visitaaponce.com

Awas Jangan Sembarangan Pijat Anak saat Nyeri Tulang, Bisa jadi Gejala Kanker

Awas Jangan Sembarangan Pijat Anak saat Nyeri Tulang, Bisa jadi Gejala Kanker
Ilustrasi nyeri dan benjolan tulang pada anak(Dok. Ist)

MASYARAKAT harus berhati-hati apabila anak mengalami rasa nyeri dan benjolan pada tulang. Pasalnya, itu bisa jadi merupakan gejala kanker tulang. 

Ketua Dewan Pakar Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI) Ferdiansyah mengingatkan, jika ada gejala demikian, maka pijat penghilang rasa nyeri bukanlah solusi yang tepat.

"Jika ada benjolan dan nyeri pada tulang lalu dikasih obat masih nyeri, itu bisa jadi gejala tumor ganas pada tulang. Budaya kita sering kali saat nyeri nomor satu langsung dipijat. Itu sebenarnya tidak boleh karena kanker akan menyebar lebih cepat," kata Ferdiansyah dalam media briefing yang diadakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (4/7).

Baca juga: Indonesia Kekuarangan Dokter Spesialis Kanker Tulang

Selain jaringan kanker bisa menyebar, memijat tulang yang nyeri karena kanker bisa membesar dan bertambah ganas. Adapun, lokasi-lokasi yang umumnya menjadi tempat pertumbuhan kanker tulang ialah sendi lutut, lengan atas dan panggul.

Ferdiansyah mengungkapkan tumor ganas pada tulang memiliki karakter yang unik, karena hanya menjangkit anak-anak usia 0 sampai 14 tahun. Sementara sangat jarang kasus yang menjangkit orang dewasa.

Baca juga: Artificial Intelligence Tingkatkan Deteksi Dini Kanker Prostat

"Jadi tumor tulang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok tumor jinak, intermediate dan ganas. Lalu tumor ganas dibagi menjadi tiga, yakni primer, sekunder dan metastasis," katanya.

Ia membeberkan, tumor tulang yang paling banyak dialami ialah osteosarkoma yang termasuk dalam tumor tulang sekunder. Setiap tahunnya ada sekitar 1.000 kasus baru osteosarkoma di Amerika Serikat dan mayoritas terjadi pada anak-anak dan remaja. Adapun, angka kelangsungan hidup pasien kanker osteosarkoma 30% sampai 80%.

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa penyebab terjadinya kanker tulang, sehingga cara pencegahannya pun tidak ada. Namun, sama seperti penyakit lainnya, pencegahan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sehat hingga melakukan olahraga rutin.

Adapun, untuk menangani kanker tulang, dibutuhkan pengobatan dan terapi komperhensif. Ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan kanker tulang, yakni kemoterapi, radiasi, targeted therapy dan pembedahan.

"Ini harus dideteksi sedini mungkin supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Tapi setelah tindakan pun angka kehidupannya sekitar 80%, gak bisa sampai 100%," jelas Ferdiansyah.

Namun demikian, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam penanganan kanker tulang di Indonesia. Di antaranya terbatasnya donor tulang. Implan tulang pun harganya sangat mahal, bisa mencapai Rp100 juta sampai Rp200 juta.

Selain itu, banyak pasien yang datang terlambat, keterbatasan fasilitas diagnostik, keterbatasan ahli tumor spesialis onkologi ortopedi dan keterbatasan pembiayaan asuransi untuk kasus tumor.

"Jadi sebenarnya deteksi dini harus baik agar kita sedapat mungkin melakukan teknik penanganan yang biayanya tidak mahal dan bisa ditanggung BPJS Kesehatan," ucapnya. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat