visitaaponce.com

Status Gizi Balita Merupakan Indikator Kesehatan yang Penting

Status Gizi Balita Merupakan Indikator Kesehatan yang Penting
Kader PKK mengukur lingkar kepala balita di Posyandu Bougenvile, Pemancar, Depok, Jawa Barat(ANTARA/Yulius Satria Wijaya)

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan status gizi anak di bawah 5 tahun (Balita) memiliki peranan signifikan sebagai indikator kesehatan yang kritis karena di usia tersebut anak rentan terhadap masalah gizi dan penyakit.

"Status gizi anak di bawah 5 tahun merupakan indikator kesehatan yang penting karena usia balita merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah gizi dan penyakit," kata Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Wahyu Pudji Nugraheni dalam sebuah webinar, Selasa (28/11).

Menurutnya, masalah kekurangan gizi secara global sampai saat ini masih mendapatkan perhatian utama terutama di sebagian negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca juga: Diprotes Publik karena tidak Layak, PMT di Depok Dihentikan Sementara

Dia menyampaikan usia balita merupakan tahap perkembangan yang rentan terhadap masalah gizi dan penyakit. Oleh karena itu, pemantauan status gizi pada kelompok usia ini menjadi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan optimal.

"Underweight dan wasting menunjukkan kekurangan gizi akut, sedangkan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya," jelas Pudji.

Ia menerangkan risiko yang disebabkan kekurangan gizi dalam jangka pendek, di antaranya meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian, gangguan perkembangan kognitif motorik, serta meningkatnya beban ekonomi untuk biaya perawatan ataupun pengobatan anak yang sakit.

Baca juga: Popok Turut Dukung Pertumbuhan dan Perkembangan Anak agar Optimal

Ia menyebut, berdasarkan laporan Studi Status Gizi Balita Indonesia 2019, prevalensi stunting berada di angka 27,7% turun menjadi 21,6% pada 2022.

"Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan program intervensi stunting, baik intervensi sensitif dan spesifik. Namun demikian, masih perlu upaya yang lebih keras menuju target 14% pada 2024," ucap Pudji.

Menurutnya, pentingnya perhatian terhadap status gizi balita juga terkait dengan dampak jangka panjangnya. Gizi yang cukup pada masa-masa ini dapat memberikan dasar yang kuat untuk perkembangan fisik dan mental yang optimal.

Selain itu, menyadari rentannya balita terhadap masalah gizi dan penyakit, pencegahan dan intervensi dini menjadi kunci untuk melindungi anak-anak dari stunting.

"Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi yang kronis. Kondisi defisiensi gizi mikro juga ikut berkontribusi kejadian stunting kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin A, zat besi, folat, dan zinc yang berkaitan dengan kejadian stunting pada balita," pungkas Pudji. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat