visitaaponce.com

Artificial Intelligence Tingkatkan Deteksi Dini Kanker Prostat

Artificial Intelligence Tingkatkan Deteksi Dini Kanker Prostat
Ilustrasi AI(DOK. Freepik)

STUDI baru yang diterbitkan pada 2023 menunjukkan bahwa model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dikembangkan bersama oleh para peneliti di UCLA Jonsson Comprehensive Cancer Center dan departemen Urologi di UCLA dapat membantu dokter mendeteksi tumor yang menjadi cikal-bakal kanker prostat di awal fase.

Salah satu peneliti, Alan Priester mengungkapkan, dalam serangkaian tes, model AI ditemukan lebih akurat dalam memprediksi margin tumor daripada pencitraan resonansi magnetik (MRI). Deteksi dini itu berpotensi meningkatkan efektivitas terapi, menambah akurasi pengobatan dan mengurangi kemungkinan kekambuhan kanker.

"Kanker prostat dapat menjadi tantangan untuk dilihat, karena pada tes MRI tidak akan terdeteksi tingkat kanker sebenarnya. Pasalnya, kanker prostat pada setiap pasien sangat unik. Kanker bisa tumbuh dalam berbagai bentuk dan ukuran," ucap Priester diakses dari European Urology Open Science, Rabu (28/6).

Baca juga: Guru Besar UGM: Tak Bisa Dicegah, Dibutuhkan Aturan dan Perizinan Artificial Intelligence

Seperti diketahui, data global menyebutkan bahwa 1 dari 8 pria di dunia terdiagnosa kanker prostat. Sebanyak 50% pasien kanker prostat kehilangan fungsi organ vitalnya. Karenanya, penelitian untuk deteksi dini kanker prostat dikatakan Priester penting untuk dilakukan.

Ia menyatakan, AI itu memiliki sensitivitas sebesar 98% untuk menentukan letak tumor kanker di awal fase. Lokasi kanker dapat divisualisasikan dengan tepat dengan pemodelan 3D untuk perencanaan intervensi awal.

Baca juga: Pemerintah Harus Tegas dalam Mengantisipasi Perkembangan AI

Priester membeberkan, cara kerjanya ialah model AI dilatih menggunakan data biopsi terlacak. Selanjutnya, skor kepercayaan enkapsulasi (ECS) dikembangkan menggunakan dataset kalibrasi histopatologi whole-mount (WM). Terakhir, model AI dan ECS dievaluasi secara retrospektif menggunakan kumpulan data uji WM, yang independen dari data pelatihan dan kalibrasi.

"Teknik ini melibatkan panduan pencitraan, seperti MRI, untuk menemukan lokasi tumor secara akurat dan memandu pengobatan. Pencitraan waktu nyata selama prosedur membantu memantau kemajuan perawatan dan memastikan pengiriman energi yang tepat ke area yang diinginkan," beber dia.

Teknik itu, dikatakan Priester merupakan sebuah kemajuan dalam metode deteksi kanker prostat. Pasalnya, teknologi yang digunakan saat ini masih meremehkan tingkat kanker prostat. Hal itu dapat memperumit pengobatan yang tepat.

"AI memiliki potensi untuk menentukan margin ini dengan lebih baik daripada MRI saja, faktor penting dalam memastikan diagnosis yang akurat, perencanaan perawatan yang tepat, dan prosedur pembedahan yang efektif," jelas dia .

Saat ini, Unfold-AI tengah dikembangkan oleh sejumlah ilmuwan di Avenda Health. Pengujian kemudian dilakukan dalam kumpulan data independen dari 50 pasien yang menjalani prostatektomi radikal untuk kanker risiko menengah di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford.

"Tim menemukan model AI lebih akurat dan efektif dalam memprediksi margin tumor daripada metode konvensional," pungkasnya. (Ata/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat