visitaaponce.com

Kenaikan Suhu Indonesia Diprediksi Lebih Rendah Dibanding Rata-Rata Global

Kenaikan Suhu Indonesia Diprediksi Lebih Rendah Dibanding Rata-Rata Global
Grafik peningkatan suhu global dari IPCC(Dok. AFP/IPCC)

Pada tahun 2100 kenaikan suhu di Indonesia diprediksi akan lebih rendah dibanding dengan kenaikan suhu rata-rata global. Hal itu diungkapkan oleh Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim Kedeputian Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kadarsah.

"Peningkatan suhu Indonesia pada RCP 2.6 diproyeksikan kurang dari 1 derajat celsius pada 2100. Sementara nilai global bisa mencapai 1 derajat celcius," kata Kadarsah dalam acara FGD Pengolahan Data Perubahan Iklim, Kamis (30/3).

Prediksi kenaikan suhu di Indonesia yang lebih rendah dari suhu global itu didapatkan dari skenario iklim representative contentration pathway (RCP) yang digunakan oleh Intergovenmental Panel on Climate Change (IPCC).

Baca juga: Suhu Bumi di 2022 Capai Rekor Terpanas Kelima Sepanjang Sejarah

Sementarai itu, pada skenario yang lebih tinggi, yakni RCP 4.5, kenaikan suhu di Indonesia akan lebih rendah 0,5 derajat celcius pada 2100 dibanding dengan suhu rata-rata global, yakni sekitar 1,5 derajat celsius. Sementara suhu rata-rata global naik hampir 2 derajat celcius.

"Ini merupakan hasil proyeksi suhu Indonesia di tujuh wilayah. Indonesia memang diproyeksikan ikut mengalami tren peningkatan suhu. Namun demikian laju peningkatannya tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada suhu rata-rata global," kata dia.

Baca juga: Upaya Mencegah Kenaikan Suhu Global Masih Lamban

Sementara itu, IPCC juga telah membuat skenario kasar mengenai dampak yang ditimbulkan dari peningkatan suhu 1,5 derajat celsius, 2 derajat celsius dan 4 derajat celsius. Dalam skenario itu, disebutkan bahwa wilayah Kalimantan dan Papua akan mengalami peningkatan curah hujan.

Pada skenario peningkatan suhu 1,5 derajat celsius, Kalimantan dan Papua akan mengalami peningkatan curah hujan sebesar 10%. Sementara itu, pada skenario kenaikan suhu 2 derajat celius kedua wilayah itu akan mengalami kenaikan curah hujan lebih dari 10%. Selanjutnya, pada kenaikan suhu 4 derajat celcius kedua wilayah itu akan mengalami kenaikan curah hujan mencapai 20%.

"Kita memang belum memiliki pemodelan yang pasti untuk memproyeksikan curah hujan maupun potensi kekeringan. Meskipun gambaran ini masih sangat kasar, tapi begitulah kira-kira kondisi yang akan terjadi," beber dia.

Skenario Terus Berkembang

Ia juga menegaskan skenario iklim akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi. Karenanya, implementasi upaya pengendalian perubahan iklim harus juga terus berkembang.

Pada kesempatan itu, Peneliti Senior di Pusat Perubahan Iklim ITB Fitriyanto menyebut, data dari proyeksi perubahan iklim di bidang kebencanaan, pembangunan dan penataan ruang menjadi sangat krusial.

"Aksesibilitas informasi iklim dan perubahan iklim dari BMKG diperlukan oleh pemangku kepentingan untuk melakukan penilaian bahaya spesifik dan dampak perubahan iklim di bidang mereka," ucapnya.

Ia menyebut bahwa sektor dan institusi terkait sebagai pengguna informasi membutuhkan data berbentuk peta, grafik dan deskripsi. Hal itu dilakukan agar mempermudah pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan kebijakan yang akan langsung berdampak pada masyarakat.

"Untuk itu perlu penyepakatan skenario model iklim yang diperlukan untuk Indonesia. Dan tak lupa juga bahwa informasi perubahan iklim di wilayah laut dan pesisir menjadi keharusan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terluas dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Kerjasama dengan wali data terkait seperti BIG dan univeristas akan diperlukan," pungkas dia.

(Z-9)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat