visitaaponce.com

Kasus Malaria di Sejumlah Wilayah Alami Peningkatan

Kasus Malaria di Sejumlah Wilayah Alami Peningkatan 
Ilustrasi nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria.(AFP)

KASUS malaria di daerah endemi mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun lalu. Di antaranya, Sumatra Utara yang meningkat 1.531 kasus menjadi 2.529 kasus, dari sebelumnya 998 kasus pada 2020.

Lalu, peningkatan juga terjadi di Lampung sebanyak 132 kasus, dari semula 424 kasus pada 2020 menjadi 556 pada 2021. Selain itu, di NTB meningkat 114 kasus dari yang tadinya 247 kasus pada 2020 menjadi 351 pada 2021.

"Di Papua cukup tinggi peningkatan kasusnya, yakni hingga 26.880 kasus menjadi 243.721, dari yang tadinya 216.841 kasus pada 2020," jelas  Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto, Minggu (6/2).

Baca juga: Waspadai Potensi Peningkatan Kasus DBD Hingga April

Kementerian Kesehatan memiliki target eliminasi malaria sepenuhnya pada 2030. Pencapaian eliminasi malaria dilakukan secara bertahap. Mulai dari kasus terakhir penularan setempat pada 2025, semua provinsi mencapai eliminasi malaria pada 2028, hingga Indonesia mencapai eliminasi pada 2030. 

Meskipun ada pandemi covid-19, lanjut dia, target tersebut tidak akan berubah. "Rencana eliminasi malaria tetap secara nasional pada 2030. Setiap tahunnya selalu ada target kabupaten/kota yang mendapatkan sertifikasi eliminasi," paparnya. 

"Bahkan di 2021 kemarin, target yang ditetapkan 345 kabupaten/kota yang eliminasi, kami mencapai dan melebihi target, yaitu 347 kabupaten/kota yang eliminasi," sambung Didik.

Baca juga: Sebanyak 5,5 Juta Masyarakat Indonesia Telah Disuntik Booster

Dalam upaya mencapai eliminasi malaria pada 2030, salah satu strategi pemerintah pusat adalah mendorong komitmen pemerintah daerah, khususnya daerah endemis tinggi. Itu dalam hal pengendalian malaria, serta dukungan aktif dari segenap pemangku kepentingan dan masyarakat lokal.

Meningkatnya kasus penyakit tular vektor dikatakan pakar kesehatan masyarakat Kementerian Kesehatan Malaysia Rohaida Ismail, disebabkan perubahan iklim akibat pemanasan suhu global. Salah satu vektor penyakit yang beresiko tinggi di kawasan Asia adalah nyamuk. 

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kawasan Asia memiliki jumlah kematian akibat kasus penyakit malaria dan demam berdarah tertinggi nomor 2 setelah Afrika. Jika tidak ada upaya mengawal perubahan iklim, angka kematian akibat malaria dan demam berdarah bisa mencapai 2.700 jiwa dalam setahun.(OL-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat