Pengertian Déjà vu dan Teori yang Menjelaskan Mengapa Mengalaminya
![Pengertian Déjà vu dan Teori yang Menjelaskan Mengapa Mengalaminya](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/b3890afe17e1babfe142d8b1735b1c48.jpg)
HAMPIR setiap individu pernah mengalami fenomena yang dikenal sebagai déjà vu. Saat mengalami deja vu, kita merasakan peristiwa tertentu dengan sensasi yang aneh, karena merasa peristiwa tersebut sudah terjadi sebelumnya.
Santo Agustinus, seorang filsuf kuno, pertama kali mengemukakan konsep yang disebut déjà vu pada 400 M sebagai "memori yang salah". Namun, filsuf Perancis Emile Boirac adalah orang pertama yang menggunakan istilah déjà vu pada 1890. Penggunaan pertama frasa ini dalam konteks ilmiah diprakarsai FL Arnaud, seorang ahli saraf.
Penelitian awal menunjukkan déjà vu dapat menjadi petunjuk yang membantu dokter dalam mendiagnosis epilepsi. Namun, penelitian terbaru menunjukkan fenomena ini mungkin terkait dengan masalah persepsi atau ingatan.
Baca juga: Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit Langka yang Diidap Ruben Onsu
Secara umum, tidak ada alasan untuk khawatir mengenai fenomena ini. Meskipun déjà vu dapat terjadi bersamaan dengan kejang pada orang yang menderita epilepsi lobus temporal, fenomena ini juga dapat dialami orang yang tidak memiliki masalah kesehatan.
Tidak ada bukti yang meyakinkan tentang seberapa umum déjà vu terjadi. Namun, para ahli berpendapat bahwa lebih dari 97% populasi dunia diperkirakan pernah mengalaminya setidaknya sekali.
Baca juga:Mengapa Orang yang Mengalami Sakratul Maut seperti Melihat Cahaya?
Teori dibalik Fenomena Dejavu
1. Teori Persepsi Terbagi
Teori ini menjelaskan déjà vu dapat terjadi ketika seseorang melihat sesuatu yang sama pada waktu yang berbeda. Otak kita membentuk ingatan dalam sekejap meskipun dalam waktu singkat. Mungkin saja kita hanya melihatnya sebentar lalu fokus pada hal lain.
Sebagai contoh, ketika naik transportasi umum, kita melewati sebuah bangunan tua namun tidak terlalu memperhatikannya karena sedang menggunakan ponsel. Keesokan harinya, ketika naik transportasi yang sama dan melewati bangunan itu lagi, tiba-tiba kita berpikir, "Eh, sepertinya pernah melihat rumah ini sebelumnya, tapi di mana ya?" Itulah saat déjà vu terjadi.
2. Teori Pengingatan Memori
Sementara jika terjadi pada tempat yang berbeda namun dengan suasana yang mirip, disebut teori pengingatan memori. Misalnya, ketika pergi ke sebuah kedai kopi bergaya Jepang di kawasan Blok M, kita merasa familiar dengan bangunan tersebut. Ternyata, interior kedai tersebut mirip dengan kafe asli di Jepang yang pernah kita kunjungi saat kecil.
Teori pengingatan memori menyatakan bahwa déjà vu disebabkan respons otak terhadap peristiwa yang telah kita alami sebelumnya. Kenangan masa kecil, liburan singkat, atau bahkan aroma parfum dapat membangkitkan ingatan tentang masa lalu.
3. Gangguan Sirkulasi Otak
Déjà vu juga dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi otak atau gangguan kecil pada sirkuit otak. Otak kita memiliki dua tempat penyimpanan memori, yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Déjà vu terjadi ketika otak salah merespons kejadian yang sedang terjadi.
Seharusnya, apa yang kita lihat saat ini seharusnya disimpan dalam memori jangka pendek. Namun, otak malah menyimpannya langsung ke dalam ingatan jangka panjang. Ketika kejadian tersebut berulang, kita merasa seolah-olah itu terjadi di masa lalu, padahal sebenarnya baru saja kita alami beberapa menit yang lalu.
4. Kejang pada Lobus Temporal
Perlu diingat kondisi ini umumnya hanya dialami penderita epilepsi, stroke, tumor, atau kelainan pembuluh darah di otak. Lobus temporal bertanggung jawab dalam memproses emosi dan menyimpan ingatan jangka pendek.
Kejang pada lobus temporal menyebabkan respons seseorang terhadap lingkungan sekitar menurun. Mereka mungkin melakukan hal yang sama secara berulang. Ketika terjadi kejang, mereka dapat mengalami halusinasi dan merasakan déjà vu. (Z-3)
Terkini Lainnya
Teori dibalik Fenomena Dejavu
1. Teori Persepsi Terbagi
2. Teori Pengingatan Memori
3. Gangguan Sirkulasi Otak
4. Kejang pada Lobus Temporal
Bye Bye Laptop, Terlalu Lama Ngetik Picu Gangguan Saraf Tepi?
Dokter Ikuti Pelatihan Operasi Aneurisma Otak untuk Cegah Strok
Ketahui Penyebab Cerebral Palsy dan Sejumlah Gejalanya
Waspada Microsleep, Gejala Tidur Beberapa Detik
Yuk, Berkunjung ke Pantai Pasir Padi Pangkalpinang, Bisa Ikut Lomba Makan Otak-otak
Otak Remaja yang Alami Kecanduan Internet Alami Perubahan
Pegagan untuk Perbaiki Kemampuan Daya Ingat, Ini Penjelasan Ilmiahnya
2 Pelajar Indonesia Raih Gelar Grandmaster of Memory di Ajang Kompetisi Daya Ingat Internasional
Menulis Tangan sejak Dini Tingkatkan Kemampuan Otak dan Daya Ingat Anak
Bosan Jadi Orang Pelupa? Lakukan Ini untuk Latih Daya Ingat
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap