Telusuri Jejak Peradaban melalui Cerita Citarum
![Telusuri Jejak Peradaban melalui Cerita Citarum](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/05/bac75cdccf4451c2851006ac80eea16c.jpg)
MANUSIA dan alam memiliki hubungan timbal balik dan bersifat saling membutuhkan. Manusia membutuhkan alam agar dapat meneruskan kelangsungan hidupnya. Sementara itu, alam membutuhkan manusia untuk menjaga dan melestarikan keberadaan alam serta sumber dayanya. Saat ini keadaan tersebut berjalan tidak seimbang.
Manusia semakin mendominasi alam sehingga alam tidak diberi kesempatan untuk mempertahankan keberadaannya. Banyak contoh kerusakan alam di berbagai belahan dunia mulai dari erosi, banjir, kekeringan hingga pencemaran sungai. Dari beberapa kasus kerusakan lingkungan, pencemaran sungai adalah yang paling dapat membuktikan adanya campur tangan manusia.
Salah satu contoh adalah pencemaran sungai Citarum. Sungai Citarum dalam kondisi normal sangat memberikan manfaat dalam kehidupan masyarakat, diantaranya untuk mengairi sawah dan kebun, tambak, dan kebutuhan MCK. Air di tiga bendungan DAS Citarum juga telah digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Plengan, Lamajang, Cikalong, Jatiluhur, Saguling dan Cirata.
Baca juga : Aktivis Lingkungan Sebut Program Citarum Harum telah Gagal
Mengingat begitu besarnya manfaat aliran sungai Citarum, pemerintah terus mengupayakan pelestarian wilayah di sepanjang aliran sungai Citarum. Upaya tersebut tentunya ikut melibatkan masyarakat sekitar. Proses pelibatan masyarakat dilakukan, diantaranya dengan cara melakukan sosialisasi kebersihan lingkungan, gotong royong, dan pengawasan rutin terhadap ekosistem terutama di pinggiran Sungai, upaya yang dilakukan tersebut kerap dilakukan.
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX sebagai salah satu UPT di bawah Direktorat Jenderal, Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun anggaran 2024 mengemas berbagai informasi seputar warisan di sepanjang DAS Citarum melalui kegiatan bernama 'Cerita Citarum'.
"Nama Citarum dan jejak peradaban di sepanjang Sungai Citarum merupakan bagian dari identitas citarum sebagai sebuah aliran sungai yang pada zaman dahulu telah dimanfaatkan sebagai jalur ulang alik berbagai komoditi baik dari hulu maupun hilir. Interaksi antara masyarakat di hulu dan hilir pada mulanya hanya bertujuan untuk saling tukar komoditi. Dalam perjalanan sejarah, interaksi antara masyarakat di hulu dan di hilir kemudian turut pula mempengaruhi aspek sosial budaya yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga kini dan menjadikannya sebagai warisan budaya benda dan takbenda pada DAS Citarum," kata Direktur Pengambangan dan Pemanfatan Kebudayaan pada Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti Jumat (31/5).
Baca juga : PB PMII Gelar Diskusi Lingkungan dan Penanaman Mangrove di Serang
Menurut Irini, jejak peradaban Citarum yang dibuktikan dengan adanya tinggalan warisan budaya benda dan takbenda merupakan aset budaya yang penting untuk diketahui dan dipahami serta menjadi landasan perlakuan ke depannya melalui penguatan informasi warisan budaya di sepanjang DAS Citarum. Berdasarkan hal tersebut, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX sebagai salah satu UPT di bawah Direktorat Jenderal Kemendikbudristek tahun 2024 ini, mengemas berbagai informasi seputar warisan di sepanjang DAS Citarum melalui kegiatan bernama 'Cerita Citarum'.
"Kegiatan ini akan mengajak sejumlah peserta untuk mengeksplorasi informasi sekaligus menginformasikan warisan budaya di sepanjang DAS Citarum kepada publik. Peserta yang diundang untuk mengikuti kegiatan ini terdiri dari para jurnalis, media instansi, organisasi profesi serta komunitas. Kegiatan Festival Citarum sangat luar biasa, karena membuat narasi terkait peradaban Citarum Nusantara," ungkapnya.
Baik itu lanjut Irini, tentang alam juga tentang candi-candi yang menjadi cagar budaya, bahkan mungkin sebagian sudah tidak bisa ditemukan. Dan kegiatan ini konteksnya festival yang berkontribusi merevetaliasi kebudayaan. Terlebih kebudayaan merupakan bagian dari solusi permasalahan ekonomi bahkan mungkin lingkungan. Maka seperti ini diharapkan bisa dilakukan secara bersama-sama dan menghidupkan para pelaku budaya. Selain itu, kegiatan festival ini juga dapat menjadi bahan lanjutan untuk para akademisi dalam melestarikan budaya dan menjadi cerita Citarum.
Baca juga : Hadapi Masalah Lingkungan, 4 Politeknik Ini Jalim Kerja sama dengan Industri
"Seperti dikatan sebelumnya, maksud dari kegiatan Cerita Citarum adalah mengajak peserta untuk berkunjung langsung ke beberapa obyek budaya yang merepresentasikan bukti jejak peradaban pada DAS Citarum. Dengan memperkenalkan dan menginformasikan warisan budaya pada DAS Citarum melalui media, menumbuhkan pemahaman masyarakat untuk berperan serta dalam melestarikan warisan budaya pada DAS Citarum," tuturnya.
Untuk lokasi yang dikujungi oleh peserta didasarkan pada warisan budaya benda yang masih bertahan. Lokasi sebaran warisan budaya terpilih berada di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Lokasi kunjungan di Kota Bandung adalah Museum Geologi. Hal pertama yang perlu diketahui peserta adalah pembentukan geologi awal Sungai Citarum yang sangat terkait dengan terbentuknya Bandung Purba.
Lalu kunjungan ke Kabupaten Bandung, ke Situ Cisanti dan Bojongmenje. Situ Cisanti merupakan titik awal atau hulu Sungai Citarum. Candi Bojongmenje merupakan candi yang masih berada dalam wilayah pinggiran sungai Citarum. Hal ini sesuai dengan bukti perjalanan masyarakat zaman dahulu yang kerap menandakan keberadaannya dengan membangun berbagai bangunan, termasuk bangunan religi.
Baca juga : Kebudayaan Diharapkan Beri Sumbangsih pada Agenda Penyelamatan Bumi
Lokasi kunjungan di Kabupaten Bandung Barat adalah Gua Pawon yang menjadi salah satu bukti keberadaan manusia Purba di wilayah cekungan Bandung. Lokasi kunjungan ke Kabupaten Purwakarta adalah Dermaga Talibaju dan Bendungan Jatiluhur. Dermaga Talibaju merupakan dermaga yang pada masa dahulu kerap dijadikan sebagai terminal berbagai komoditi yang dibawa baik menuju hulu maupun hilir.
Bendungan Jatiluhur merupakan salah satu contoh pemanfaatan sungai Citarum untuk dijadikan sebagai sarana pembangkit listrik tenaga air. Sedangkan ke Kabupaten Karawang yang dikunjngi adalah Muara Bungin dan Kawasan Percandian Batujaya. Muara Bungin merupakan hilir Sungai Citarum yang pada masa dahulu kerap dijadikan sebagai titik awal para pedagang melakukan barter komoditi ke hulu sungai Citarum. Kawasan Percandian Batujaya merupakan salah satu bukti adanya peradaban yang cukup masif dan dapat dilihat bukti tinggalan budayanya. Kawasan Percandian Batujaya kini dijadikan sebagai lokasi persembahyangan umat Budha.
Hasil dari publikasi peserta diharapkan dapat menggugah masyarakat untuk lebih memperhatikan dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan melalui berbagai kegiatan budaya di sepanjang Sungai CItarum. Selebihnya, publikasi yang dihasilkan juga dapat menjadi informasi kabupaten/kota dalam penyusunan data pokok kebudayaan sebagai data dasar yang akan digunakan dalam penyusunan strategi kebudayaan nasional. (Z-6)
Terkini Lainnya
Inspektorat Cianjur Temukan Masalah pada Bantuan Dana BOS
Jeje Govinda, Balon Bupati dari PAN Mulai Tampil di Bandung Barat
Kementerian Sosial Dukung Kampung Siaga Bencana di Desa Paas, Garut
51 Tahun Samco Farma Terus Lakukan Inovasi Produk
Kuningan Job Fair 2024 Sediakan 3.000 Lowongan Kerja
Belviu Hotel Bandung Merelaunching Palazzo Lounge
Kasus Stunting di Kabupaten Sukabumi mencapai 27% Berdasarkan Data SKI
Pengguna Royal Enfield Gelar MR RE Volume 2
UM Bandung Jadi Tuan Rumah Rakorwil Bidang Pendidikan dan Pesantren Muhammadiyah se Jawa Barat
Usung Aplikasi Belajar Bahasa Isyarat, Tim UPI Kampus Cibiru Juara 2 LIDM 2024
4 Parpol di Cianjur Bentuk Koalisi Sugih Mukti Hadapi Pilkada 2024
Project Management Institute Rangkul Telkom University Gelar Academic Roadshow
Petugas Pemadam Kebakaran Jawa Barat Ikuti Pelatihan Penanganan Satwa di Bandung Zoo
Aplikasi Kawal Haji dan Skema Murur, Revolusi Progresif Gusmen untuk Jemaah Haji Indonesia
Pegiat Pendidikan di Tasikmalaya Kritisi PPDB
Dirjen Perhubungan Darat Gelar Kampanye Keselamatan Transportasi Danau dan Sungai
Harga Beras Kembali Naik Rp500 per Kilogram di Kuningan
UPI Bandung Wisuda 2.128 Lulusan, 3 di Antaranya dari Luar Negeri
Jelang Idul Adha, Peternak Sapi di Cirebon Kebanjiran Pesanan
Liburan Sekolah, Paket School Holiday di The Jayakarta Suites Bandung, Spesial untuk Keluarga
Nikmati Kenyamanan Menginap di Sutan Raja Hotel and Convention Centre
Perkuat Hubungan dengan Mitra Bisnis, PT KAN Gelar Aroma Nusantara di Bandung
Pariwisata Kota Sukabumi Harus Naik Kelas
Grand Dafam Braga, Hotel Nyaman di Kawasan Braga
Cianjur Dorong Pengembangan Potensi Desa Wisata
Jawa Barat Targetkan Kunjungan Wisatawan Tahun 2024 Tembus 100 Juta
Budayawan Dukung Realisasi Wisata Kota Tua Jamblang di Cirebon
Tiga Objek Wisata di Sukabumi sudah Mendunia
By The Forest, Ngopi Asyik di Lembang sambil Menikmati Pemandangan Alam
Kota Cirebon Tuntaskan Penataan Kampung Wisata Arab Tahun Ini
15 Rekomendasi Kuliner di Bogor yang Wajib Dikunjungi, Ada yang Buka Cuma 2 Jam
Membawa Jamu ke Era Boba
Spill & Bites Hadirkan Fried Chicken Renyah dari Peternakan Sendiri
De Braga by Artotel Hadirkan Jelajah Kuliner Jawa Tengah dan Jawa Timur
The Trans Luxury Hotel Sajikan Daging Asap dan Panggang Karya Chef Fracesco Bettoli dari Italia
Kedai JapIndo Halal Hadir di Kota Kembang Bandung
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap