visitaaponce.com

Demam Pasien DBD Turun di Hari Ketiga tidak Berarti Sembuh

Demam Pasien DBD Turun di Hari Ketiga tidak Berarti Sembuh
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis anak dari RS Hermina Jatinegara, Kanya Ayu Paramastri, mengatakan demam berdarah dengue atau DBD, yang sering kali tidak bergejala di awal-awal membuat banyak masyarakat yang terkecoh dan mengira demam sudah sembuh di hari ketiga.

"Itu yang sering menipu, saat hari ketiga sudah tidak demam dipikir sudah sehat, padahal itu kritis," ucap Kanya, dikutip Jumat (24/11).

Kanya menjelaskan infeksi DBD memiliki pola gejala yang khas yaitu seperti pelana kuda, dengan demam di tiga hari pertama terkesan sangat umum mirip infeksi demam biasa yaitu panas, pegal-pegal, dan sakit pada mata.

Baca juga: DBD Dipastikan Merupakan Penyakit Berbahaya

Namun, setelah lebih dari tiga hari, demam bisa turun, tetapi ada tanda lemas, tidak nafsu makan, dan jika berisiko demam dengue dengan perdarahan akan muncul bintik merah, mimisan, dan gusi berdarah.

Kanya menjelaskan perdarahan tersebut terjadi karena kadar trombosit yang seharusnya melindungi pembuluh darah menjadi semakin melemah karena infeksi DBD.

Di samping itu, demam akibat virus dengue yang dibawa nyamuk juga bisa berakibat ke organ tubuh lainnya seperti otak yang akan menimbulkan penurunan kesadaran jika tidak segera ditangani.

Baca juga: Warga Usia Dewasa Produktif Ternyata Riskan Terkena DBD

Selain itu, lingkungan yang bersih juga belum tentu bebas dari nyamuk pembawa penyakit dengue yang berdiam di lingkungan rumah.

"Lingkungan bersih masih ada nyamuk aedes aegypti di rumah dan albopictus di alam (luar rumah). Itu suka di atas kulkas, dispenser, AC, pot rumah dan baju kotor digantung numpuk di pojok itu. Nyamuk suka itu," kata dokter yang aktif di sosial media itu

Dokter yang menamatkan spesialis anak di Universitas Indonesia ini mengatakan, gerakan 3M plus dan vaksin menjadi cara ampuh untuk menekan angka kasus DBD.

Ia mengatakan vaksin DBD sangat dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk setiap anak usia 6-18 tahun baik yang pernah terkena DBD maupun yang belum.

"Jadi, semua anak usia 6-18 tahun pernah atau belum (DBD) direkomendasikan tetap diberikan vaksin DBD sebanyak 2 kali, dengan jeda 3 bulan," katanya.

Anak yang divaksin pun harus sehat dan tidak memiliki penyakit infeksi akut seperti diare. Selain itu, vaksin DBD juga tidak memiliki efek samping sehingga aman untuk anak dan bisa langsung beraktivitas setelah vaksin.

Sedangkan bagi anak yang memiliki penyakit kronik seperti HIV, gagal ginjal, atau kondisi yang menurunkan daya tahan tubuh sebaiknya konsultasi ke dokter spesialis anak terlebih dahulu.

Vaksin DBD juga bisa dilakukan berbarengan dengan vaksin lainnya sesuai arahan dokter.

Sementara pencegahan dengan 3M adalah Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang serta mengubur benda-benda yang bisa menjadi sarang nyamuk dan memakai perlindungan anti nyamuk seperti lotion dan kelambu tidur. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat