visitaaponce.com

Penyakit Jantung Masih Menjadi Penyebab Utama Kematian di Dunia

Penyakit Jantung Masih Menjadi Penyebab Utama Kematian di Dunia
Ilustrasi penyakit jantung.(Freepic)

DIREKTUR Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Eva Susanti mengatakan penyakit jantung masih menjadi penyebab utama sebagai penyebab kematian nomor 1 di dunia.

WHO merilis data, 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung. Kalau di Indonesia penyakit kardiovaskular mencapai sekitar 651.481 penduduk per tahun yang terdiri dari stroke ada 331.349 kematian, penyakit jantung koroner ada sekitar 245.343 kematian, kemudian penyakit jantung hipertensi ada sekitar 50.620 yang juga diikuti dengan beberapa penyakit kardiovaskular lainnya,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Hari Jantung Sedunia 2023, Senin (25/9).

Lebih lanjut, menurut Eva, tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat dan beberapa perilaku lain seperti merokok dan pola makan tidak seimbang yang berkontribusi pada beberapa permasalahan terutama konsumsi gula, garam dan lemak yang tinggi.

Baca juga: Rutin Medical Check-Up Bisa Tekan Risiko Penyakit Jantung

Menurutnya, penyakit tidak menular khususnya penyakit jantung ini akan menyebabkan beban ekonomi dan sosial yang tinggi di masyarakat di mana pembiayaan penyakit ini dapat menghabiskan keuangan begara sekitar Rp10,9 triliun dengan jumlah kasus 13,7 juta orang sesuai data BPJS pada November 2022.

Hari Jantung Sedunia ini juga bertujuan untuk bisa memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengenali kesehatan jantung dengan melakukan deteksi dini sedini mungkin dan melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit jantung.

Baca juga: Upaya Pencegahan, Harus Kenali Gejala Penyakit Jantung Secara Dini

”Saat ini 40 rumah sakit sudah mampu melakukan kateterisasi jantung. Di mana Rumah Sakit Jantung Harapan Kita sudah mampu menangani penyakit jantung secara komprehensif mutakhir. Lalu beberapa rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia sudah mulai mampu melakukan kateterisasi jantung dan juga bedah jantung terbuka. Ini akan kita perkuat agar ke depannya bisa melakukan atau setingkat lebih tinggi dari yang mereka mampu lakukan karena memang satu dari 1.000 orang Indonesia berisiko mengalami penyakit jantung maka kita sediakan sarana dan prasarananya,” kata Eva.

Kemenkes sendiri memiliki empat kebijakan penanggulangan penyakit tidak menular. Pertama kita melakukan edukasi dan promosi, di mana kita berusaha melakukan perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan edukasi. Salah satunya melalui media massa dalam Hari Jantung Sedunia,

Diharapkan masyarakat akan semakin teredukasi bahwa mereka harus melakukan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi buah dan sayur, mengurangi konsumsi gula garam dan lemak, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, kemudian melakukan olahraga setiap hari sebanyak 30 menit per hari kemudian menghindari stress dan melakukan, istirahat yang cukup kurang lebih tujuh sampai delapan jam perhari.

Kemenkes juga menggencarkan deteksi dini, di mana pihaknya dapat menemukan penyakit lebih awal kemudian melawan intervensi sejak dini dan melakukan metode terbaik sesuai kebutuhan dan sumber daya yang ada untuk bisa melakukan penanganan sehingga nanti diharapkan penyakitnya akan lebih mudah untuk dituntaskan.

Eva berharap 70% dari penduduk Indonesia sudah dapat melakukan deteksi dini di 2023. Karena kenyataannya baru sekitar 30,6 juta.

“Sehingga saya menghimbau mengajak seluruh masyarakat Indonesia. Kita punya target tahun ini ada 14 juta masyarakat yang melakukan skrining gratis, di mana mereka bisa melakukan skrining tekanan darah, gula darah mengukur lingkar perut karena wanita tidak boleh lebih dari 80 cm kemudian laki-laki lebih dari 90 cm. Juga pemeriksaan hipertensi,” kata Eva.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat