visitaaponce.com

Pengertian Déjà vu dan Teori yang Menjelaskan Mengapa Mengalaminya

Pengertian Déjà vu dan Teori yang Menjelaskan Mengapa Mengalaminya
Pernahkan anda merasa pernah mengalami suatu peristiwa di waktu yang berbeda? Peristiwa itu disebut dejavu. Yuk pahami lebih lanjut.(Pinterest)

HAMPIR setiap individu pernah mengalami fenomena yang dikenal sebagai déjà vu. Saat mengalami deja vu, kita merasakan peristiwa tertentu dengan sensasi yang aneh, karena merasa peristiwa tersebut sudah terjadi sebelumnya.

Santo Agustinus, seorang filsuf kuno, pertama kali mengemukakan konsep yang disebut déjà vu pada 400 M sebagai "memori yang salah". Namun, filsuf Perancis Emile Boirac adalah orang pertama yang menggunakan istilah déjà vu pada 1890. Penggunaan pertama frasa ini dalam konteks ilmiah diprakarsai FL Arnaud, seorang ahli saraf.

Penelitian awal menunjukkan déjà vu dapat menjadi petunjuk yang membantu dokter dalam mendiagnosis epilepsi. Namun, penelitian terbaru menunjukkan fenomena ini mungkin terkait dengan masalah persepsi atau ingatan. 

Baca juga: Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit Langka yang Diidap Ruben Onsu

Secara umum, tidak ada alasan untuk khawatir mengenai fenomena ini. Meskipun déjà vu dapat terjadi bersamaan dengan kejang pada orang yang menderita epilepsi lobus temporal, fenomena ini juga dapat dialami orang yang tidak memiliki masalah kesehatan.

Tidak ada bukti yang meyakinkan tentang seberapa umum déjà vu terjadi. Namun, para ahli berpendapat bahwa lebih dari 97% populasi dunia diperkirakan pernah mengalaminya setidaknya sekali.

Baca juga:Mengapa Orang yang Mengalami Sakratul Maut seperti Melihat Cahaya?

Teori dibalik Fenomena Dejavu

1. Teori Persepsi Terbagi

Teori ini menjelaskan déjà vu dapat terjadi ketika seseorang melihat sesuatu yang sama pada waktu yang berbeda. Otak kita membentuk ingatan dalam sekejap meskipun dalam waktu singkat. Mungkin saja kita hanya melihatnya sebentar lalu fokus pada hal lain.

Sebagai contoh, ketika naik transportasi umum, kita melewati sebuah bangunan tua namun tidak terlalu memperhatikannya karena sedang menggunakan ponsel. Keesokan harinya, ketika naik transportasi yang sama dan melewati bangunan itu lagi, tiba-tiba kita berpikir, "Eh, sepertinya pernah melihat rumah ini sebelumnya, tapi di mana ya?" Itulah saat déjà vu terjadi.

2. Teori Pengingatan Memori

Sementara jika terjadi pada tempat yang berbeda namun dengan suasana yang mirip, disebut teori pengingatan memori. Misalnya, ketika pergi ke sebuah kedai kopi bergaya Jepang di kawasan Blok M, kita merasa familiar dengan bangunan tersebut. Ternyata, interior kedai tersebut mirip dengan kafe asli di Jepang yang pernah kita kunjungi saat kecil.

Teori pengingatan memori menyatakan bahwa déjà vu disebabkan respons otak terhadap peristiwa yang telah kita alami sebelumnya. Kenangan masa kecil, liburan singkat, atau bahkan aroma parfum dapat membangkitkan ingatan tentang masa lalu.

3. Gangguan Sirkulasi Otak

Déjà vu juga dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi otak atau gangguan kecil pada sirkuit otak. Otak kita memiliki dua tempat penyimpanan memori, yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Déjà vu terjadi ketika otak salah merespons kejadian yang sedang terjadi.

Seharusnya, apa yang kita lihat saat ini seharusnya disimpan dalam memori jangka pendek. Namun, otak malah menyimpannya langsung ke dalam ingatan jangka panjang. Ketika kejadian tersebut berulang, kita merasa seolah-olah itu terjadi di masa lalu, padahal sebenarnya baru saja kita alami beberapa menit yang lalu.

4. Kejang pada Lobus Temporal

Perlu diingat kondisi ini umumnya hanya dialami penderita epilepsi, stroke, tumor, atau kelainan pembuluh darah di otak. Lobus temporal bertanggung jawab dalam memproses emosi dan menyimpan ingatan jangka pendek.

Kejang pada lobus temporal menyebabkan respons seseorang terhadap lingkungan sekitar menurun. Mereka mungkin melakukan hal yang sama secara berulang. Ketika terjadi kejang, mereka dapat mengalami halusinasi dan merasakan déjà vu. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat