visitaaponce.com

Nutrifood Bersama Kemenkes dan BPOM Ajak Publik Hentikan Rantai Obesitas

Nutrifood Bersama Kemenkes dan BPOM Ajak Publik Hentikan Rantai Obesitas
Media workshop dengan tema 'Stop Rantai Obesitas Sedini Mungkin' di Jakarta, Rabu (1/3).(Ist)

DALAM rangka Hari Obesitas Sedunia, Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menerapkan pola hidup sehat sedini mungkin.

Caranya dengan batasi konsumsi gula, garam, dan lemak (#BatasiGGL) dan memahami cara baca label kemasan sebelum membeli untuk mencegah obesitas.

Obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom metabolik yang mengarah pada penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes sehingga perlu dicegah sedini mungkin.

Baca juga : Obesitas Jadi Bom Waktu, Kemenkes: Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Harus Diatur

Kegiatan edukasi ini merupakan bagian dari kampanye Nutrifood bersama Kemenkes dan BPOM terkait pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak serta cermat membaca label gizi kemasan yang telah dimulai pada 2013.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM),  Kemenkes, dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes, Kementerian Kesehatan RI mengatakan “Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 5 anak berusia 5-12 tahun, dan 1 dari 7 remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas."

"Obesitas memiliki konsekuensi berat pada anak karena memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik,” kata dr.Eva pada axara Media Workshop dengan tema 'Stop Rantai Obesitas Sedini Mungkin' di Jakarta, Rabu (1/3)., Rabu (1/3).

Baca juga : Kurangi Kebiasaan Ngemil Bisa Cegah Obesitas

Prevalensi sindrom metabolik (SM) di Indonesia sebesar 23,34%, lebih tinggi pada laki-laki (26,2%) dibandingkan pada perempuan (21,4%) dan diprediksi menyebabkan kenaikan dua kali lipat risiko terjadinya penyakit jantung dan lima kali lipat pada penyakit diabetes melitus tipe 2. 

"Untuk itu pemerintah menyerukan agar semua pihak, termasuk para guru, orang tua dan pelaku sektor swasta, memprioritaskan asupan nutrisi seimbang pada anak, serta mendorong aktivitas fisik untuk mencegah dan menghentikan rantai obesitas sedini mungkin," jelas dr.Eva.

Berbagai upaya juga sudah dilakukan pemerintah mulai dari menerbitkan Permenkes tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji serta melakukan edukasi terkait aturan tersebut,” jelas Dr. Eva.

Baca juga : Ajinomoto Health Provider Ajak Para Ibu PKK Sadar Gizi Keluarga di 16 Kota Indonesia

Sementara itu, dokter spesialis cizi klinis dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, menjelaskan, “Obesitas pada anak berpotensi memicu sindrom metabolik yang menyebabkan meningkatnya risiko penyakit tidak menular."

"Seseorang didiagnosis mengalami sindrom metabolik bila memiliki tiga atau lebih kondisi seperti kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, gula darah (glukosa) tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (baik) dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, dan tekanan darah tinggi. Berbagai kondisi tersebut seringkali dialami oleh orang obesitas,” jelasnya.

dr. Marya menambahkan, “Mengonsumsi makanan sesuai anjuran dari Kemenkes yaitu jumlah sayur sebesar 2 kali lipat jumlah sumber karbohidrat dan protein."

Baca juga : Pakar: Atasi Penyakit Jantung dengan Preventif, bukan Kuratif

"Serta memerhatikan label kemasan sebelum membeli guna membatasi asupan gula, garam, lemak yang ada di makanan dan minuman perlu dibiasakan sedini mungkin untuk mencegah obesitas," ujarnya.

" Jangan lupa untuk memilih makanan dan minuman yang tinggi protein karena bisa menjadi sumber energi bagi tubuh anak dan remaja yang memiliki banyak aktivitas,” terang dr.Maya.

Sebagai upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat diajak untuk lebih cermat dalam membaca label gizi kemasan pangan olahan yang dikonsumsi.

Baca juga : Lemak Visceral Berbahaya, Ini Cara Menguranginya

Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan, yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.

Dalam rangka Hari Obesitas Sedunia, Nutrifood bersama Kemenkes dan BPOM  mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menerapkan pola hidup sehat sedini mungkin dengan batasi konsumsi gula, garam, dan lemak (#BatasiGGL) dan memahami cara baca label kemasan sebelum membeli untuk mencegah obesitas.

Obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom metabolik yang mengarah pada penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes sehingga perlu dicegah sedini mungkin.

Baca juga : Lawan Obesitas, Berapa Jumlah Ideal Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak?

Kegiatan edukasi ini merupakan bagian dari kampanye Nutrifood bersama Kemenkes dan BPOM terkait pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak serta cermat membaca label gizi kemasan yang telah dimulai pada 2013.

 “Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 5 anak berusia 5-12 tahun, dan 1 dari 7 remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas," kata dr.Eva.

"Obesitas memiliki konsekuensi berat pada anak karena memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik,” jelasnya.

Baca juga : Kesadaran Masyarakat untuk Jalani Hidup Sehat Masih Rendah

Prevalensi sindrom metabolik (SM) di Indonesia sebesar 23,34%, lebih tinggi pada laki-laki (26,2%) dibandingkan pada perempuan (21,4%) dan diprediksi menyebabkan kenaikan dua kali lipat risiko terjadinya penyakit jantung dan lima kali lipat pada penyakit diabetes melitus tipe 2. 

Untuk itu pemerintah menyerukan agar semua pihak, termasuk para guru, orang tua dan pelaku sektor swasta, memprioritaskan asupan nutrisi seimbang pada anak, serta mendorong aktivitas fisik untuk mencegah dan menghentikan rantai obesitas sedini mungkin.

Dokter spesialis gizi klinis dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, menjelaskan, “Obesitas pada anak berpotensi memicu sindrom metabolik yang menyebabkan meningkatnya risiko penyakit tidak menular."

Baca juga : Hindari Risiko Obesitas dan Diabetes dengan Batasi Konsumsi Gula

"Seseorang didiagnosis mengalami sindrom metabolik bila memiliki tiga atau lebih kondisi seperti kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, gula darah (glukosa) tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (baik) dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, dan tekanan darah tinggi. Berbagai kondisi tersebut seringkali dialami oleh orang obesitas.”

dr. Marya menambahkan, “Mengonsumsi makanan sesuai anjuran dari Kemenkes RI yaitu jumlah sayur sebesar 2 kali lipat jumlah sumber karbohidrat dan protein, serta memerhatikan label kemasan sebelum membeli guna membatasi asupan gula, garam, lemak yang ada di makanan dan minuman perlu dibiasakan sedini mungkin untuk mencegah obesitas."

"Jangan lupa untuk memilih makanan dan minuman yang tinggi protein karena bisa menjadi sumber energi bagi tubuh anak dan remaja yang memiliki banyak aktivitas,” jelasnya.

Baca juga : Peduli Lansa, Ajinomoto Health Provider Gelar Rangkaian Elderly Program

Sebagai upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat diajak untuk lebih cermat dalam membaca label gizi kemasan pangan olahan yang dikonsumsi.

Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan, yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.

Pengawas Farmasi Makanan Ahli Muda, Meliza Suhartatik, STP, MKM mengatakan, “Sebagaimana ditetapkan oleh Kemenkes, idealnya dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan)."

Baca juga : Pola Asuh yang Salah Bisa Sebabkan Anak Obesitas

"Dengan selalu cermat membaca label kemasan dan menjadikannya sebagai kebiasaan, maka masyarakat akan lebih cerdas untuk memilah zat gizi apa yang harus dipenuhi dan yang harus dibatasi agar terhindar dari berbagai penyakit, salah satunya obesitas,” katanya

Head of Strategic Marketing Nutrifood, Susana, S.T.P., M.Sc., PD.Eng., mengatakan, “Sejalan dengan misi kami yaitu ‘Inspiring a Nutritious Life’, Nutrifood berkomitmen dalam mengedukasi dan menginspirasi masyarakat Indonesia untuk selalu menjalankan gaya hidup sehat setiap saat."

"Kami menyadari bahwa isu obesitas terutama pada anak dan remaja berdampak negatif bagi kesehatan karena bisa meningkatkan risiko sindrom metabolik pada saat mereka dewasa, sehingga perlu adanya kerja sama seluruh pihak dalam mengatasi isu ini." jelasnya.

Baca juga : Harganas 2023, Ajinomoto dan BKKBN Dorong Gerakan Kembali ke Meja Makan

"Sejak 2013, kami secara aktif berkolaborasi dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI untuk mengedukasi tenaga kesehatan, komunitas, media, dan masyarakat melalui kampanye cermati konsumsi gula, garam, dan lemak (#BatasiGGL) serta Baca Label Kemasan sebagai salah satu upaya penanggulangan isu obesitas di Indonesia,” ucap Susana.

Penyintas obesitas, Meirza Hartoto, menceritakan, “Pada saat remaja, berat badan saya pernah mencapai hingga 100 kg yang membuat saya kesulitan menjalani berbagai aktivitas di sekolah karena pergerakan tubuh dan pernapasan yang sulit."

" Akibat minim edukasi terkait pola hidup sehat yang benar, saya juga pernah melakukan diet ekstrim yang menyebabkan psikis terganggu dan membuat rambut rontok parah," katanya.

Baca juga : Kasus Obesitas Anak Naik, ini Penyebab dan Pencegahannya

" Sejak mempelajari pola hidup sehat yang benar dengan membatasi asupan gula, garam, lemak, dan aktif berolahraga, saya berhasil menurunkan berat badan sebanyak 28 kg ke angka ideal, yang disertai dengan peningkatan massa otot," terang Meiza.

“Nutrifood berharap setiap anak dan remaja dapat memutuskan rantai obesitas yang terjadi di lingkungannya dan setiap orang bisa menularkan dampak positif dengan memahami pilihan makanan minuman yang lebih baik dan tetap nikmat," kata Susana.

"Untuk mendukung hal tersebut, Nutrifood menyediakan pilihan makanan yang bebas gula, rendah garam, dan rendah lemak seperti Tropicana Slim, serta susu HiLo Teen dan HiLo School yang lebih rendah lemak dan rendah gula hingga mendapatkan pelabelan “Pilihan Lebih Sehat” dari BPOM, sebagai alternatif konsumsi sehat sehari-hari untuk mendukung berbagai aktivitas anak dan remaja Indonesia,” tutup Susana. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat