Efektivitas Nyamuk Wolbachia Berbeda-beda di Tiap Negara
![Efektivitas Nyamuk Wolbachia Berbeda-beda di Tiap Negara](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/f686752b2cb8d5ddb3f8b9b4410d5ad5.jpg)
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan nyamuk berbakteri wolbachia tidak menunjukkan efektivitas yang seragam di berbagai negara. Sebagai contoh, di Singapura, penyebaran nyamuk tersebut tidak mampu menekan angka demam berdarah dengue (DBD) secara signifikan.
Setelah proyek wolbachia dimulai di Singapura pada 2016 silam, kasus dengue belum menunjukkan adanya penurunan. Pada 2022, tercatat masih ada 32.173 kasus dengue. Itu menjadi yang kedua tertinggi sesudah 2020 dengan 35.266 kasus.
Tjandra menjelaskan hal itu bisa terjadi karena di Negeri Singa, populasi nyamuk begitu besar sehingga nyamuk wolbachia tidak dapat berkompetisi. Itu yang menyebabkan program tersebut tidak berjalan efektif.
Baca juga: Kemenkes: Nyamuk Berbakteri Wolbachia bukan Hasil Rekayasa Genetika
"Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency/NEA) Singapura menyebutkan nyamuk wolbachia tidak bisa berkompetisi. Bebannya terlalu berlebihan," kata Tjandra melalui keterangan tertulis, Jumat (17/10).
Sementara, di beberapa negara lain seperti Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka, mereka bisa merasakan manfaat dari program penyebaran nyamuk wolbachia.
Baca juga: Kemenkes: Hasil Uji Wolbachia Efektif Tekan Dengue
Di Indonesia, teknologi wolbachia akan menjadi pilot project yang dilaksanakan di lima kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang. Itu diputuskan berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Efektivitas wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti.
Kendati nyamuk wolbachia sudah disebar, Tjandra mengatakan risiko dengue akan tetap ada. Oleh karena itu, masyarakat harus tetap waspada dengan menjalankan pola hidup sehat.
"Untuk mengurangi kemungkinan di gigit nyamuk, gunakan pakaian tertutup dan alat pengusir nyamuk," tandasnya. (Z-11)
Terkini Lainnya
Ini Dampak Penderita DBD saat Terlambat Ditangani
Kewaspadaan Orangtua Kunci Keberhasilan Penanganan DBD pada Anak
Dosis Vaksin Dengue Harus Sesuai Agar Efektif Melawan DBD
Anak Obesitas Berisiko Terkena Gejala Demam Berdarah Berat
Dokter: Kenali Gejala Demam Berdarah pada Anak dengan Konsep KLMNOPR
Angka Kematian DBD Alami Penurunan
7 Tips Jitu Antisipasi DBD di Musim Kemarau yang Harus Anda Tahu
Ini Cara Mencegah Perkembangbiakan Nyamuk di Rumah Anda
Kasus DBD di Klaten Masih Tinggi, Ada 724 Kasus dan 28 Orang Meninggal
7 Gejala Penyakit Chikungunya, Bagaimana Cara Pencegahannya?
Daftar 6 Superfood untuk Lawan DBD
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap