visitaaponce.com

Sulitnya Menemukan Link and Match di Dunia Kerja

Sulitnya Menemukan Link and Match di Dunia Kerja
Ilustrasi.(123RF)

MENTERI Tenaga Kerja (Menaker) Ida Fauziyah menyebut bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) yang Indonesia miliki masih banyak menghadapi tantangan terkait rekrutmen, produktivitas, pengupahan, dan jaminan sosial.

"Banyak hal yang terkait SDM, terkait dengan supply pendidikan maupun pelatihan yang masih kita rasakan belum terjadi link and match, masih terjadi miss match," katanya pada Rabu (31/1).

Link and match, lanjut Ida, adalah persoalan klasik yang terus hadir dalam dunia ketenagakerjaan. Menurutnya, link and match tidak hanya dari sisi kualitas lulusan lembaga pendidikan maupun pelatihan, tetapi harus dilakukan analisa secara komprehensif. Dari sisi kualitas pendidikan dan pelatihan Indonesia, ia mengatakan belum merata di seluruh Indonesia.

Baca juga : Pendidikan Vokasi Harus Mampu Sambut Bonus Demografi

"Ada perbedaan kualitas yang disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari dari tenaga pengajar atau instruktur atau pelatihnya, dari sisi jumlahnya, dari sisi kompetensinya, kemudian ini juga masih kita dapati dari sisi sarana dan prasarana yang bisa kita katakan belum memadai. Kemudian kita melihat dari sisi geografis ini kadang-kadang menjadi penghambat seseorang untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas," jelas Ida.

Hal tersebut, ujarnya, berujung pada ketidaksesuaian antara lulusan pendidikan atau pelatihan vokasi dengan ekspektasi para pengusaha dan membuat tingkat pengangguran menjadi naik.

"Jadi dalam hal ini output dari pendidikan dan pelatihan vokasi dirasakan betul oleh teman-teman pengusaha. Tapi dari sisi kami Kemnaker, kami sangat merasakan karena itu akan menambah tingkat pengangguran terbuka," tandasnya.

Baca juga : HUT ke-72, APINDO Luncurkan Gerakan 1.000 Pengusaha Mengajar

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2023 menunjukkan bahwa pengangguran tertinggi terdapat pada kelompok usia muda.

"Jadi kontribusinya itu 15-19 tahun 25,7%, sementara usia 20-24 tahun kontribusi 16,85%. 42,62% pengangguran kita disumbangkan dari usia muda," ujarnya. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat