visitaaponce.com

Kebudayaan Diharapkan Beri Sumbangsih pada Agenda Penyelamatan Bumi

Kebudayaan Diharapkan Beri Sumbangsih pada Agenda Penyelamatan Bumi
Pekan Kebudayaan Nasional(Dok. Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek)

PEKAN Kebudayaan Nasional (PKN) kembali dilaksanakan tahun ini. Acara dua tahunan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) itu kini mengangkat tema Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengungkapkan, tema itu diangkat karena pihaknya melihat betapa banyak problem lingkungan yang kini melanda dunia. Karenanya, dalam hal ini diharapkan kebudayaan memberikan sumbangsih bagi penyelamatan bumi.

“Bukan hanya seniman bicara soal lingkungan, itu sudah dilakukan sejak tahun 70-an. Tapi kita ingin sekali menggali ide, sumber daya yang sebenarnya sudah lama digunakan masyarakat dalam bentuk pengetahuan lokal, ekspresi budaya yang kita ingin gali pakai metode lumbung, sehingga bisa diakses orang banyak,” kata Hilmar dalam acara Silaturahim Merdeka Belajar yang diadakan Kamis (12/10).

Baca juga : Intip Budaya Sumatera Barat di Hotel Borobudur Jakarta

Ia meyakini tidak ada keanekaragaman budaya tanpa keanekaragaman hayati, juga sebaliknya. Budaya dan alam merupakan bagian dari sebuah kesatuan.

Karenanya, PKN 2023 diprioritaskan pada bentuk-bentuk unsur nonmanusia, tapi lebih mengedepankan bumi dan premakultur, untuk menyambung kembali keretakan metabolik antara manusia dan alam.

Baca juga : Pra-Kongres Kebudayaan Indonesia Rumuskan Dasar Pembangunan Kebudayaan RI

“Solusi selalu bisa ditemukan dalam praktik keseharian di sekitar kita. Setiap ekspresi budaya yang kita miliki sudah melalui ujian waktu dan laboratory of survival, sehingga harus dibawa ke masa modern. Karena itu PKN 2023 akan diberikan pada inisiatif warga dan kreativitas menghadapi situasi berdasarkan potensi lokal,” pungkas dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Kurator PKN 2023 Ade Darmawan menjelaskan filosofi lumbung yang diangkat dalam ajang PKN 2023.

Menurut Ade, seperti halnya lumbung yang dikenal dalam budaya dan keseharian masyarakat Indonesia, aspek lumbung yang menjadi dasar metode aksi PKN 2023 juga mengakar pada nilai lumbung sebagai ruang penyimpanan, domestik dan urun rembuk, serta elemen sosialnya.

“Dalam konteks PKN, lumbung bukan sekadar tema, tetapi sebuah cara kerja. Praktik ini mendorong pembagian sumber daya dan kuasa kepada banyak praktik di berbagai lokalitas lain di Indonesia untuk saling belajar, berjejaring dan saling memperkuat antarekosistem,” urai Ade Darmawan.

Pelaksanaan PKN tahun ini dibagi ke dalam tiga fase yaitu rawat, panen, dan bagi. Fase rawat adalah praacara berbentuk kegiatan residensi dan penelitian yang berlangsung sejak bulan Juni 2023 lalu.

Setelahnya ada fase panen yang berlangsung sepanjang Juli hingga Agustus 2023. Terakhir, fase bagi, tahap puncak sepanjang September-Oktober 2023, di mana seluruh karya dibagikan melalui pameran, tur, perjamuan, pagelaran, konferensi, lokakarya, hingga penerbitan untuk dapat dikonsumsi publik.

Sebagai bagian dari acara puncak PKN 2023, akan diperkenalkan konsep ruang tamu yang menjadi tempat bertemunya seluruh audiens. PKN 2023 diharapkan menjadi layaknya rumah yang siap menerima seluruh masyarakat di kehangatan ruang tamu.

Nantinya di ruang tamu ini tercipta percakapan, tidak hanya antarpelaku budaya tapi juga antarmasyarakat sehingga membuka peluang kolaborasi dan aksi kolektif.

“Semua ini diterjemahkan ke dalam bentuk ruang tamu yang akan disebar di beberapa titik di Jakarta. Ruang tamu sebagai tempat berkumpul, berdiskusi, bercengkerama menjadi sebuah titik awal kolaborasi yang mungkin terjadi di masa depan,” tambah Ade Darmawan.

Rangkaian PKN 2023 disiapkan oleh delapan kuratorial yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project. Secara total terdapat 35 subkegiatan dari turunan delapan besar tersebut.

Puncak acara yang merupakan fase bagi akan diadakan pada 20-29 Oktober 2023 dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti pasar ilmu, bazaar barter, dan festival layar tancap. Lokasi kegiatan puncak acara PKN sendiri akan berlangsung di 38 titik di Jakarta yang terdiri dari ruang-ruang publik dan ruang komunitas.

Lokasi yang dimaksud di antaranya Galeri Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, MBloc, Produksi Film Negara (PFN), Taman Suropati, Taman Menteng, Sungai BKT, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Ciganjur, Pasar Cipulir, Stasiun Senen, Stasiun Bogor, Taman di Jembatan Hitam, Blok M Square, MRT Lebak Bulus, MRT Bundaran HI, Penjaringan, Jagakarsa, Paseban, Bekasi, Rawamangun, Cipinang Melayu, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Kebon Jeruk, Duri Selatan, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Sempur, RPTRA Galur, RPTRA Kepulauan Pramuka, RPTRA Kali Pasir, Cilandak Town Square, Fx Sudirman, Alun-Alun Kota Bogor dan Terowongan Kendal.

Bersamaan dengan itu akan diselenggarakan juga Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI), yang merupakan kegiatan lima tahun sekali. Dalam kesempatan kali ini, berbagai rekomendasi yang dipanen dari kegiatan PKN 2023, khususnya dari simposium akan dipresentasikan dan menjadi rekomendasi. Rekomendasi ini kemudian akan menjadi bahan dasar untuk kebijakan kebudayaan masa depan. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat