visitaaponce.com

Pegagan untuk Perbaiki Kemampuan Daya Ingat, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Pegagan untuk Perbaiki Kemampuan Daya Ingat, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Pedagang membawa sambal tradisional daun Pegagan (Centella asiatica) untuk dijajakan di pasar takjil Ramadhan, Banda Aceh(Antara/Irwansyah Putra)

TANAMAN pegagan (Centella asiatica) saat ini sedang dikembangkan untuk mengatasi defisit memori di hipokampus dan kesehatan mental.

Hipokampus, sebagai struktur otak yang berukuran 5 centimeter, menarik perhatian karena fungsinya sebagai pusat penting pembelajaran, konsolidasi memori, dan fungsi pemetaan kognitif. Akan tetapi, sayangnya hippocampus rentan mengalami stress sehingga pengaruh stress yang berkepanjangan pada hipokampus menjadi perhatian utama pada bidang neurosains dan kesehatan mental. 

Salah satu terapi yang kini sedang dikembangkan untuk mengatasi defisit memori di hipokampus adalah menggunakan tanaman herbal Centella asiatica, atau yang lebih dikenal sebagai pegagan yang senyawa aktifnya ditengarai mampu meningkatkan kemampuan belajar dan memori pada manusia.

Baca juga : 2 Pelajar Indonesia Raih Gelar Grandmaster of Memory di Ajang Kompetisi Daya Ingat Internasional

Hal itu dikemukakan oleh Dosen FKKMK UGM Prof. Dr. dr. Dwi Cahyani Ratna Sari, M.Kes., PA(K)., pada pidato pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Anatomi pada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Selasa (23/4), di ruang Balai Senat UGM.

Hipokampus, ujarnya menjadi pusat untuk mengingat yang terdapat banyak neuron di dalamnya. 

"Di sana, memori jangka pendek dapat diolah menjadi ingatan jangka panjang dan disimpan pada korteks serebri melalui proses plastisitas sinaptik. Seseorang juga dapat mengetahui dimana dirinya dan apa yang sedang dilakukannya akibat dari pemetaan kognitif lingkungan spasial dari hipokampus," katanya.

Baca juga : Bosan Jadi Orang Pelupa? Lakukan Ini untuk Latih Daya Ingat

Dwi menjelaskan, proses pembentukan memori pada hipokampus melibatkan empat tahap. Tahap pertama adalah pengkodean (encode), di mana informasi disimpan dengan perhatian yang cukup agar tidak mudah dilupakan.

Tahap berikutnya adalah konsolidasi memori dan  penyimpanan memori. Terakhir adalah pengungkapan kembali memori tersebut. 

“Memori dengan jejas yang kuat dapat diungkap kembali dengan mudah dan sebaliknya,” ucapnya.

Baca juga : Peduli Kesehatan Mental, Ganjar Buka Call Center Dokter Kejiwaan 24 Jam

Jika seseorang mengalami stress, maka akan berpengaruh pada kemampuan belajar dan mengingatnya. Pada saat itu, terjadi atrofi dendrit, yaitu penurunan fungsi sel saraf dalam menerima sinyal dari sel lain, serta penekanan neurogenesis atau tidak terjadinya pembentukan neuron baru.

Dikatakan, salah satu terapi yang sedang dikembangkan untuk mengatasi defisit memori di hipokampus adalah Centella asiatica, atau yang lebih dikenal sebagai pegagan. 

Senyawa aktifnya, seperti asam asiatik dan asiatikosida, diyakini dapat menembus sawar darah-otak, mempengaruhi permeabilitas glukokortikoid, dan meningkatkan influx ion kalsium, yang kemungkinan memperbaiki proses daya ingat dengan mengoptimalkan fungsi neuron di hipokampus. 

Baca juga : Tanggapi Data Masalah Kesehatan Jiwa Peserta PPDS, Dokter Spesialis Kejiwaan Ajak Berantas Stigma Depresi

“Secara umum, pegagan ini juga memperbaiki memori spasial pasca stres melalui efek ansiolitik, dan kemampuannya dalam meningkatkan sintesis neurotransmitter, terutama dopamin, yang mendukung proses konsolidasi memori melalui LTP,” tutur Dwi.

Dwi Cahyani berharap terdapat penelitian lebih lanjut dapat mengkonfirmasi jalur kaskade pegagan dan titik tangkapnya di hipokampus. 

Zat aktif dalam pegagan, seperti asam asiatik dan asiatikosida, perlu diteliti lebih lanjut untuk menentukan dosis efektifnya. Selain itu, perlunya validasi efek pegagan dan zat aktifnya dalam meningkatkan kemampuan belajar dan memori pada manusia.

Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, M.Sc., turut memberikan pidato sambutan setelah mengalungkan samir Guru Besar pada Prof Dwi Cahyani Ratna Sari. Dalam pidatonya, ia menyebutkan Prof. Dwi Cahyani Ratna Sari, merupakan salah satu dari 68 guru besar aktif dari 131 guru besar yang pernah ada di FKKMK UGM. (AU/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat