visitaaponce.com

Buku Bermutu Indonesia Ramaikan Pameran Buku Frankfurt

Buku Bermutu Indonesia Ramaikan Pameran Buku Frankfurt
Taklimat Media mengenai keikutsertaan Indonesia di ajang pameran buku Frankfurt(Dok. Kemendikbudristek)

PAMERAN Buku Frankfurt kembali digelar tahun ini pada 18 -22 Oktober 2023. Indonesia melalui Pusat Perbukuan; Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP); Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), mengirimkan delegasinya pada Pameran Buku Frankfurt 2023.

Delegasi Indonesia terdiri dari unsur pemerintah dalam hal ini perwakilan Kemendikbudristek dan pelaku perbukuan (perwakilan penerbit).

Pada pameran Buku Frankfurt 2023, tema yang diangkat adalah “Buku Bermutu untuk Literasi Indonesia”. Kemendikbudristek membawa misi diplomasi budaya Indonesia dan peningkatan kemampuan literasi dasar melalui buku-buku terbitan Kemendikbudristek dan penerbit umum.

Baca juga : Kebudayaan Diharapkan Beri Sumbangsih pada Agenda Penyelamatan Bumi

“Buku bermutu yang ditampilkan pada pameran ini memiliki nilai-nilai budaya nasional. Hal ini tercermin dari ilustrasi dan alur cerita yang disampaikan. Bukan itu saja, pada Buku Nonteks berjenjang yang telah disusun Pusat Perbukuan menampilkan sisi empati dan keberagaman. Beberapa karakter dalam Buku Nonteks Berjenjang menampilkan anak inklusi/difabel yang juga beraktivitas normal sebagaimana anak kebanyakan,” jelas Kepala Pusat Perbukuan, Supriyatno dalam Taklimat Media di Jakarta.

Selain mempromosikan buku yang telah disusun Kemendikbudristek, pameran ini juga menjadi kesempatan benchmarking buku-buku pendidikan yang beredar di berbagai negara.

Baca juga : Sesuai Deklarasi ASEAN, Pengembangan Anak Usia Dini Harus Holistik Integratif

Forum itu uga menjadi peluang untuk melakukan kajian kebijakan dalam upaya meningkatkan ekosistem perbukuan di Indonesia dengan melihat model buku pendidikan yang dipamerkan di sana.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Arys Hilman menyampaikan, perbedaan kultur dan kurikulum menjadi daya tarik tersendiri dalam benchmarking ini.

Menurutnya, pelaku perbukuan (perwakilan penerbit) yang difasilitasi oleh Kemendikbudristek dapat melakukan kerja sama secara langsung dengan pelaku perbukuan dari berbagai negara. Sebab, buku-buku terbitan penerbit Indonesia turut dipamerkan.

“Dengan adanya fasilitasi bagi penerbit ini, pelaku perbukuan dapat memperluas jaringan dengan penerbit, agen hak cipta, dan distributor buku dari berbagai negara,” tuturnya.

Pameran Buku Frankfurt adalah pameran perdagangan buku internasional terbesar di dunia yang diadakan di Frankfurt, Jerman setiap tahunnya. Pameran ini diikuti oleh lebih dari 7 ribu peserta dari 100 negara dan dihadiri oleh lebih dari 250 ribu pengunjung.

Pameran Buku Frankfurt adalah tempat para penerbit, agen hak cipta, dan distributor buku dari seluruh dunia bertemu untuk melakukan bisnis, memamerkan produk mereka, dan menjalin kerja sama.

Indonesia pernah menjadi Tamu Kehormatan (Guest of Honour) di Pameran Buku Frankfurt tahun 2015 dengan tema "17 Ribu Pulau Penuh Imajinasi". Pameran ini menampilkan berbagai koleksi naskah kuno Indonesia, buku-buku karya penulis Indonesia, dan berbagai kegiatan budaya lainnya.

Tujuan keterlibatan Kemendikbudristek dalam pameran buku ini adalah 1) mempromosikan buku-buku buatan Indonesia, 2) menggali informasi tentang tren perbukuan dunia, 3) mengikuti perkembangan teknologi perbukuan dunia, 4) memperluas jaringan pelaku perbukuan dunia.

Pengembangan konten buku saat ini terus berkembang dengan menerapkan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Penyusunan kurikulum pendidikan tidak semata berfokus pada nilai saja tapi bagaimana menciptakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan berkarakter Pancasila.

Melalui program Merdeka Belajar episode ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia, Kemendikbudristek telah melakukan beberapa upaya penguatan literasi.

Pertama, menerbitkan sejumlah buku teks utama sesuai Kurikulum Merdeka untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, dan pendidikan khusus (berupa buku siswa dan buku panduan guru).

Kedua, menerbitkan sejumlah buku nonteks sebagai model bahan bacaan yang bermutu sesuai dengan standar perjenjangan buku. Model buku nonteks disusun mulai dari jenjang pembaca dini (Jenjang A) hingga pembaca mahir (jenjang E) yang bertujuan meningkatkan kualitas literasi.

Ketiga, melakukan penilaian buku pendidikan sebagai salah satu bentuk pengendalian mutu buku di sekolah. Penilaian buku dilakukan secara online dan melibatkan profesional, akademisi, dan praktisi. Keempat, pengendalian harga dilakukan melalui penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) agar dapat terjangkau oleh masyarakat.

Selain itu, Kemendikbudristek juga menerbitkan buku-buku transisi PAUD ke SD. Kemendikbudristek saat ini juga sudah menghapuskan tes baca, tulis hitung (calistung) untuk masuk jenjang SD.

“Buku teks Kurikulum Merdeka kelas 1 SD sudah banyak berubah menjadi bagian dari transisi PAUD ke SD yang menyenangkan dengan memperkaya ilustrasi, sehingga tidak menyiratkan kewajiban bahwa siswa kelas 1 SD sudah harus dapat membaca. Penggunaan teks disederhanakan agar anak tetap bisa belajar dan berimajinasi. Hal ini untuk memberi dorongan agar anak tidak terbebani dengan buku pelajaran dan menyukai buku bacaan,” urai Kapusbuk Supriyatno. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat