visitaaponce.com

Gejala Perimenopause Rata-rata MunculSejak Usia 35 Tahun

Gejala Perimenopause Rata-rata Muncul Sejak Usia 35 Tahun
Ilustrasi(Freepik)

MENOPAUSE bukanlah sebuah akhir hidup dari setiap perempuan. Pernyataan tersebut disampaikan dalam kegiatan talkshow edukasi Eugenia Communications dengan narasumber ahli Dokter Ni Komang Yeni Dhana Sari dam Dokter Natalia Widiasih Raharjanti.  

Dalam penjelasannya, Yeni menuturkan bahwa setiap perempuan perlu mendapatkan informasi yang baik tentang menopause.  Menopause merupakan hal yang pasti akan terjadi bagi setiap perempuan. 

“Banyak yang berpikir menopause adalah akhir dari kehidupan seorang perempuan karena kesehatan tubuh menurun drastis,” ujar Yeni. 

Baca juga : Ini Pentingnya Mengetahui Gejala dan Hal yang Perlu Dihindari di Fase Menopause

Untuk itu, Yeni menekankan perlunya mengetahui gejala-gejala dini serta mengelola stress agar perempuan mampu mempersiapkan diri sebelum hingga setelah fase menopause terjadi. 

Baca juga : Haid Pertama Lebih Awal tidak Berarti Menopause Lebih Cepat

Gejala yang sering muncul adalah kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, vagina kering, siklus menstruasi yang tidak seperti biasa, kenaikan atau penurunan badan secara drastis, demam hingga gangguan mental. 

"Tiga gejala yang paling sering timbul adalah, semburan panas (hot flashes) di area muka, keringat berlebih pada malam hari dan insomnia" tambah Yeni. 

Yeni melanjutkan gejala-gejala tersebut sering muncul beberapa tahun sebelum menopause dan terus berlanjut sampai menstruasi benar-benar berhenti. 

Perempuan baru bisa dikatakan menopause ketika selama satu tahun berturut-turut tidak mengalami menstruasi sama sekali. Namun, ketika dalam kurun waktu 1 tahun wanita mengalami menstruasi yang tidak rutin itu disebut sebagai perimenopause.

"Perimenopause itu terjadi sebelum memasuki menopause, umumnya terjadi di antara umur 35 tahun keatas" ungkapnya. 

Di Indonesia yang sudah memasuki umur tua (aging country) umumnya menopause pada wanita terjadi dalam rentan umur 35 tahun keatas. Namun, waktu ini tentatif karena fase menopause orang berbeda-beda.

"Fase menopause setiap perempuan itu beda, tergantung dengan jumlah sel telur yang ada di masing-masing wanita" ujar Yani. 

Setiap perempuan mempunyai sel telur dengan jumlah yang berbeda-beda. Maka dari itu, fase menopause tidak bisa disamakan bagi setiap perempuan. Menopause akan tiba jika sel telur sudah tidak diproduksi lagi. 

Tetapi bukan hanya perempuan saja yang mengalami fase menopause, lelaki pun mengalami hal yang serupa. Namun, seringnya para lelaki tidak menyadari fase tersebut. 

Menopause pada laki-laki disebut andropause. Fase ini biasa terjadi saat sudah memasuki umur 40 tahun keatas. Mempunyai ciri-ciri seperti perut buncit, gangguan pendengaran, sulit berkonsentrasi hingga gejala depresi. 

Baik menopause dan andropause keduanya sama-sama memerlukan penanganan dini sebelum menuju fase tersebut karena jika tidak dikenali sejak dini akan muncul risiko kesehatan lain setelah fase itu tiba.

Umumnya adalah penyakit jantung. Hal ini karena salah satu tugas estrogen adalah membantu pembuluh darah tetap fleksibel sehingga berkontraksi untuk mengakomodasi aliran darah. Ketika estrogen berkurang saat fase menopause fungsi ini pun ikut menurun. 

Selain itu penyakit tulang seperti osteoporosis, obesitas, infeksi saluran kemih dan inkontinensia urin adalah risiko yang akan dialami oleh perempuan ketika telat penanganan fase menopause.  

Untuk menghindari risiko tersebut, perempuan bisa menerapkan hidup sehat dengan cara makan makanan bernutrisi dengan gizi seimbang, menghindari rokok dan miras serta rutin berolahraga sebanyak 30×50 per minggu. 

Telatnya pendeteksi dini fase menopause juga bisa mengganggu psikis. Seperti munculnya empty nest syndrome, kondisi dimana orang tua merasa kesepian akibat anaknya sudah tidak tinggal serumah dan juga negative body image yaitu perasaan negatif yang kerap muncul terhadap diri sendiri. 

"Seringnya, ketika fase menopause muncul, rasa kepercayaan diri kurang dan timbullah pertengkaran-pertengkaran yang mengakibatkan perceraian" tambah Dr Natalia. 

Kasus perceraian akibatnya kurang komunikasi antara dua belah pihak. Sering terjadi saat umur pasangan kurang dari 50 tahun. Untuk itu persiapan diri serta lingkungan yang mendukung adalah hal terpenting dalam mengelola stress yang terjadi saat fase menopause maupun pascamenopause. 

"Lingkungan sosial penting dalam mendukung perempuan menjalani fase menopause agar lebih menyenangkan. Tidak perlu malu untuk datang ke rsj untuk berkonsultasi" kata dr Natali. (Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat