah Selesai Dilakukan
Angka Stunting di Kota Padang Tembus 1.598 Kasus
Sukses Tangani Stunting, Pemkab Klungkung Terima Penghargaan dari Kemenkes
5,8 Juta Balita Alami Masalah Gizi
Pemkot Bandung Targetkan Angka Tengkes 14% Tahun ini
Kolaborasi Turunkan Angka Stunting lewat 100 Hari Pendampingan Gizi
Pemerintah Perlu Ambil Peran untuk Ciptakan Keluarga yang Positif
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap