visitaaponce.com

Masyarakat Indonesia Dikepung Obesitas, Tingkatkan Deteksi Dini dan Hindari Pangan Ultraproses

Masyarakat Indonesia Dikepung Obesitas, Tingkatkan Deteksi Dini dan Hindari Pangan Ultraproses
Ilustrasi: penderita obesitas Cipto Raharjo dirujuk dari RSUD Kota Tangerang menuju Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)(ANTARA FOTO/Fauzan)

GANGGUAN obesitas atau kegemukan berat badan secara global semakin mengkhawatirkan, kini satu dari delapan orang di dunia mengalami kegemukan. Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat pada 2023 sebesar 21,8% orang telah terkena gangguan obesitas. Angka ini semakin meningkat dari tahun 2018 sebesar 10,5%. Jika tak ada upaya pencegahan dan intervensi yang komprehensif untuk menangani hal itu, penderita berisiko mengalami komplikasi berbagai penyakit.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) di Kemenkes Eva Susanti mengatakan pihaknya telah menyediakan fasilitas pemeriksaan pada fasilitas kesehatan seluruh Indonesia. Menurutnya, gangguan obesitas bisa dicegah melalui upaya deteksi dini dan jangkauan pelayanan kesehatan di berbagai pos pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas dan posyandu.

“Kita perlu meningkatkan pengetahuan serta kepedulian masyarakat terhadap obesitas dengan meningkatkan deteksi dini. Dari sisi pelayanan untuk gangguan obesitas juga harus dilakukan secara paripurna. Suksesnya penanganan dan pencegahan obesitas di Indonesia tidak terlepas dari dukungan semua pihak, baik lintas program, sektor, swasta dan masyarakat,” kata Eva dalam media briefing peringatan Hari Obesitas Sedunia, secara daring, Senin (4/3).

Baca juga : Obesitas Jadi Bom Waktu, Kemenkes: Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Harus Diatur

Menurut Eva, cakupan deteksi dini terhadap obesitas masih sangat rendah, hal itu menjadi tantangan dalam penanganan obesitas. Selain itu, masih banyak masyarakat yang umumnya tidak menyadari telah terkena gangguan obesitas dan masih menganggapnya sebagai sebuah kondisi yang normal. Untuk itu, Kemenkes mengupayakan agar cakupan deteksi dini pada tahun 2024 bisa mencapai 90%.

“Kemudian cakupan deteksi dini kita masih rendah, yang perlu kita upayakan bisa mencapai target tahun ini adalah 90%. Kemudian perlu adanya dorongan peran pemerintah daerah melalui peraturan untuk menyiapkan ruang-ruang olahraga masyarakat,” tuturnya.

Selain itu, Eva mengatakan bahwa lingkungan obesogenik dan kemajuan teknologi juga menjadi tantangan dalam pencegahan dan pengendalian obesitas. Lingkungan obesogenik merupakan gaya hidup mengkonsumsi makanan tinggi gula tanpa memperhatikan kandungan gizi lainnya.

Baca juga : Anak Muda Diajak Lawan Obesitas agar Tetap Produktif dan Hidup Sehat

“Teknologi yang tidak mendukung aktivitas fisik juga menjadi tantangan pencegahan obesitas. Hal ini membuat masyarakat Indonesia malas bergerak karena banyak hal bisa diselesaikan melalui gawai. Hal-hal itu ditambah dengan kondisi masyarakat yang belum memahami obesitas sebagai penyakit. Padahal, obesitas bisa menyebabkan hipertensi dan memicu diabetes melitus,” tuturnya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Elsye menyampaikan obesitas merupakan kondisi umum berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor kebiasaan makan, kurangnya aktivitas fisik atau pergerakan. Oleh karena itu, gaya hidup sehat menjadi salah satu langkah yang penting untuk menjaga berat badan.

“Umumnya orang tidak sadar terkena obesitas, tetapi gejala awal biasanya badan sering merasa pegal-pegal khususnya di area leher dan pinggang, kondisi itu akan menyebabkan masalah di area postur terutama bagian tulang belakang. Jika sudah begitu, terjadilah cedera di area tulang belakang dan area jaringan lunak seperti otot dan sendi, lama-kelamaan tubuh akan semakin bertambah beratnya,” ujarnya.

Baca juga : Dokter Urologi Anjurkan Deteksi Kanker Prostat Saat Usia 50 Tahun

Elsye menyampaikan kondisi obesitas akan mengundang berbagai penyakit serius seperti diabetes, hipertensi, jantung, hingga penyakit kronis lainnya. Untuk itu, masyarakat harus mengetahui bahwa kunci mencegah obesitas adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat mulai dari pola asupan makan hingga tingkatkan aktivitas fisik.

“Gaya hidup sehat berarti mengkonsumsi minimal 400 gram buah dan sayur segar per hari. Ditambah, menghindari konsumsi alkohol serta garam, gula, dan lemak berlebih. Lalu, menjaga berat badan dan komposisi lemak tubuh yang ideal. Tak lupa, menerapkan hidup aktif dengan berjalan 10.000 langkah setiap hari yang merupakan salah satu bagian dari latihan fisik dan lakukan olahraga secara teratur,” jelasnya.

Dokter Ahli Gizi Komunitas, Tan Shot Yen menjelaskan bahwa salah satu penyebab terbesar dari meningkatnya kasus obesitas adalah adanya konsumsi produk berupa pangan ultra proses (makanan olahan). Dikatakan bahwa produk ultra proses seperti makanan dan minuman dalam kemasan, aneka keripik, serta biskuit, dan lainnya telah menjadi kegemaran banyak orang dna gaya hidup instan yang baru.

Baca juga : Cegah Kanker Pankreas pada Dewasa Muda dengan Hindari Gaya Hidup Sedenter

“Makanan ultra proses ini makanan siap saji atau siap dipanaskan yang sering kali mengandung banyak gula tambahan, natrium, karbohidrat, dan rendah serat, protein, vitamin, juga mineral. Makanan-makanan seperti ini biasanya mengandung gula tambahan, minyak terhidrogenasi, dan penambah rasa, ini penyebab naiknya obesitas,” ungkapnya.

Tan menjelaskan bahwa ultra proses merupakan produk pangan yang diproduksi industri besar, memiliki masa kadaluarsa yang panjang, dan tidak lagi mengandung bahan pangan utuh serta membuat masyarakat kecanduan sehingga harus dihindari. Tan menganjurkan agar masyarakat kembali kepada pangan alami untuk menghindari obesitas.

“Makanan ultra proses umumnya dijual dalam bentuk kemasan yang dapat dikonsumsi kapan dan di mana saja. Sering kali makanan ini mengandung banyak gula tambahan, natrium, karbohidrat, minyak terhidrogenasi, dan isolat protein kedelai. Zat tambahan lain juga berupa pewarna, penstabil warna, pengental, dan penambah rasa,” tandasnya. (Dev/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat