visitaaponce.com

Pengungsi di RI Sulit Dapatkan Akses Pekerjaan dan Pendidikan Tinggi

Pengungsi di RI Sulit Dapatkan Akses Pekerjaan dan Pendidikan Tinggi
Pengungsi WNA di Makassar(Antara Foto)

United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mencatat ada sebanyak 13 ribu pengungsi dari negara lain yang tinggal di Indonesia saat ini. Terbanyak dari Afghanistan, Somalia dan Myanmar. Meskipun mendapatkan tempat tinggal, tetapi masih banyak persoalan yang dihadapi pengungsi yang tinggal di Tanah Air. Mereka sulit mendapatkan pekerjaan dan akses menempuh pendidikan tinggi.

"Ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Misalnya saja kesempatan bagi para pengungsi untuk mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan membuka akun bank," kata UNHCR Representative Indonesia, Ann Mayman, dalam acara UNHCR's Islamic Philantrophy Annual Report 2023 Launch, Selasa (7/3).

Mayman mengungkapkan, tantangan terbesar yang dihadapi oleh pengungsi di Tanah Air ialah sulitnya akses untuk mendapatkan dokumen kependudukan resmi guna melanjutkan hidup. Pasalnya, kebanyakan dari mereka tidak memiliki paspor. Akibatnya, para pengungsi tidak bisa melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang layak dan membangun kehidupan baru mereka.

Baca juga: 174 Pengungsi Rohingya akan Dipindah dari Pidie ke Sigli

Padahal, banyak pengungsi yang melalui perjalanan berat untuk bisa sampai di Indonesia dan berharap bisa memulai kehidupan yang baru, jauh dari negaranya yang rawan konflik.

"Saya pernah bertemu dengan pengungsi dari Rohingya di Aceh, berusia 25 tahun, ibu muda. Dia memberi tahu saya bahwa ia kehilangan anaknya yang berusia 2 tahun di kapal pengangkut karena mereka tidak memiliki air untuk diminum. Ini nasib yang mereka hadapi. Mereka membutuhkan agar kebutuhan dasar dipenuhi, tapi juga mereka butuh dukungan untuk mengatasi trauma," kata Mayman.

UNHCR sendiri telah menyiapkan berbagai solusi agar para pengungsi yang tinggal di tanah air bisa memulai kehidupannya yang baru. Salah satunya dengan menyediakan beasiswa bagi anak-anak pengungsi.

"Kami juga baru memulai program labour mobility. Program ini memberikan kesempatan bagi pengungsi yang memiliki keterampilan tertentu untuk mendapatkan akses pekerjaan," imbuh dia.

Ada sejumlah pengungsi di Indonesia yang telah sukses. Di antaranya pengungsi dari Somalia yang tinggal di Aceh dan memiliki keahlian membuat furniture yang kini akan dikirim ke Australia untuk bekerja di sana. Lalu ada juga pengungsi yang memiliki keahlian IT dan akan dikirim ke Kanada.

Baca juga: Indonesia Wajib Penuhi Pendidikan Pengungsi Anak dari Luar Negeri

"Banyak pengungsi yang sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Indonesia. Itu adalah masa tunggu yang sangat panjang. Kenapa mereka tidak diizinkan untuk menjalani kehidupan yang berarti? Itu yang menjadi catatan bagi Indonesia," ucap dia.

Pada kesempatan itu, President of Human Initiative Foundation, Tomy Hendrajati mengungkapkan, di Indonesia zakat dan sedekah merupakan cara pengumpulan dana yang banyak diminati oleh masyarakat.

"Akan jauh lebih mudah untuk menyentuh masyarakat menggunakan zakat dan sedekah. Karena di situ ada kewajiban sebagai umat muslim," ucap dia.

Dari sisi penyaluran dana ke pengungsi, lembaganya sendiri kini telah memiliki sebanyak 13 cabang di 13 provinsi di Indonesia dan 3 kantor cabang di Korea Selatan, Australia, dan Inggris. Pengungsi juga merupakan sasaran utama dari dana zakat dan sedekah yang dikumpulkannya.

"Lembaga filantropi Islam memiliki fleksibilitas yang memberikan manfaat cukup banyak bagi pengungsi. Ini adalah ikhtiar yang dilakukan oleh masyarakat Islam untuk memberikan bantuan bagi sesama agar semua masyarakat bisa hidup layak," pungkas dia.
 

(Z-9)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat