visitaaponce.com

Setelah Libur Panjang, Saatnya Medical Check Up

Setelah Libur Panjang, Saatnya Medical Check Up
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis gizi klinik Universitas Indonesia Luciana Sutanto MS mengatakan perlu melakukan cek kesehatan atau medical check up dan evaluasi berat badan setelah liburan panjang akhir tahun.

"Pemeriksaannya gimana sih kadar lemak darah kita, gula darah kita dan hal lain yang terkait, misalnya ditimbang berat badannya atau lingkar pinggangnya diukur besar nggak, kalau membesarnya sudah melewati berat badan sehat atau asalnya sudah gemuk perhatikan naik berapa kilogram kemarin," kata Luciana, Selasa (2/1).

Luciana mengatakan kenaikan berat badan sering kali diikuti dengan kenaikan kolesterol karena pola konsumsi makanan yang berlebihan saat berlibur.

Baca juga: Primaya Hospital Bekasi Barat Gelar Kegiatan Mini MCU untuk Para Guru di Bekasi

Ketika berlibur, aktivitas fisik tentu tertunda untuk mengeluarkan energi, dan dibarengi dengan mengonsumsi makanan yang berlebihan. Hal itu bisa menjadikan lingkar perut meningkat.

Karenanya, penting untuk memantau dan mengevaluasi kenaikan berat badan dan biasakan cek kesehatan baik mandiri maupun melalui pemeriksaan laboratorium.

"Kalau berat badan meningkat tapi kita olahraga lingkar perutnya nggak naik, beratnya naik jadi otot, kalau liburannya outbound bisa ototnya naik, tapi kan kita naik mobil, duduk, ngobrol, jadinya penumpukan lemak," ucapnya.

Baca juga: KPU: Pemeriksaan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin Gunakan Dokter yang Sama

Agar tubuh pulih kembali dan tetap sehat setelah liburan, Luciana menyarankan untuk kembali mengonsumsi makanan sehat dan bergizi yang terdiri dari karbohidrat, sayur, lauk pauk dan, buah, dan tetap sesuai kebutuhan alias tidak terlalu banyak.

Selain itu, jika saat liburan dirasa kurang istirahat dan makan tidak teratur, ia menyarankan untuk istirahat yang cukup dan mengobati penyakit maag dengan model diet yang sesuai.

"Atau habis liburan badannya kurus karena outbound setiap hari, berenang setiap hari, terlambat makan terus atau malah nggak makan, kalau beratnya berkurang, signifikan mesti balik makan yang sehat karena nanti bisa sakit," ungkap Luciana.

Dokter yang berpraktik di RS Mitra Keluarga itu mengatakan jika konsumsi makanan sudah cukup banyak dan memenuhi gizi seimbang, konsumsi suplemen vitamin dan mineral tidak terlalu dibutuhkan.

Karena, jika mengonsumsi terlalu banyak suplemen atau vitamin tidak dengan dosis yang tepat sesuai anjuran, akan menjadi racun dalam tubuh.

Namun, bagi yang sedang menjalani terapi dengan diagnosa kekurangan vitamin atau mineral tertentu, maka perlu untuk mengonsumsi suplemen yang sudah diresepkan oleh dokter gizi.

"Kalau nggak diterapi padahal ada kekurangan itu akan berdampak penyakit, terapi suplemen itu untuk yang gizinya kurang, tapi kalau makannya bervariasi sudah cukup (vitamin dan mineral)," kata Luciana.

Luciana mengatakan masyarakat Indonesia masih awam dengan cek kadar vitamin dan mineral dalam tubuh karena harganya yang juga cukup mahal.

Namun, untuk orang Indonesia, ia menyarankan untuk mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung vitamin D karena ia menilai masyarakat Indonesia kurang terpapar sinar matahari.

Untuk lansia, Luciana juga menyarankan untuk mengonsumsi suplemen harian dalam dosis kecil. Jika dirasa memiliki keluhan seperti sering pusing atau sedang menjalani diet rendah kalori, disarankan untuk konsultasi ke dokter gizi untuk mendapatkan dosis vitamin dan suplemen yang tepat.

"Kalau untuk orang tua dosis kecil untuk konsumsi harian boleh dikonsumsi, tapi kalau dosis tinggi harus konsultasi dengan dokter, kalau dosis tinggi sudah harus diagnosis dokter, sudah jelas ada defisiensi baru terapi dengan vitamin," tutup Luciana. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat