visitaaponce.com

Tafsir tentang Istiadzah Memohon Perlindungan dari Setan

Tafsir tentang Isti'adzah Memohon Perlindungan dari Setan
Sejumlah umat Islam bertadarus Al-Qur'an di Masjid At-Taqwa Desa Alue Raya, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Minggu (10/4/2022).(Antara/Syifa Yulinnas.)

ISTI'ADZAH berarti memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan bernaung di bawah lindungan-Nya dari kejahatan semua makhluk yang jahat. Pengertian meminta perlindungan ini adakalanya dimaksudkan untuk menolak kejahatan dan adakalanya untuk mencari kebaikan. 

Mengutip dari Tafsir Ibnu Katsir, hal itu seperti pengertian yang terkandung dalam perkataan Al-Mutanabbi (salah seorang penyair).

يَا مَنْ أَلُوذُ بِهِ فِيمَا أُؤَمِّلُهُ ... وَمَنْ أَعُوذُ بِهِ مِمَّنْ أُحَاذِرُهُ

لَا يَجْبُرُ النَّاسُ عَظْمًا أَنْتَ كَاسِرُهُ ... وَلَا يَهِيضُونَ عَظْمًا أَنْتَ جابره

Wahai orang yang aku berlindung kepadanya untuk memperoleh apa yang aku cita-citakan dan wahai orang yang aku berlindung kepadanya untuk menghindar dari semua yang aku takutkan.

Baca juga: Surat Al-Ikhlas dan Terjemahannya, Penyebab Turun, Tafsir Sifat Allah

Semua orang tidak akan dapat mengembalikan keagungan (kebesaran) yang telah engkau hancurkan dan mereka tidak dapat menggoyahkan kebesaran yang telah engkau bangun.

Bunyi bacaan isti'adzah yaitu a'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim. Artinya, "Aku berlindung di bawah naungan Allah dari godaan setan yang terkutuk agar setan tidak dapat menimpakan mudarat pada agamaku dan duniaku atau agar setan tidak dapat menghalang-halangi diriku untuk mengerjakan yang diperintahkan kepadaku atau agar setan tidak dapat mendorongku untuk mengerjakan hal-hal yang dilarang aku mengerjakannya."

Dok Planet Ilmu di Youtube.

Sesungguhnya tiada seorang pun yang dapat mencegah setan terhadap manusia kecuali hanya Allah. Karena itu, Allah memerintahkan agar kita bersikap diplomasi terhadap setan manusia dan berbasa-basi terhadapnya dengan mengulurkan kebaikan kepadanya dengan tujuan agar ia kembali kepada wataknya yang asli dan tidak mengganggu lagi. 

Baca juga: Al-Fatihah: Kandungan, Keutamaan, Terjemahan, dan Tafsirnya

Allah memerintahkan agar kita meminta perlindungan kepada-Nya dari setan yang tidak kelihatan. Soalnya, setan yang tidak kelihatan itu tidak dapat disuap serta tidak terpengaruh oleh sikap yang baik, bertabiat jahat sejak pembawaan, dan tiada yang dapat mencegahnya terhadap diri kita kecuali hanya Tuhan yang menciptakannya.

Tiga ayat Al-Qur'an mengandung isti'adzah

Demikian pengertian yang terkandung di dalam tiga ayat Al-Qur'an. Demikian sepengetahuan Imam Ibnu Katsir bahwa tidak ada ayat keempat yang semakna dengannya. Ketiga ayat ada dalam Surat Al-A'raf, Surat Al-Mu'minun, dan Surat Fushshilat.

Firman Allah dalam Surat Al-A'raf ayat 199.

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجاهِلِينَ

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.

Hal ini berkaitan dengan sikap terhadap musuh yang terdiri atas kalangan manusia.

Baca juga: Tafsir Ali Imran Ayat 59: Penciptaan Isa dan Adam

Kemudian Allah SWT berfirman:

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-A'raf: 200).

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِما يَصِفُونَ. وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزاتِ الشَّياطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ

Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui yang mereka sifatkan. Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (Al-Mu'minun: 96-98).

وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ

وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang punya keberuntungan besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 34-36).

Akar kata setan

Kata syaithan--atau setan dalam bahasa Indonesia--menurut istilah bahasa berakar dari kata syathana (شَطَنَ). Artinya jauh. Watak setan memang jauh berbeda dengan watak manusia. Dengan kefasikannya, setan jauh dari semua kebaikan.

Baca juga: Tafsir Al-Qur'an: Bani Israil, Musa, Isa, dan Roh Kudus

Menurut pendapat lain, ia berakar dari kata syatha (شَاطَ), karena ia diciptakan dari api. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa kedua makna tersebut benar, tetapi makna pertama lebih sahih karena diperkuat oleh perkataan orang-orang Arab. 

Umayyah ibnu Abus Silt dalam syairnya menceritakan anugerah yang dilimpahkan kepada Nabi Sulaiman alaihis salam.

أَيُّمَا شَاطِنٍ عَصَاهُ عَكَاهُ ... ثُمَّ يُلْقَى فِي السِّجْنِ وَالْأَغْلَالِ

Barang siapa (di antara setan) berbuat durhaka terhadapnya, niscaya dia (Nabi Sulaiman) menangkapnya, kemudian memenjarakannya dalam keadaan dibelenggu.

Ternyata Umayyah ibnu Abu Silt mengatakan syatinin, bukan sya'itin. 

Berkatalah An-Nabigah Az-Zibyani, yaitu Ziad ibnu Amr ibnu Mu'awiyah ibnu Jabir ibnu Dabab ibnu Yarbu' ibnu Murrah ibnu Sa'd ibnu Zibyan:

نَأَتْ بِسُعَادٍ عَنْكَ نَوًى شَطُونُ ... فَبَانَتْ والفؤادُ بِهَا رَهِينُ

Kini Su'ad berada jauh darimu, nun jauh di sana ia tinggal, dan kini hariku selalu teringat kepadanya.

Nabigah mengatakan bahwa Su'ad kini berada di tempat yang sangat jauh.

Imam Sibawaih mengatakan bahwa orang Arab mengatakan tasyaithana fulanun atau تَشَيْطَنَ فُلَانٌ. Ini berarti si Fulan melakukan perbuatan seperti perbuatan setan. 

Seandainya kata syaithan berasal dari kata syatha, niscaya mereka (orang-orang Arab) akan mengatakannya tasyayyatha (تشيط). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang benar ialah lafaz syaithan berakar dari kata syathana yang berarti jauh. 

Karena itu, mereka menamakan setiap makhluk--baik dari kalangan manusia, jin, ataupun hewan--yang bersikap membangkang tidak mau taat dengan sebutan setan.

Allah SWT berfirman:

وَكَذلِكَ جَعَلْنا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَياطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112).

Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan dari Abu Zar r.a. yang menceritakan:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، تَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ"، فقلت: أو للإنس شَيَاطِينُ؟ قَالَ: " نَعَمْ "

Rasulullah SAW bersabda, "Hai Abu Zar, berlindunglah kepada Allah dari godaan setan manusia dan setan jin (yang tidak kelihatan)!" Aku bertanya, "Apakah setan itu ada yang dari kalangan manusia?" Beliau menjawab, "Ya."

Dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Abu Zar pula bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

يَقْطَعُ الصَّلَاةَ الْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ» فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْأَحْمَرِ وَالْأَصْفَرِ؟ فَقَالَ: «الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ

Yang memutuskan salat ialah wanita, keledai, dan anjing hitam. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah bedanya antara anjing hitam, anjing merah, dan anjing kuning?" Nabi SAW menjawab, "Anjing hitam itu ialah setan."

Ibnu Wahb mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya. Khalifah Umar pernah mengendarai seekor kuda birzaun. Ternyata kuda itu melangkah dengan langkah-langkah yang sombong. 

Umar lalu memukulinya, tetapi hal itu justru makin menambah kesombongannya. Umar turun darinya dan berkata, "Kalian tidak memberikan kendaraan kepadaku kecuali kendaraan setan dan tidak sekali-kali aku turun darinya melainkan setelah aku ingkar terhadap diriku sendiri." Sanad atsar ini sahih.

Makna ar-rajim

Ar-rajim ialah wazan fa'il, tetapi bermakna mafid yang berarti setan itu terkutuk dan jauh dari semua kebaikan. Ini sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya.

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ

Sesungguhnya Kami menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar setan. (Al-Mulk: 5).

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ * وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ * لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلإ الأعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ * دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ * إِلا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan (telah memeliharanya) sebenar-benarnya dari setiap setan yang sangat durhaka. Setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru, untuk mengusir mereka, dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi, barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (Ash-Shaffat: 6-10)

وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ * وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ * إِلا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ *

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya). Dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat), lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang." (Al-Hijr: 16-18)

Masih banyak lagi ayat-ayat lain. 

Pendapat lain mengatakan bahwa rajim bermakna rajam. Ini karena setan merajam manusia dengan godaan dan rayuannya. Akan tetapi, makna yang pertama lebih terkenal dan lebih sahih. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat