visitaaponce.com

Indonesia Kekuarangan Dokter Spesialis Kanker Tulang

Indonesia Kekuarangan Dokter Spesialis Kanker Tulang
Ilustrasi(Medcom.id)

Penanganan kanker tulang di Indonesia masih menemui sejumlah hambatan. Salah satu hambatan terbesar ialah keterbatasan dokter spesialis onkologi ortopedi, atau dokter ahli bedah yang memiliki spesialisasi dalam pengobatan tumor tulang jinak maupun ganas.

Ketua Dewan Pakar Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI) Ferdiansyah mengungkapkan, saat ini, Indonesia hanya memiliki sebanyak 32 orang dokter spesialis onkologi ortopedi.

"Banyaknya pasien yang tidak tertangani itu sudah pasti, karena jumlah kita masih sangat terbatas sekali," kata Ferdiansyah dalam media briefing yang diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (4/7).

Baca juga: Yuk Ketahui Jenis, penyebab, dan Gejala Kanker Tulang

Secara rinci, ia menyebut dokter spesialis onkologi ortopedi yang berlokasi di Aceh ada satu orang, di Medan satu orang, Sumatra Barat satu orang, Sumatra Selatan empat orang, Makassar dua orang, Denpasar satu orang dan sisanya tersebar di Jawa.

Di samping itu, keterbatasan fasilitas menjadi masalah dalam penanganan kanker tulang. Misalnya saja, tidak semua rumah sakit, termasuk rumah sakit tipe A yang memiliki fasilitas magnetic resonance imaging (MRI).

Baca juga: Ini Aneka Twibbon Untuk Memperingati Hari Kanker Tulang

Selain keterbatasan SDM dan fasilitas, ia menyatakan banyak pasien kanker tulang yang datang terlambat. Oleh karena itu, penanganan akan menjadi semakin rumit, angka kesembuhan menipis dan pembiayaan menjadi lebih tinggi.

"Pasien kita umunya datang terlambat jadi operasi butuh biaya besar. Meskipun ada paket BPJS, tapi di beberapa rumah sakit ada kebijakan kuota, ada pembatasan layanan," ucapnya.

"Operasi tulang itu termasuk operasi sulit. Operasi kanker tulang juga butuh waktu panjang, stamina tinggi dan angka stresnya yang cukup besar."

Berdasarkan data global, prevalensi kanker tulang di dunia ialah 4% sampai 10% per 1 juta penduduk. Dengan demikian, di Indonesia diperkirakan ada sebanyak 2.700 kasus kanker tulang. Untuk mengatasi permasalahan itu, Ferdiansyah menilai perlu adanya penguatan deteksi dini kanker tulang. Dalam hal ini, diharapkan pemerintah menyediakan fasilitas dan SDM yang memadai.

"Jadi kami mengimbau pemerintah untuk melengkapi sarana fasilitas bagus untuk onkologi ortopedi, terutama RS tipe A. Selain itu, penanganan pembiayaan juga penting agar banyak masyarakat yang semakin bisa ditangani," tandasnya. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat