Atase Pendidikan dan Kebudayaan Miliki Peran Strategis dalam Diplomasi Publik
![Atase Pendidikan dan Kebudayaan Miliki Peran Strategis dalam Diplomasi Publik](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/9c84b290c5fa3a3cbdee88040f0504be.jpg)
ATASE Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) memegang peranan strategis sebagai perpanjangan tangan pemerintah di luar negeri dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Melalui kebijakan Merdeka Belajar, Atdikbud dapat mengakselerasi diplomasi publik dengan negara lain, salah satunya dengan peningkatan kerja sama baik di bidang pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Anang Ristanto menyampaikan pentingnya peran Atdikbud dalam mendukung pelaksanaan program Merdeka Belajar sebagai diplomasi publik. "Banyak hal-hal yang strategis yang perlu ditindaklanjuti untuk mengakselerasi gerakan Merdeka Belajar di wilayah negara akreditasi masing-masing, seperti Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) dan IISMA Vokasi, Matching Fund, Kedaireka, program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), serta Rumah Budaya Indonesia (RBI) untuk pemajuan kebudayaan,” ujar Anang saat penutupan Rapat Koordinasi Atdikbud dan Wakil Delegasi Tetap UNESCO, di Bali, pertengahan pekan lalu.
Untuk itu, Kemendikbudristek mendorong para Atdikbud untuk meningkatkan kerja sama dengan negara lain terutama dalam bidang pendidikan tinggi, riset, dan teknoogi. “Atdikbud harus memastikan mahasiswa yang ikut MBKM, dosen, dan guru yang akan melanjutkan pendidikan di luar negeri bisa terlaksana dengan baik,” ucap Anang.
Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi, Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah mengatakan diplomasi publik bertujuan untuk mencapai visi negara dan juga kepentingan aktor-aktor dalam negeri melalui aset diplomasi yang dimiliki. “Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi para Atdikbud, karena mengemban tanggung jawab dalam diplomasi publik Indonesia ke negara setempat,” ungkap Faizasyah.
Dalam melaksanakan diplomasi publik, kata Faizasyah, Atdikbud dapat melibatkan aktor-aktor yang dapat dijadikan mitra dalam menguatkan diplomasi publik, seperti pelaku usaha, media, pelajar, organisasi masyarakat, diaspora/PMILN, dan individu atau pemuda. “Aktor-aktor di dalam negeri juga berpengaruh dalam diplomasi publik di luar negeri,” ucapnya.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Nizam yang menjadi narasumber pada rakor ini, mengatakan para Atdikbud di 19 negara dapat membangun diplomasi publik melalui kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Sebagai upaya transformasi pendidikan tinggi, MBKM saat ini telah menjadi tren di beberapa kampus terbaik di dunia, misalnya Harvard University.
“Melalui MBKM, beberapa program seperti double degree, joint degree, magang di industri, beasiswa, serta pertukaran mahasiswa dapat menjadi program unggulan diplomasi publik Indonesia dalam bidang pendidikan,” tutur Nizam.
Kebijakan Kampus Merdeka, kata Nizam, diharapkan dapat membuka ruang dan menciptakan lulusan yang siap bersaing di dunia kerja. “Terkait hal ini, perguruan tinggi harus menciptakan kampus yang eligible sehingga dapat mendorong mahasiswa untuk lebih produktif dan dosen juga harus lebih fleksibel dengan perkembangan zaman, untuk menciptakan ruang kelas yang lebih dinamis," tuturnya.
Untuk itu, Kemendikbudristek mendorong para Atdikbud agar membantu perguruan tinggi di Indonesia untuk bermitra dengan kampus dunia, baik melalui kerja sama kampus ke kampus, maupun dengan dunia industri. “Diharapkan tidak hanya kerja sama berupa naskah saja, namun juga perlu ada implementasinya. Perguruan tinggi dapat mengundang profesional dari beberapa negara mitra masuk ke dunia kampus,” ungkap Nizam.
Sedangkan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid menyampaikan Kemendikbudristek memiliki program Rumah Budaya Indonesia (RBI) sebagai program diplomasi budaya yang bergerak menciptakan pusat kebudayaan untuk Indonesia di setiap negara.
“RBI sebagai salah satu wujud dari upaya diplomasi budaya dengan tujuan memperlihatkan dan mengenalkan keberagaman budaya Indonesia di kanca internasional, sehingga hal ini dapat menjadikan budaya Indonesia lebih diketahui oleh masyarakat global,” ujar Hilmar. (RO/R-2)
Terkini Lainnya
SMK Khusus Cat Jawab Kebutuhan Industri
Persoalan PPDB di Yogyakarta Terjadi di Berbagai Tingkatan Sekolah
Definisi Orientasi Adalah? Kenali Proses dan 9 Contoh Kegiatan yang Menarik
Banyak Anak Indonesia Diterima di Universitas Kelas Dunia, Tanda Kualitas Pendidikan Nasional Terus Membaik
Pembentukan Satgas PPDB Dinilai tidak Efektif Halau Kecurangan
Kemendikbud-Ristek Upayakan Pemerataan Akses Pendidikan melalui PPDB
Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Dua Perpustakaan Nasional Rusia
Pelajar SMA Labschool Cirendeu Tangsel Bawa Misi Budaya ke Festival Internasional Polandia
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Jalan Kebudayaan, Perayaan Tujuh Tahun UU Pemajuan Kebudayaan
UU Pemajuan Kebudayaan jadi Modal Kemajuan Bangsa
Melibatkan Masyarakat dalam Memelihara Cagar Budaya
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap