visitaaponce.com

Kesaksian Palsu Bersama Dosa Terbesar Syirik dan Durhaka kepada Orangtua

Kesaksian Palsu Bersama Dosa Terbesar Syirik dan Durhaka kepada Orangtua
Ilustrasi.(DOK MI.)

SALAH satu dosa besar dalam agama Islam yaitu kesaksian palsu, termasuk ucapan dusta. Banyak ancaman Allah swt lewat hadis Nabi Muhammad saw terhadap pelaku yang berani melakukan kesaksian palsu.

Apalagi kesaksian palsu terkait penegakan hukum atau pengadilan terhadap satu kejahatan besar yang membohongi seluruh rakyat. Ini tentu dosa yang lebih besar lagi ketimbang dusta terhadap seseorang atau sejumlah orang tanpa terkait dengan penegakan hukum atau pengadilan.

Dalam satu hadis, dosa besar kesaksian palsu ditempatkan urutan ketiga setelah dosa terbesar syirik kepada Allah dan durhaka kepada orangtua. Dalam hadis yang lain bahkan menyamakan kedudukan dosa syirik kepada Allah dengan kesaksian palsu.

Hadis pertama kesaksian palsu

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Dosa yang paling besar di antara dosa-dosa besar lain yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada orangtua, kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau mengulanginya tiga kali), atau ucapan dusta." Beliau tidak henti-henti mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan, "Duhai, sekiranya beliau diam." (Hadis Sahih Al-Bukhari Nomor 6408)

Dalam hadis di atas, dosa besar kesaksian palsu berada di urutan ketiga setelah syirik atau menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua. 

Hadis kedua kesaksian palsu

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan salat subuh. Selesai salat, beliau bangkit dan berkata, "Persaksian palsu disamakan dengan perbuatan menyekutukan Allah." Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membaca ayat, "Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta (QS Al Hajj: 30)." (Hadis Sunan Abu Dawud Nomor 3124)

Menurut hadis tersebut, dosa besar persaksian palsu disamakan dengan dosa terbesar syirik atau menyekutukan Allah.

Hadis ketiga kesaksian palsu

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Perhatikanlah (wahai para shahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa besar yang paling besar?" Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali. 

Kemudian para shahabat mengatakan, "Tentu wahai Rasulullah."  Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orangtua." 

Dan beliau duduk, sedangkan sebelumnya beliau bersandar, lalu bersabda, "Perhatikanlah dan perkataan palsu (perkataan dusta)." Beliau mengulanginya berkali-kali sampai kami berkata, "Seandainya beliau berhenti."  (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Penjelasan ulama tentang hadis ketiga

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata bahwa lafaz dalam hadis, "Dan beliau duduk, sedangkan sebelumnya beliau bersandar," menunjukkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberikan perhatian lebih terhadap masalah ini sampai beliau shallallahu 'alaihi wasallam duduk padahal sebelumnya beliau bersandar. Ini menunjukkan ada penekanan terhadap pengharaman sekaligus menunjukkan keburukan yang sangat berat.

Baca juga: Tafsir Ayat Membunuh Seorang Manusia seperti Membunuh Seluruh Manusia

Adapun mengenai penyebab perhatian beliau shallallahu 'alaihi wasallam terhadap masalah ini, lanjut Ibnu Hajar, karena perkataan dusta atau persaksian dusta lebih mudah terjadi di tengah masyarakat dan lebih banyak diremehkan. Karena syirik tidak sesuai dengan hati nurani seorang Muslim, durhaka kepada orangtua ditolak oleh naluri, sedangkan (perkataan) dusta faktor pemicunya banyak sekali, seperti permusuhan, hasad (iri), dan lainnya. Jadi dibutuhkan perhatian untuk mengganggapnya (sesuatu yang) besar. "Namun bukan berarti (dosa) perkataan dusta lebih besar dibandingkan (dosa) syirik yang disebutkan bersamanya, tetapi karena kerusakan dusta menjalar kepada selain orang yang bersaksi. Ini berbeda dengan syirik yang biasanya kerusakannya terbatas (pada pelakunya)," tulisnya dalam Fathul Bari, 5/263.

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah dalam bukunya 76 Dosa Besar Yang Dianggap Biasa berkata bahwa pemberi kesaksian palsu telah melakukan beberapa dosa-dosa besar di antaranya dusta dan membuat fitnah atau kebohongan. Kedua, dia telah berbuat zalim kepada orang yang ia persaksikan sebagai orang yang salah, sehingga dengan sebab kesaksiannya itu ia telah mengambil atau mengganggu harta, kehormatan, atau nyawanya. 

Baca juga: Tafsir Ayat Membunuh Orang dengan Sengaja Masuk Neraka Jahanam

Ketiga, imbuh Adz-Dzahabi, dia telah berbuat zalim kepada orang yang ia persaksikan sebagai orang yang benar. Dengan kesaksiannya itu, dia telah memberikan harta haram kepadanya, lalu dia mengambilnya, sehingga dia masuk neraka. Keempat, dia telah menghalalkan yang diharamkan dan dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla, baik harta, darah atau kehormatan.

Demikian berat ancaman terhadap dosa besar kesaksian palsu. Semoga Allah swt melindungi kita dari perbuatan dosa besar itu. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat