visitaaponce.com

Surveilans di ASEAN dan Indonesia Cegah Masuk Virus Nipah di Tanah Air

Surveilans di ASEAN dan Indonesia Cegah Masuk Virus Nipah di Tanah Air
Petugas kesehatan mengevakuasi pasien yang meninggal dunia karena infeksi virus Nipah di India, pada 12 September 2023.(AFP )

SURVEILANS atau pengamatan secara terus menerus dan sistematis terhadap suatu penyakit dalam hal ini penyebaran virus nipah dinilai menjadi salah satu langkah yang efektif untuk mencegah virus mematikan tersebut masuk ke Indonesia.

"Surveilans menjadi penting tidak hanya di Malaysia, namun se-ASEAN dan Indonesia menjadi wilayah yang berisiko karena kelelawar buah yang menjadi agen penyebaran virus nipah tersebut ada di wilayah ASEAN," kata Epidemiologi Griffith University Australia, dr Dicky Budiman saat dihubungi, Sabtu (30/9).

Di Indonesia kelelawar buah tersebut banyak dijumpai di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Tentunya ini menjadi kewaspadaan.

Baca juga: IAKMI Sebut Virus Nipah Saat Ini Menjadi Perhatian Global

"Artinya pemerintah tidak harus fokus kasus impor dari India. Namun pemerintah harus fokus tingkatkan surveilans di dalam negeri dulu, di sisi lain pintu masuk negara juga perlu ditingkatkan terutama warga negara (WN) Bangladesh dan India," ujar dia.

WN kedua negara tersebut yang mengalami gejala demam, muntah, atau ada radang tenggorokan sebaiknya melakukan isolasi mandiri kerja sama yang dibangun dengan puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Baca juga: Kemenkes Minta Masyarakat Jaga Kebersihan untuk Cegah Penyebaran Nipah

"Namun yang pasti deteksi dan surveilans di dalam negeri dalam hal ini bukan hanya di manusia dengan gejala Influenza Like Illness (ILI) tapi juga surveilans pada hewan," ungkapnya.

Kasus Nipah virus outbreak memang pernah terdeteksi di Malaysia dan KLB atau epidemik dengan 276 kasus dan sekitar 106 kematian cukup tinggi. Sejak saat ini pemerintah Malaysia secara berkala hampir setahun sekali melakukan sistemik monitoring surveilans pada hewan.

Dihubungi terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan kelompok yang berisiko terkena virus nipah antara lain peternak babi atau petugas pemotong babi pada area peternakan yang dekat dengan populasi kelelawar buah. Diketahui kelelawar buah dan babi menjadi agen penyebar virus tersebut di India dan Malaysia.

"Kemudian pengumpul nira/aren atau buah-buahan lain yang kemungkinan dikonsumsi kelelawar buah. Petugas kesehatan yang melakukan perawatan terhadap pasien terinfeksi virus Nipah," ujar Nadia.

Selanjutnya yakni tenaga laboratorium yang melakukan pengelolaan spesimen pasien terinfeksi virus nipah, dan keluarga atau kerabat yang merawat pasien terinfeksi virus nipah.

Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui penyebaran virus nipah yang perlu dihindari antara lain kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi virus nipah termasuk zat ekskresi atau sekresi seperti urin, air liur, darah, atau sekresi pernapasan.

"Konsumsi daging mentah dari hewan yang terinfeksi atau produk makanan mentah seperti nira sawit atau buah yang terkontaminasi kelelawar buah yang terinfeksi. Kontak dengan orang yang terinfeksi atau cairannya seperti droplet, urin, atau darah," pungkasnya. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat