visitaaponce.com

Ajari Ibu Rumah Tangga Membatik dan Eksplorasi Motif Betawi

Ajari Ibu Rumah Tangga Membatik dan Eksplorasi Motif Betawi
Busana modest karya Lily M.W yang terbuat dari kain batif motif betawi(MI/Siti Retno Wulandari)

BICARA soal ciri khas Jakarta yang langsung terucap pasti ondel-ondel dan monas. Dua hal ini juga yang memenuhi isi kepala Lily Mariasari Widjaja ketika sepulang dari luar negeri ditantang untuk membuat batik motif betawi oleh pihak pemerintah Kota Jakarta Timur. Tepatnya, Desember 2016, Lily mulai mencoba membatik motif betawi.

"Ya memang yang terlintas di kepala saya soal khas-nya Jakarta yang muncul ondel-ondel. Tetapi lalu saya pelajari lagi sejarah batik betawi, Pergub, kekhasan Jakarta yang ternyata beragam dan berbeda di setiap kota administratif," kata Lily mengenang awal mula mencipta batik motif betawi, Rabu (28/6).

Setelah belajar membatik, Lily merasa bisa mengembangkan menjadi suatu busana sesuai dengan kemampuannya mendesain pakaian. 

Baca juga : Penggunaan QRIS di Aplikasi BRImo Mudahkan Pembukuan Usaha

Ia pun lantas membeli kain-kain batik motif betawi pada salah satu pedagang di Kwitang lalu dibentuk beragam potongan busana muslim perempuan maupun baju laki-laki dengan jenama Elemwe yang sudah berdiri sejak 2015.

Lily kaget ketika tahu kain tersebut justru dibuat oleh pengrajin batik di Jawa Tengah. Ia lantas berdiskusi dengan pihak Pemkot Jakarta Timur dan menyarankan mengadakan kelas pelatihan untuk ibu-ibu di rumah susun, ketika itu yang tersebut olehnya Rusun Tambora, Jakarta Barat.

Baca juga : Kisah Sri Sapariati, Ajukan KUR BRI Untuk Kembangkan Usaha Ecoprint

Berbekal modal jaringannya sebagai desainer, Lily lantas berkolaborasi dengan pengajar dari UNS Solo yang didatangkan ke Rusun Tambora untuk melatih para ibu rumah tangga untuk membatik pada 2017. Usai 2 minggu proses belajar berjalan, ada 20 pembatik dari rusun yang lulus dan disebut punya potensi oleh pengajar.

"Ya dulu, kami yang kasih tahu dulu motifnya. Seminggu belajar mereka sudah mampu tuh membatik, ini yang dasar ya tanpa isen-isen. Awalnya ondel-ondel dan monas, lalu saya minta mereka untuk eksplorasi, kan mereka di Jakarta Barat, ayo apalagi yang khas di kota kalian, muncul lah ikan cupang serit dan anggrek. Sekarang 20 orang tersebut ada yang jadi instruktur membatik, mengisi pelatihan-pelatihan dan menjadi pembatik mandiri," ungkap Lily.

Eksplorasi dan inovasi menjadi hal yang digarisbawahi Lily, agar pengrajinnya terus belajar dan mencari tahu apa yang menjadi kekhasan Kota Jakarta dan bisa dituangkan menjadi motif batik.

Tidak Bergantung pada Siapapun

Selain itu, Lily tak memaksa semua yang pernah dilatihnya untuk kerja bersama Elemwe. Hanya ada 10 pengrajin batik rusun Tambora yang bekerja tetap membuat lembaran kain untuk kemudian diolah Lily menjadi beragam busana, seperti kemeja lengan pendek pria, jaket berpotongan bomber denga aksen karet di bagian pergelangan tangan hingga gaun panjang dengan aksen lipit mulai dari pinggang bermotif kembang goyang dan tumpal.

Baginya, apa yang dilakukan harus bermanfaat bagi sekeliling. Ia ingin membantu perekonomian warga Jakarta dengan melestarikan budaya betawi dengan membatik. 

Kini meskipun kesepuluh pengrajin itu mengerjakan kebutuhan Elemwe, namun mereka tak dihalangi jika mendapat pesanan dari tempat lain. Karena Lily ingin mereka mampu berdiri sendiri, tak melulu disuapi. Hal itu akan membuat pengrajin berkembang.

Lily pun mengamini kekuatan sosial media membantu para pengrajinnya dikenal banyak pihak. Hal ini menambah keuntungan bagi si pengrajin karena pangsa pasarnya ikut meluas.

"Mereka ada pesanan dari pihak lain juga, ya kenal mereka karena apa yang mereka kerjakan sering saya unggah, kekuatan sosial media lah, jadi banyak yang tahu mereka. Saya selalu katakan untuk tidak bergantung pada siapapun agar kualitas produk tetap terjaga, inovasi pun tidak lupa," tuturnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat