visitaaponce.com

12 Contoh Simbiosis Komensalisme dan Penjelasannya

12 Contoh Simbiosis Komensalisme dan Penjelasannya
Salah satu contoh simbiosis komensalisme, ikan badut dan anemon(Dok MI/ROMMY PUJIANTO)

SETIAP makhluk hidup di Bumi memiliki ketergantungan yang erat dengan keberadaan makhluk hidup lainnya. Hal ini tercermin dalam interaksi biologis yang disebut sebagai simbiosis, yang memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

Simbiosis, sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti hidup bersama, mencakup segala bentuk interaksi jangka panjang dan dekat antara dua organisme biologis yang berbeda. Organisme yang terlibat dalam interaksi ini disebut sebagai simbion, yang dapat berasal dari spesies yang berbeda atau sejenis.

Hubungan erat antara makhluk hidup dan lingkungannya sangat memengaruhi kelangsungan hidup. Ini tercermin dalam alur rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang menjadi dasar bagi ekosistem.

Baca juga: Fungsi Benang Sari pada Proses Penyerbukan Tumbuhan

Simbiosis dibagi menjadi tiga jenis utama, yakni sebagai berikut:

1. Mutualisme 

Interaksi yang saling menguntungkan antara dua makhluk hidup. Contohnya adalah hubungan simbiosis antara tumbuhan dan manusia, dengan tumbuhan memberikan oksigen dan manusia memberikan perawatan.

2. Parasitisme 

Hubungan di mana satu pihak mendapat keuntungan, sedangkan pihak lainnya merugi. Parasit, seperti pada tubuh manusia, tumbuhan, atau hewan, mengambil zat gizi dan energi tanpa memberikan manfaat yang sebanding.

3. Komensalisme 

Interaksi yang dianggap netral, di mana satu makhluk hidup mendapat manfaat tanpa merugikan atau memberikan keuntungan pada makhluk hidup lainnya.

Baca juga: Pengertian Spora, Ciri, dan 3 Contoh Tumbuhannya

Kali ini kita akan membahas tentang simbiosis komensalisme. Istilah komensalisme mempunyai akar kata dari dua kata, yakni "com" yang berarti bersama, dan "mensa" yang artinya meja. 

Dalam konteks bahasa Latin, komensalisme atau "commensal" diartikan sebagai makanan yang ditempatkan pada meja yang sama. Pada masa abad pertengahan, bahasa Latin menggambarkan konsep ini dengan istilah "commensalis," yang mengacu pada berbagi meja.

Menurut National Geographic, simbiosis komensalisme dapat dipahami sebagai hubungan atau interaksi antara satu spesies yang hidup bersama dengan spesies lain yang berfungsi sebagai inangnya.

Dalam dinamika simbiosis komensalisme, spesies yang bertindak sebagai inang tidak mendapatkan manfaat khusus, namun juga tidak mengalami kerugian yang signifikan akibat interaksi tersebut. 

Meskipun inang tidak memperoleh manfaat langsung dari kehadiran makhluk tersebut, spesies yang mendapatkan keuntungan dari simbiosis mungkin mendapatkan tempat perlindungan, sumber nutrisi, atau dorongan vital dari inangnya. 

Sebaliknya, spesies inang tidak mengalami perubahan signifikan atau meraih keuntungan materi dari interaksi komensalisme.

Definisi simbiosis komensalisme juga merujuk pada interaksi di mana dua makhluk hidup saling menguntungkan tanpa memberikan dampak khusus pada inangnya. Keadaan ini umumnya terjadi di berbagai kelompok organisme, termasuk hewan, manusia, maupun tumbuhan.

Beberapa ciri khas simbiosis komensalisme yang perlu diperhatikan melibatkan:

  • Hanya satu pihak yang mendapatkan keuntungan tanpa merugikan pihak lain secara signifikan.
  • Pihak inang tidak mengalami pengaruh atau dampak yang spesifik dari makhluk yang menjadi "tumpangan" padanya.
  • Interaksi ini tidak memberikan efek khusus pada inang, memungkinkan keduanya melanjutkan hidup tanpa ketergantungan yang signifikan pada hubungan tersebut.
  • Sering kali terjadi antara makhluk hidup dari kingdom yang sama, seperti hewan dengan hewan atau manusia dengan manusia.
  • Makhluk hidup yang mendapat keuntungan dari interaksi ini menggunakan hubungan ini sebagai elemen kunci dalam kelangsungan hidupnya, memenuhi kebutuhan hidup seperti makanan atau bahkan nutrisi.

Setelah memahami makna dan ciri-ciri simbiosis komensalisme, mari kita telaah beberapa contoh konkret dari interaksi ini untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam.

Contoh Simbiosis Komensalisme

1. Ikan Gobi dan Bulu Babi

Selain mencengangkan dengan kisah badut dan hubungannya yang unik dengan anemon laut, keajaiban alam juga tergambar dalam contoh simbiosis komensalisme yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti keterkaitan antara ikan gobi dan bulu babi. 

Frasa "ikan gobi" merujuk pada sejumlah spesies ikan yang memiliki ciri khas, seperti sirip kecil atau sirip berukuran sedang.

Karenan dimensinya yang relatif kecil, ikan gobi sering kali mencari perlindungan di antara lekukan-lekukan dan celah-celah yang terdapat pada tubuh bulu babi. 

Untuk memberikan konteks lebih lanjut, bulu babi, yang mungkin terdengar kurang ramah, sebenarnya merupakan hewan beracun. Anehnya, ikan gobi mampu memanfaatkan sifat beracun ini sebagai pertahanan alaminya, menciptakan hubungan simbiosis di mana ikan gobi mendapatkan tempat persembunyian yang aman dari potensi mangsa atau musuhnya, sementara bulu babi tidak mendapatkan efek negatif apa pun dari keberadaan ikan gobi di antara lekukannya. 

Interaksi ini mencerminkan keindahan adaptasi alamiah di dalam keragaman makhluk hidup di bawah laut.

2. Cacing Pipih dan Kepiting

Contoh menarik lainnya dari simbiosis komensalisme dapat ditemukan dalam keterkaitan antara cacing pipih dan kepiting. 

Kedua makhluk ini terlibat dalam suatu interaksi yang khas, di mana cacing pipih, dengan cara yang unik, berdiam diri dan menempel pada tubuh kepiting. 

Kehadiran cacing pipih di tubuh kepiting bukanlah tanpa alasan, melainkan sebagai strategi untuk memperoleh sumber pangan.

Cacing pipih, dalam keadaan menempel pada kepiting, tidak hanya mendapatkan perlindungan fisik dari predator, tetapi juga memanfaatkan pergerakan kepiting untuk mencapai sumber makanan yang dapat diaksesnya. 

Meskipun cacing pipih secara fungsional "bernaung" di tubuh kepiting, penting untuk disorot bahwa hubungan ini tidak bersifat parasitik. Artinya, cacing pipih tidak merugikan kepiting dengan mengambil sumber pangan atau memberikan dampak negatif pada kesehatan inangnya. 

Sebaliknya, kehadiran cacing pipih dapat dianggap sebagai contoh harmonisasi di alam, di mana satu makhluk memanfaatkan keberadaan yang lain tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan. Interaksi semacam ini memberikan gambaran menarik tentang kompleksitas dan ketahanan alamiah di dalam dunia biologi.

3. Akar Pohon dan Bunga Raflesia

Interaksi antara akar pohon dan bunga raflesia merupakan bentuk simbiosis komensalisme. Dalam hubungan ini, bunga raflesia mendapatkan tempat tinggal dengan menempel pada akar pohon, memungkinkannya untuk melanjutkan siklus hidupnya.

Perlu ditekankan bahwa bunga raflesia tidak mengikuti pola umum tumbuhan parasit yang biasanya akan mencari sumber makanan atau mengambil nutrisi dari inangnya. 

Sebaliknya, bunga raflesia tidak mengeksploitasi akar pohon tempatnya menempel. Dengan kata lain, keberadaan bunga raflesia pada akar pohon tidak berdampak negatif pada kehidupan pohon tersebut. Ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat hubungan yang saling menguntungkan, interaksi ini tidak melibatkan pengambilan sumber daya yang merugikan bagi inangnya, dan akar pohon tetap dapat menjalani fungsinya tanpa adanya gangguan dari bunga raflesia.

4. Protozoa dan Rayap

Protozoa, merupakan makhluk hidup yang terdiri dari satu sel dan dapat hidup secara mandiri maupun membentuk kelompok atau koloni. Umumnya, protozoa dilengkapi dengan flagel dan dapat ditemukan hidup di saluran pencernaan rayap, memetabolisme selulosa dari kayu yang diambil dan dimakan oleh rayap.

Di dalam saluran pencernaan rayap, protozoa mengalami transformasi molekuler karbohidrat menjadi bentuk yang lebih sederhana, memudahkan pencernaan oleh rayap. 

Keterkaitan antara kedua makhluk ini membawa manfaat bagi protozoa, karena mereka tidak hanya mendapatkan tempat perlindungan di dalam tubuh rayap tetapi juga memanfaatkan sisa-sisa makanan yang tersedia dari proses pencernaan rayap. 

Hubungan simbiosis ini menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, menunjukkan kecerdasan alam dalam menciptakan keseimbangan yang saling menguntungkan di antara beragam bentuk kehidupan.

5. Bunga Anggrek dan Pohon yang Tinggi

Bunga anggrek, serupa dengan tanaman paku dan tumbuhan sirih, bergantung pada keberadaan pohon yang lebih tinggi untuk mendukung kelangsungan hidupnya. 

Dengan menempel pada batang atau cabang pohon yang lebih tinggi sebagai tuan rumah, anggrek dapat memperoleh manfaat yang signifikan, termasuk akses ke sumber makanan dan penerimaan sinar matahari yang cukup untuk mendukung proses fotosintesisnya. 

Meskipun anggrek mendapatkan sejumlah keuntungan dari hubungan ini, penting untuk dicatat bahwa pohon yang lebih tinggi tidak mengalami kerugian atau mendapatkan manfaat langsung dari kehadiran anggrek yang menjadikannya sebagai tempat tinggal. Interaksi ini menciptakan suatu keselarasan alami di mana satu pihak memanfaatkan hubungan tersebut tanpa menimbulkan dampak negatif pada pihak lainnya.

6. Ikan Badut dan Anemon Laut

Sebagai contoh umum dari simbiosis komensalisme yang mungkin sudah familiar bagi banyak orang, kita dapat merujuk pada hubungan antara ikan Badut dan anemon laut. Interaksi yang terjadi antara keduanya adalah bentuk interaksi antar-hewan.

Ikan Badut memperoleh manfaat dari keterlibatan ini dengan menggunakan anemon laut sebagai tempat tinggal, perlindungan, dan tempat perlindungan dari potensi musuh atau ancaman lainnya. Meskipun demikian, keberadaan ikan Badut yang tinggal di anemon laut tidak menyebabkan gangguan pada anemon itu sendiri. 

Hal ini karena anemon laut tidak menerima keuntungan atau kerugian dari peranannya sebagai tempat perlindungan bagi ikan Nemo. Interaksi semacam ini menggambarkan hubungan yang saling menguntungkan tanpa memberikan dampak merugikan pada pihak yang terlibat.

7. Ikan Remora dan Ikan Hiu

Ikan remora merupakan jenis ikan yang dilengkapi dengan alat penghisap khusus yang memungkinkannya untuk menempel pada tubuh ikan hiu dan jenis ikan lain yang berukuran lebih besar. 

Alat penghisap yang dimiliki oleh ikan remora digunakan dengan maksud untuk memanfaatkan sisa-sisa makanan yang melekat pada tubuh ikan hiu.

Tidak hanya sekadar mendapatkan manfaat makanan, ikan remora juga memperoleh keuntungan tambahan seperti perlindungan dari potensi gangguan oleh ikan pemangsa yang memiliki ukuran lebih besar. 

Keberadaan ikan remora yang menempel dianggap tidak mengganggu atau merugikan ikan hiu, sehingga ikan hiu tidak merasa terganggu dan tidak mencoba untuk menyerang atau mengusir ikan remora yang melekat pada tubuhnya. Hal ini menciptakan hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara ikan remora dan ikan hiu.

8. Tumbuhan Sirih dan Inangnya

Tumbuhan sirih memiliki karakteristik unik di mana ia cenderung tumbuh menempel pada tanaman yang menjadi inangnya. Fenomena ini terjadi karena tumbuhan sirih memerlukan paparan sinar matahari untuk menjalankan proses fotosintesisnya dengan optimal.

Dengan bersandar pada tumbuhan inang, tumbuhan sirih meraih berbagai keuntungan. 

Selain mendapatkan akses yang cukup terhadap sinar matahari, tumbuhan sirih juga memperoleh tempat yang cocok untuk tumbuh dan berkembang. Sementara itu, tanaman inang tidak mengalami dampak yang signifikan akibat kehadiran tumbuhan sirih ini. 

Tidak ada keuntungan atau kerugian yang dirasakan oleh inang tumbuhan sirih ketika disematkan pada tubuhnya. Interaksi ini menciptakan suatu keseimbangan di mana tumbuhan sirih mendapatkan manfaat tanpa menimbulkan efek yang merugikan pada tanaman inangnya.

9. Udang dan Timun Laut

Udang sering kali memanfaatkan timun laut dengan cara menungganginya atau menempel padanya. Mereka tidak melakukannya dengan tujuan untuk sekadar mencari tempat berlindung, melainkan untuk memanfaatkan sisa-sisa makanan yang terdapat pada tubuh timun laut, mirip dengan hubungan antara ikan remora dan hiu.

Dalam hubungan ini, udang memperoleh keuntungan berupa sumber pangan tambahan yang berasal dari timun laut atau teripang. Sementara itu, teripang yang diikuti oleh udang tidak mengalami dampak yang signifikan atau merasa terganggu ketika udang mengonsumsi sisa-sisa makanan yang terdapat di sekitarnya. 

Interaksi ini memberikan gambaran bahwa udang dan timun laut dapat saling mendukung tanpa menimbulkan ketidaknyamanan atau kerugian bagi salah satu pihak.

10. Tumbuhan Paku dan Pohon Jati

Tumbuhan paku dan pohon jati memberikan contoh lain dari simbiosis komensalisme dalam dunia kehidupan tumbuhan atau flora. Keterkaitan ini muncul karena tumbuhan paku secara fisik melekat pada batang atau cabang pohon jati. 

Alasan utama dari tumbuhan paku ini adalah untuk memperoleh akses lebih baik terhadap sinar matahari, dimana pohon jati yang lebih tinggi dapat menangkap lebih banyak cahaya matahari.

Dalam dinamika simbiosis komensalisme ini, tumbuhan paku menerima manfaat berupa pemaparan yang optimal terhadap sinar matahari. Sementara itu, pohon jati sebagai inangnya tidak mengalami dampak yang berarti atau efek negatif akibat keberadaan tumbuhan paku yang menempel. 

Interaksi ini menunjukkan keseimbangan alami di mana satu tumbuhan memanfaatkan posisi lebih tinggi dari yang lain untuk keuntungan ekologisnya sendiri, sementara tumbuhan yang menjadi tempat melekatnya tidak terpengaruh atau terbebani.

11. Siput dan Kelomang

Contoh menarik dari simbiosis komensalisme terjadi ketika kelomang memanfaatkan cangkang siput sebagai tempat tinggal. Dalam keadaan ini, kelomang cenderung menggunakan cangkang siput yang ditinggalkan oleh siput setelah mencapai ukuran maksimal atau yang telah meninggal. 

Proses ini memberikan keuntungan bagi kelomang, karena mereka dapat dengan mudah memanfaatkan cangkang yang tersedia sebagai tempat perlindungan yang kokoh.

Sisi menarik dari interaksi ini adalah bahwa kelomang mendapatkan keuntungan langsung dari pemanfaatan cangkang siput tanpa memberikan dampak buruk pada siput itu sendiri. 

Siput, yang mungkin telah tumbuh terlalu besar untuk menggunakan cangkang lama atau telah meninggal, tidak dirugikan oleh praktik ini. Sebaliknya, mereka meninggalkan cangkangnya, memberikan kesempatan bagi kelomang untuk mendapatkan rumah yang nyaman dan aman.

12. Katak dan Pohon

Keterkaitan antara katak pohon dan tumbuhan menggambarkan suatu hubungan di mana katak memanfaatkan daun tumbuhan sebagai tempat untuk melangsungkan proses perkembangbiakan dengan meletakkan telur. 

Meskipun demikian, perlu ditekankan bahwa dalam eksekusi aktivitas bertelur ini, katak pohon secara cermat dan bijak melibatkan daun tumbuhan tanpa menimbulkan kerusakan yang signifikan. 

Dengan kata lain, katak pohon berhasil menyelenggarakan kegiatan reproduksinya tanpa memberikan dampak merugikan terhadap kondisi atau kelangsungan hidup tumbuhan yang dipilihnya sebagai tempat bertelur.

Keunikan dari hubungan ini terletak pada harmoni antara katak pohon dan tumbuhan, di mana katak pohon dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk melanjutkan siklus hidupnya tanpa menyebabkan gangguan yang berarti pada tumbuhan inangnya. 

Tumbuhan, walaupun menjadi tempat bagi telur katak, tidak mengalami kerusakan yang berlebihan sehingga tetap dapat menjalankan fungsi-fungsinya secara normal. Interaksi semacam ini menyoroti keselarasan di dalam alam, di mana setiap makhluk hidup dapat mendapatkan manfaat tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan bagi mitra simbiosisnya. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat