visitaaponce.com

Perubahan Perilaku Bisa Jadi Tanda Remaja Butuh Bantuan

Perubahan Perilaku Bisa Jadi Tanda Remaja Butuh Bantuan
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis kesehatan jiwa Fransiska M Kaligis mengatakan perubahan perilaku yang dialami anak remaja akibat stres adalah rambu bagi orang yang lebih tua untuk segera memberi perhatian dan bantuan kepada mereka.

"Itu mungkin suatu tanda bahwa kita perlu memberikan perhatian kepada remaja tersebut. Perhatiannya dalam bentuk apa, mungkin kita dekati dan ajak komunikasi dulu," kata dokter yang berpraktik di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dikutip Senin (20/11).

Ia mengatakan, wajar apabila remaja mengalami stres saat mereka mengalami perubahan besar baik secara fisik, mental, maupun hormonalnya, dan di saat yang sama bertemu dengan orang dan lingkungan baru saat beranjak dewasa.

Baca juga: Darurat Kesehatan Jiwa untuk Anak dan Remaja Jadi Sorotan

Tekanan yang dihadapi remaja saat pertumbuhan pada dasarnya punya dampak positif karena stres yang timbul dapat memotivasi mereka untuk mencapai sesuatu, seperti mempersiapkan ujian atau kompetisi hingga rampung, serta melatih diri menangani stres.

Remaja yang menghadapi kondisi stres baru memerlukan bantuan orang lain apabila stres tersebut tidak dapat mereka tangani dan justru berdampak pada penurunan produktivitas, termasuk kinerja akademis, serta perubahan perilaku.

Fransiska, yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut, memastikan apabila perubahan perilaku tersebut tidak pulih dalam waktu dua pekan, kondisi tersebut dapat disebut sebagai gangguan stres yang jika tidak ditangani dapat berubah menjadi depresi.

Baca juga: Kasus Bunuh Diri pada Anak Meningkat Lima Tahun Terakhir

Remaja yang kesulitan menangani stresnya perlu diajak bicara dan berkomunikasi dan apabila kondisinya belum kunjung membaik, mereka bisa diajak berkonsultasi ke tenaga profesional yang dapat merencanakan tindakan pemulihan yang tepat.

Ia juga mengingatkan ketika membantu remaja tersebut, orang yang lebih tua harus membangun kepercayaan dan menjelaskan bahwa niat mereka adalah membantu. Upaya tersebut harus dilakukan melalui persuasi dan bukan dengan cara paksaan atau kekerasan.

Peran orang yang lebih tua dalam membantu remaja yang terkena gangguan stres jadi semakin mendesak apabila remaja itu sudah menunjukkan ide, berencana, atau bahkan mencoba mengakhiri hidup.

"Jika dari omongannya menunjukkan rasa putus asa atau ada keinginan mengakhiri hidup, jangan kita anggap itu adalah omongan yang mencari-cari perhatian belaka," pungkas Fransiska. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat