visitaaponce.com

Kenali Cara Kendalikan Autoimun untuk Melancarkan Program Kehamilan

Kenali Cara Kendalikan Autoimun untuk Melancarkan Program Kehamilan
Ilustrasi(MI/Ramdani)

Penyakit autoimun dapat menjadi pengganggu kehamilan. Pasalnya, imun yang ada di tubuh penyintas autoimun sangat sensitif dan dapat merusak tatanan rahim serta merusak pembuluh darah yang berfungsi menyuplai nutrisi, oksigen dan lain sebagainya kepada janin.

Meskipun demikian, Dokter Spesialis Obsgyn Konsultan Feto Maternal RSUD Dr. Moewardi, Wisnu Prabowo, menegaskan bahwa tetap ada jalan bagi para penyintas autoimun untuk tetap mendapatkan kehamilan yang sehat dan baik.

“Autoimun itu jadi harus dibuat rileks. Karenanya ada program untuk membuat kehamilan aman agar imun itu anteng. Itu bisa diterapkan. Ada juga obat namanya Imunosupresan dan itu aman untuk janin. Jadi jangan khawatir dan putus asa. Yakinkan kalau fungsi reproduksinya bagus, semestinya bisa untuk mengendalikan autoimun dengan program,” ungkap Wisnu dalam diskusi daring RSUD Dr. Moewardi bertajuk Perlukah Program Kehamilan Bagi Penyintas Autoimun, Rabu (20/9).

Baca juga: IDI: Perkawinan di Atas 30 Tahun Berisiko Lahirkan Anak Down Syndrome

Lebih kanjut, menurut ia mengatakan permasalahan yang terjadi pada penyintas autoimun saat kehamilan bukan terkait kesuburan, melainkan tumbuh kembang janinnya.

Hal ini disebabkan banyaknya jaringan inflamasi yang membuat janin tidak dapat menempel dan di dalam ketubannya terlalu banyak jaringan inflamasi.

Baca juga: Keluarga Muda Wajib Tahu! Ini Ciri-ciri Hamil Muda

“Untuk bayi tabung juga mohon maaf untuk menemukan produk di luar untuk ditanam di dalam rahimnya saja kadang-kadang repot,” tuturnya.

Kendati demikian, menurutnya saat ini sudah terdapat solusi dengan melaksanakan berbagai program. Langkah pertama yang harus dipastikan adalah melakukan screening jenis autoimun apa yang sedang diidap oleh pasien.

Setelah itu baru dapat dilakukan penanganan agar autoimun menjadi aman dan tidak telalu agresif ketika menerima sperma untuk bertemu sel telur.

“Paling penting, kehamilan itu harus satu tim suami dan istri. Kebanyakan yang diperiksa ini hanya istrinya. Karena penanganan autoimun ini kan butuh waktu ya. Kalau hanya sendiri saja itu akan stres. Jadi perempuan yang menanggung beban hamil dan ternyata punya riwayat autoimun harus berjuang sendiri. Jadi jangan hanya sekadar datang dan cek laboratorium. Tapi juga ada dukungan dari pasangan,” tegasnya.

“Kalau enggak salah sekarang itu stres juga bisa jadi trigger untuk autoimun. Jadi untuk teman-teman yang penyintas autoimun, tolong dirukunkan dan disepakati lagi untuk persiapan program. Perempuan itu punya pengendali inflamasi yang alami yaitu hormon estrogen. Nah kadang-kadang ini naik turun, kalah sama emosinya. Intinya perempuan itu harus dibahagiakan,” tandasnya. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat