visitaaponce.com

Cegah Tuberkulosis di Lingkup Pesantren

Cegah Tuberkulosis di Lingkup Pesantren
perayaan Hari Santri Nasional (HSN) 2023 di halaman Balaikota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (22/10/2023).(Antara/Makna Zaezar)

LINGKUNGAN pesantren bisa menjadi sarang empuk penularan virus tuberkulosis (TB) dengan cepat karena padat, ramai, dan sangat erat. Oleh karena itu dibutuhkan edukasi sebagai upaya preventif agar kasus TB tidak terjadi bahkan menular antar santri maupun guru.

Dalam rangka menyambut Hari Santri 2023 dan Hari Kesehatan Nasional 2023, Lentera Anak berkolaborasi bersama Laznas Bakrie Amanah dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa mengadakan kegiatan Edukasi dan skrining Penyakit Tidak Menular (PTM) dan TB kepada para santri di Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta Selatan.

Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari menjelaskan santri dilakukan skrinning PTM dan TB dengan pendataan berat badan (BB), TB, gula darah, dan Hb. Skrining nanti santri mengisi from apakah mengalami batuk dalam 2 pekan terakhir, keringat dingin, penurunan BB drastis.

Baca juga : Kasus Tuberkulosis di Indonesia Tembus 1 Juta

"Sebagian santri sekitar 50 dari 200 santri dilakukan skrinning acak pemeriksaan sempel dahak apakah mereka memiliki gejala TB atau penyakit lain," kata Lisda dalam edukasi dan skrining PTM dan TBC di Pesantren Daarul Rahman, Jakarta Selatan, Selasa (14/11).

"Identifikasi diperlukan karena pesantren rentan berkumpul bersama jadi rentan penularan TB karena kalo satu tertular TB semua akan mudah tertular," tambahnya.

Baca juga : Kasus TB Meningkat, Deteksi Dini Harus Diperluas

Edukasi kesehatan ini sesuai dengan program kerja Lentera Anak terkait edukasi, kampanye, advokasi, pemberdayaan anak muda, kajian dan riset terkait hak anak. Sehingga edukasi PTM dan TBC ini merupakan bagian dari tugas yang perlu disampaikan pada anak-anak.

Kolaborasi untuk edukasi dan skrining sangat penting karena kesehatan merupakan hak mendasar yang harus dipenuhi oleh orang di sekitar anak baik orang tua, lingkungan, dan lainnya.

"Kita percaya bahwa jika anak terpenuhi hak kesehatan akan tumbuh kembang dengan baik sehingga membetuk SDM pada Indonesia emas. Kita ingin anak-anak harus jadi anak yang sehat. Membesarkan anak butuh dukungan dari lingkungan hingga negara. Jadi perlu banyak orang yang memenuhi hak anak," ujar dia.

Adapun upaya kesehatan di hulu dengan preventif dan edukasi akan mengurangi angka kesakitan di hilir. Anak-anak bagian dari solusi bahwa mereka bisa jadi agent of change ketika mereka mengambil peran maka harus dapat informasi pengetahuan dan wawasan agar jadi hidup lebih sehat.

Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan M. Soleh mengatakan upaya ini juga untuk meningkatkan kualitas generasi muda sebagai penerus bangsa.

"Dengan kualitas generasi muda yang baik maka mereka bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi," ucapnya.

Salah satu santri yakni Zacky mubarrok, 17, mengatakan awalnya ia tidak tahu mengenai TB baik dari penyebab, pengobatan dan sebagainya. Dengan adanya program edukasi dan skrinning setidaknya bisa tahu cara menyikapi pasien TB seperti apa.

"Sebenarnya edukasi ini buat diri kita juga. TB soal penyakit dalam yang saya tahu yang menular pada garis besarnya jadi edukasi sebenarnya buat wawasan kita, sebenarnya awalnya belum tau jadi ikut skrining jadi lebih tau," ungkapnya. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat