visitaaponce.com

Indonesia Anut Model Pendidikan Agama untuk Membuat Siswa Taat dan Bertakwa pada Tuhan

Indonesia Anut Model Pendidikan Agama untuk Membuat Siswa Taat dan Bertakwa pada Tuhan
Ilustrasi: warga lansia mengikuti Pesantren Ramadan(ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Model pendidikan agama memiliki perbedaan di berbagai belahan dunia. Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Abdul Mu'ti menjelaskan, model pendidikan pertama bertujuan untuk menjadikan peserta didik menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan.

"Sementara itu, model pendidikan kedua bertujuan hanya untuk mengajarkan ajaran agama, agar siswa paham, tapi siswa tersebut tidak harus beriman dan bertakwa pada Tuhan. Lebih ke bagaimana siswa bisa menghormati orang-orang yang punya agama berbeda, dan berlaku baik agar bisa hidup berdampingan, dan tidak salah memperlakukan pemeluk agama lain," ungkapnya dalam acara International Conference Human Rights Issues and Religious Education di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (3/5).

Menurut Mu’ti, dari simpulan model pendidikan agama di atas, pendidikan agama di Indonesia cenderung model nomor satu. Sementara, di negara yang lebih heterogen, kecenderungan model dua.

Baca juga: Agama dan Spiritualitas Berbicara

Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan tentang kebebasan beragama. Menurutnya kebebasan beragama bermakna orang boleh percaya pada ajaran agama, walaupun tidak taat menjalankan ritual keagamaannya.

Mu’ti menambahkan, dalam Islam bahkan orang boleh kafir, boleh Islam, mau atheis juga silakan. Itu merupakan kebebasan individu.

Baca juga: Menag: Penembakan Kantor MUI akibat Salah Belajar Agama

Di tempat yang sama, Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) R. Alpha Amirrachman menambahkan bahwa sebagai agen perubahan sosial, sekolah diharapkan dapat berkontribusi dalam membentuk masyarakat yang produktif, aktif, dan damai.

Namun, transformasi ini mungkin tidak selalu mengarah pada hasil yang diharapkan, dan sekolah juga mungkin tidak hanya memperkenalkan siswa pada suasana persatuan dan kepedulian, tetapi juga pada salah satu perpecahan.

"Meskipun demikian, hal tersebut dapat diatasi dengan cara menumbuhkan apresiasi terhadap keberagaman dengan mengenalkan siswa pada kemajemukan tradisi nusantara agar tercipta rasa persaudaraan antar etnis dan umat beragama," kata Alpha.

Sementara itu, Director of Muslim-Jewish Relation for American Jewish Committee Ari Gordon mengatakan bahwa hak asasi manusia dan pendidikan agama selalu menjadi dua wacana yang terpisah dan bertentangan. Namun sebenarnya dua hal ini saling berkaitan.

Menurutnya agama mengajarkan untuk melawan kejahatan. Hal ini juga sangat erat kaitannya dengan hak asasi manusia untuk melawan kejahatan baik itu pembunuhan, kekerasan, penyiksaan, perdagangan manusia, dan sebagainya.

"Jadi hak asasi manusia dan pendidikan agama sebetulnya sangat erat dan berkaitan karena agama mengajarkan kebaikan dan harus memerangi kejahatan. Hak asasi manusia juga berkaitan dengan kebaikan dan merupakan upaya dalam melawan kejahatan," tandas Ari Gordon. (Des/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat