visitaaponce.com

Masuk Musim Penghujan, BNPB Imbau Waspada Banjir Bandang di Area Bekas Karhutla

Masuk Musim Penghujan, BNPB Imbau Waspada Banjir Bandang di Area Bekas Karhutla
Ilustrasi banjir bandang(MI/Yoseph Pencawan)

PERIODE Oktober hingga Desember 2023, sebanyak 68,24% wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan. Berkaitan dengan itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengingatkan, perlu diwaspadai adanya potensi banjir bandang dan longsor di wilayah-wilayah bekas kebakaran hutan dan lahan.

Menurut Abdul, setelah kebakaran hutan, umumnya banyak batang pohon tumbang yang akan masuk ke badan sungai bagian hulu. Ia mengambil contoh kejadian kebakaran di Gunung Arjuno pada 2018 lalu. Akibat kejadian itu, bagian badan pohon yang tumbang menyumbat air sungai yang mengaliri air ke Kota Batu.

“Ketika tidak dibersihkan, ketika musim hujan masuk ada penumpukan massa air, debit air membesar dan bendung alam tidak mampu menahan debit air, akhirnya jebol sehingga banjir bandang melanda Kota Batu tahun 2022,” kata Abdul, Kamis (16/11).

Baca juga : Musim Hujan Tiba, Jumlah Karhutla Menurun

Terlebih, tahun ini banyak gunung yang mengalami karhutla. Di antaranya Gunung Lawu, Gunung Semeru dan Gunung Bromo. “Perlu diperhatikan anak-anak sungai yang membawa potensi banjir bandang yang ada di kabupaten/kota yang ada di tengah dan hilirnya,” imbuh dia.

Secara keseluruhan, beberapa wilayah yang harus mewaspadai potensi bencana hidrometeorologis saat musim penghujan tahun ini di antaranya Kalimantan, Sumatra Utara, Riau, Jambi, Sumatra Selatan dan Jawa.

Baca juga : Musim Hujan Tiba, Titik Panas di Kalimantan Timur Turun

“Dan kita tahu jawa bagian utara daerah pesisir rentan dengan banjir, baik kiriman maupu intensitas hujan lokal, sedangkan Jawa Tengah ke selatan yang topografinya berbukit rentan dengan longsor seperti Banyumas, Cilacap dan lainnya,” jelas Abdul.

Untuk itu, ia mengimbau kepada pemerintah daerah mengantisipasi ancaman bencana hidrometeorologi basah. Misalnya saja, untuk wilayah perkotaan, perlu dipastikan sistem drainase yang efektif dan bersih dari sampah serta mempersiapkan sistem peringatan dini ketika terjadi hujan lebat.

“Kita tahu wilayah seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya sistem drainase tidak dirancang untuk populasi sepadat sekarang. Karenanya pastikan tidak ada sampah yang menumpuk sehingga menimbulkan banjir,” ucapnya.

Lalu, untuk kawasan perbukitan diharapkan mewaspadai retakan tanah kering pascakemarau yang berpotensi longsor. “Dan kawasan pegunungan, ketika hujan berpotensi membawa lahar dingin dan di kawasan pesisir perlu mewaspadai banjir rob,” pungkas Abdul. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat