visitaaponce.com

PB IDI Imbau Dokter Pakai Pita Hitam Selama Tiga Hari Lambang Duka untuk Mawartih

PB IDI Imbau Dokter Pakai Pita Hitam Selama Tiga Hari Lambang Duka untuk Mawartih
Ucapan duka dari PB IDI atas meninggalnya Mawartih Susanti.(MI/HO)

SEBAGAI ungkapan solidaritas dan dukacita atas meninggalnya Mawartih Susanti, dokter spesialis paru yang meninggal dalam masa pengabdiannya di RSUD Nabire, pekan lalu, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengeluarkan edaran resmi yang mengimbau segenap anggota IDI untuk mengenakan pita hitam di lengan kanan.

Dikatakan oleh Sekretaris Jendral (Sekjen) PB IDI Ulul Albab, penggunaan pita hitam di lengan kanan ini dimulai sejak pemakaman almarhumah Mawarti pada Senin (13/3) hingga Rabu (15/3). 

Surat edaran resmi PB IDI tersebut ditujukan kepada segenap ketua IDI Cabang, segenap Ketua IDI Wilayah, segenap Ketua Perhimpunan, serta segenap Ketua Keseminatan mulai Senin (13/3) pagi.

Baca juga: RUU Kesehatan Dinilai Mengancam Keselamatan Masyarakat

Dalam ucapan dukacitanya pada saat melayat ke rumah duka, Ketua Umum PB IDI Moh Adib Khumaidi menyatakan sangat mengagumi jejak pengabdian Mawartih Susanti, yang sejak lulus Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada 2004 lalu mengabdi sebagai PTT (Pegawai Tidak Tetap) di dua tempat yaitu di Wilayah Kalimantan Tengah dan kemudian PTT di Tolikara, Papua. 

Selepas Pendidikan Spesialis Paru Universitas Airlangga Surabaya, almarhumah Mawartih memilih Nabire sebagai tempat pengadian hingga akhir hayatnya 9 Maret 2023.

Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dari sekitar 1,424 dokter spesialis paru di seluruh Indonesia, jumlah Dokter Spesialis Paru untuk Indonesia Timur hanya kurang lebih 50 dokter. Padahal, kebutuhan dokter spesialis paru sangat dibutuhkan, utamanya daerah-daerah seperti Nabire. 

Baca juga: PB IDI Kirim Relawan Tenaga Medis untuk Bantu Gempa Turki

Namun, kendala seperti jaminan keamanan dan keselamatan, infrastruktur akses yang tidak memadai menjadi kendala bagi para dokter spesialis untuk bertugas secara maksimal.

PB IDI meminta kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, serta seluruh aparat keamanan di daerah terutama di wilayah konflik untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pada para tenaga kesehatan yang bertugas di daerah tersebut. 

“Salah satu kendala dalam pemerataan dokter terutama dokter spesialis di daerah adalah belum ada jaminan keselamatan dan keamanan dari Pemerintah Pusat maupun Daerah bagi para tenaga kesehatan yang bertugas, terutama di wilayah terpencil dan wilayah konflik. Selain itu, pemerintah juga perlu memperbaiki infrastruktur akses baik menuju antar desa atau daerah, juga menuju fasilitas kesehatan sehingga baik tenaga kesehatan dokter maupun masyarakat bisa mengakses layanan dan fasilitas kesehatan dengan lebih baik. PB IDI akan selalu menjadi mitra strategis pemerintah untuk mendorong berkembangnya layanan kesehatan di Indonesia. Namun kendala pemerataan dokter spesialis di daerah terutama wilayah terpencil akan sulit diatasi apabila hal-hal seperti jaminan keamanan dan keselamatan serta akses infrastruktur tidak diperbaiki oleh pemerintah,” tegas Ketua Umum PB IDI Moh Adib Khumaidi.

Senada dengan Ketua Umum PB IDI, Keluarga Almarhumah Mawartih mengharapkan kasus kehilangan tenaga kesehatan seperti jangan lagi terjadi. Keluarga sangat mengharapkan agar pejuang-pejuang kesehatan yang bersedia mengabdi di daerah terluar, perbatasan, terpencil dan daerah konflik benar-benar mendapat kepastian dan perlindungan keselamatan dalam tugas, dan jaminan itu wajib ada dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 

PB IDI akan terus mengawal agar kasus meninggalnya Mawartih ini diusut tuntas. PB IDI juga menyampaikan apresiasi yang tinggi untuk IDI Cabang Nabire yang sigap segera kejadian diketahui terus melakukan berkoordinasi dengan RSUD Nabire, Pemerintah Daerah (Pemda) Nabire, juga kerja sama yang baik antar Polda Papua dan Sulawesi Selatan serta BiddokKes (Bidang Kedokteran Dan Kesehatan) Polda Sulawesi Selatan sehingga rangkaian pemeriksaan dan autopsi berjalan lancar.

PB IDI dan segenap anggota IDI menyampaikan duka cita mendalam untuk keluarga almarhumah, dan berharap kejadian ini tidak terulang lagi. 

Sebelumnya, penggunaan pita hitam pernah juga diimbau pada 2013 sebagai bentuk dukungan terhadap Ayu di Manado yang mengalami kriminalisasi, juga saat meninggalnya Soeko dalam kerusuhan Wamena pada 2019, serta dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-76 pada 2021 sebagai tanda duka cita atas tingginya kematian tenaga kesehatan dalam penanganan covid-19. (RO/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat