visitaaponce.com

Dokter Siloam Hospitals Bagikan Tips Pantau Tumbuh Kembang Anak

Dokter Siloam Hospitals Bagikan Tips Pantau Tumbuh Kembang Anak
Siswa kelas 1 SD Muhammadiyah 28 Jakarta mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jaruh (PJJ) di Jakarta.(ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

DUA tahun perjalanan pandemi covid-19 telah memberikan dampak yang cukup besar, terutama bagi pembelajaran anak. Aktivitas yang awalnya dilakukan secara tatap muka, kini harus disesuaikan dengan sistem daring.

Tentunya, aktivitas tersebut menuntut peran orangtua dalam memantau tumbuh kembang anak. Melihat pada kondisi tersebut, Siloam Hospitals Semarang turut berkontribusi dengan mengadakan sesi Instagram Live.

“Walaupun tidak dilakukan secara tatap muka, namun pembelajaran daring tetap harus dilakukan secara maksimal, karena tumbuh kembang anak selama dua tahun (pandemi) ini tetap harus berjalan sesuai usianya,” tutur dr. Puni Oktisari, Sp. A., dokter spesialis anak di Siloam Hospitals Semarang dalam keterangan pers, Sabtu (12/3)

dr.Puni Oktisari menambahkan, orang tua memegang peranan penting dalam hal tersebut. 

Tak dapat dipungkiri, orangtua memiliki peran penting untuk mendukung anak menjalani kegiatan belajar di rumah, terutama bagi anak-anak yang masih berada pada jenjang TK, SD, dan SMP.

Anak-anak pada jenjang tersebut masih perlu dibantu untuk lebih fokus dan semangat dalam menciptakan suasana belajar.

Dengan pendampingan yang dilakukan secara tepat, orangtua dapat mengawasi dan memantau tumbuh kembang anak selama pandemi.

Sembilan tips memantau tumbuh kembang anak selama pembelajaran daring

Patut diingat akan pendampingan pada anak tidak selalu berjalan lancar. Kerap kali ditemui kendala seperti anak mulai kehilangan motivasi belajar, lebih emosional, sulit diatur, atau bahkan menjadi tantrum. 

Untuk menangani hal tersebut, simak sembilan tips berikut :

1. Komunikasikan dan beri pengertian ke anak.

Anak-anak TK dan SD kadang kalanya masih belum paham kondisi pandemi COVID-19, mungkin mereka bertanya-tanya, mengapa tidak rutin datang ke sekolah? Mengapa belum boleh bermain bersama teman? Mengapa belum boleh jalan-jalan?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi tanggung jawab orangtua untuk menjelaskan ke anak, bahwa masa pandemi ini mengharuskan kita untuk melakukan berbagai aktivitas dari rumah, mulai dari belajar hingga bermain. Berikan pengertian ke anak, orangtua akan mendampingi proses belajar sehingga anak-anak tak perlu merasa takut.

2. Anak harus diberikan peraturan.

Kebiasaan baik yang telah terbentuk sebelum pandemi harus dijaga agar anak dapat mandiri dan terbiasa melakukan aktivitasnya. Tetap terapkan peraturan pada anak, seperti, bangun pagi setiap pukul 06.00, mandi dan sarapan sebelum mengakses Zoom, dan membatasi jam tidur pada malam hari.

3. Membuat pojok atau sudut belajar.

Dilandasi dengan kesepakatan dari anak, sudut belajar dibuat untuk memberi pengertian bahwa anak mempunyai ruangan sendiri untuk belajar. Penentuan sudut belajar juga disesuaikan dengan keinginan anak agar lebih bersemangat, misalnya anak lebih suka belajar dengan melihat pemandangan di luar rumah, maka buat meja belajar di dekat teras rumah.

4. Buat inovasi dalam pembelajaran anak.

Ajak anak melakukan aktivitas di rumah yang sesuai dengan kurikulum pembelajarannya di sekolah. Misalnya, materi pembelajaran anak di sekolah mengenai berhitung, maka orangtua dapat mengajak anak membuat beberapa kue kemudian anak dapat menghitung kue hasil buatannya. Hal ini juga untuk melatih saraf motorik dan kognitif anak.

5. Awali kegiatan belajar dengan doa.

Supaya anak lebih siap memulai kegiatan belajar, orangtua dapat menuntun anak untuk berdoa ataupun melakukan olahraga ringan.

6. Berikan apresiasi pada anak.

Selama mendampingi anak, sekecil apapun usaha yang sudah dilakukan saat kegiatan pembelajaran, berikan apresiasi agar anak merasa lebih dihargai. 

7. Lakukan review atau penguatan materi belajar.

Setelah belajar, ajak anak mengulang secara singkat materi dan aktivitas belajar yang telah ia lakukan.

8. Akhiri kegiatan belajar dengan doa.

Anak juga perlu mengetahui kapan waktu kegiatan belajar berakhir. Hal ini bertujuan supaya mereka tidak jenuh dan lelah ketika harus belajar dalam jangka waktu yang panjang. Selain berdoa, bernyanyi juga dapat dilakukan sebagai penanda untuk mengakhiri kegiatan belajar.

9. Orangtua harus tersenyum dan sabar.

Meskipun terkesan susah, tersenyum dan sabar juga merupakan hal yang tak kalah penting. Jangan sampai anak menjadi tertekan, stres, dan enggan belajar di rumah. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat