visitaaponce.com

Jenderal Humanis itu Berpulang

Jenderal Humanis itu Berpulang
Letjen TNI Doni Monardo saat dilantik sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di Istana Negara, Rabu (9/1/2019)(MI/RAMDANI)

KEMARIN sore, penerbangan pulang kembali saya ke Singapura tepat waktu. Lima menit sebelum pukul 17.30 WIB, pesawat sudah didorong mundur. Landasan pacu Bandar Udara Soekarno-Hatta tidak seperti biasanya, agak longgar. Tepat pukul 17.35 WIB, pesawat pun sudah lepas landas.

Ternyata pada saat saya mulai terbang, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2019-2021 Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo mengembuskan napas terakhirnya. Dua bulan 13 hari Pak Doni berjuang melawan kanker dan kemudian stroke yang dialaminya. Namun, rupanya Tuhan tidak ingin jenderal yang baik hati itu menderita sakit lebih lama.

Masih terkenang saat 20 September 2023 malam Pak Doni dilarikan ke Rumah Sakit Siloam Semanggi. Ternyata kankernya sudah mengalami metastasis. Sakit luar biasa yang selama ini ia coba sembunyikan, membuat Pak Doni sampai mengalami perdarahan di bagian otaknya.

Baca juga: Wapres Sangat Kehilangan Doni Monardo

Malam itu saya kebetulan mendarat di Jakarta untuk menghadiri acara seminar peternakan. Kamis malam, selesai acara seminar, saya pun menjenguk ke rumah sakit. Namun, saya hanya bisa melihat komandan yang gagah, rupawan, dan baik hati itu tergolek tidak berdaya di ruang perawatan.

Kepergian Jenderal Doni, kemarin sore, merupakan kehilangan besar bagi Indonesia. Ia merupakan simbol dari sosok aparat negara yang setia kepada komitmen untuk memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara.

Pak Doni selalu bekerja tanpa reserve dan bahkan meninggalkan kepentingan pribadinya. Tiga bulan ia tinggal di Kantor BNPB karena pandemi covid-19 dinilainya sebagai kegentingan yang mengancam kehidupan masyarakat. Sebagai Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19, sepanjang waktu diisi dengan monitoring, evaluasi, dan pengambilan keputusan.

Baca juga: Menkes 2019-2020 Sebut Doni Monardo Sigap Merespons Kejadian Awal Pandemi

Semua itu secara rutin dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo agar Kepala Negara mengetahui secara benar kondisi yang terjadi di lapangan. 'Satu komando' menjadi prinsipnya dalam bekerja.

Pernah suatu saat Pak Doni dilapori kalau persediaan alat pelindung diri bagi petugas kesehatan sudah habis. Ia undang Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Bambang Wibowo untuk membuat terobosan dengan membuat peraturan bahwa APD bisa dipakai ulang.

Di tengah kegentingan, datang laporan kalau ada APD milik pemerintah Korea Selatan yang diproduksi di Indonesia. Sebagai mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, Pak Doni banyak rekannya di kesatuan. Malam itu ia minta bantuan agar ada pasukan yang menjaga gudang APD dan memerintahkan supaya tidak boleh ada barang yang boleh dibawa keluar gudang.

Namun, karena APD itu milik pemerintah Korsel, pengambilan secara paksa bisa menjadi persoalan diplomatik yang besar, apalagi saat itu semua negara membutuhkan APD. Dengan sigap Pak Doni meminta Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk melobi Menlu Korsel agar APD yang diproduksi di Indonesia bisa dibagi dua. Perjuangan sepanjang malam ternyata membawa hasil dan petugas kesehatan pun terselamatkan oleh stok baru APD yang didapatkan.

Persuasi merupakan kekuatan Jenderal Doni. Sebagai perwira yang dididik Sandi Yudha, Pak Doni mampu menerapkannya dalam segala bidang penugasan. Ia terampil untuk menarik hati dan pikiran orang lain.

Banyak orang yang sering mengutip pepatah suku Kurdi bahwa 'Seribu kawan terlalu sedikit, satu orang musuh terlalu banyak'. Jenderal Doni menerapkan prinsip itu dalam hidupnya. Bahkan pernah dalam perayaan hari ulang tahun ke-63 Kopassus, ia mengundang tokoh-tokoh asal Timor Leste, Aceh, dan Papua yang pernah berperang dengan Tentara Nasional Indonesia untuk hadir di Markas Komando Kopassus di Cijantung.

Banyak jenderal yang mempertanyakan langkah Doni Monardo itu. Namun, ia mengatakan langkah itu dilakukan untuk menghapuskan dendam yang mungkin masih terpendam. Manusia dalam hidupnya pasti pernah berbeda dan bahkan bermusuhan dengan orang lain. Namun, perjalanan manusia di muka bumi ini tidak untuk saling berbeda, apalagi bermusuhan, tetapi justru untuk saling mengenal dan bahkan bersaudara.

Jenderal Doni tidak hanya akan dikenang sebagai jenderal yang selalu bisa menjalankan tugas operasi yang diberikan. Ia juga seorang jenderal yang humanis, yang selalu ringan tangan membantu orang yang dalam kesulitan.

Selamat jalan, Jenderal....

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat