visitaaponce.com

Pemerintah, Akademisi UI, Swasta Bahas Kecerdasan Buatan

Pemerintah, Akademisi UI, Swasta Bahas Kecerdasan Buatan
Ilustrasi.(Freepik)

PEMERINTAH mengadvokasi kepentingan nasional untuk memastikan bahwa pengembangan tata kelola artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memberikan landasan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah pun menyuarakan keprihatinan negara-negara berkembang bahwa diskusi tata kelola AI harus seimbang tidak hanya pada aspek keamanan tetapi juga dampak pada perekonomian. 

Itu disampaikan Wakil Menteri Kemenkominfo Nezar Patria pada seminar komprehensif mengenai kecerdasan buatan (AI) yang digelar Universitas Indonesia (UI) dan perusahaan teknologi internasional Yandex, Rabu (6/3). "Kami berharap dapat mengadakan pertemuan serupa dan diskusi lebih lanjut dengan pemangku kepentingan lain. Mari berkolaborasi untuk meningkatkan ekosistem AI di Indonesia," ucapnya. 

Dalam sambutannya, Direktur UI Advisory Firdaus R. Rony menyampaikan harapannya terhadap kolaborasi Indonesia-Rusia di masa depan di bidang ilmu data dan AI serta menyoroti pentingnya perusahaan lain bersaing di sektor ini selain raksasa teknologi ternama. 

Baca juga : Asisten Virtual AI Talita Revolusi Akses Informasi Internal

Dekan FMIPA UI Prof Alhadi Bustamam mencatat bahwa ada beberapa masalah yang mungkin terjadi di masa depan, termasuk ketergantungan ilmu data pada ketersediaan data, kekhawatiran seputar privasi dan keamanan, dan potensi penyalahgunaan AI. Dia mengeksplorasi cara matematika, ilmu data, dan AI dapat membantu mengatasi tantangan dunia nyata dengan meningkatkan proses pengambilan keputusan, mitigasi risiko, mendeteksi penipuan, dan menganalisis tren untuk perbaikan berkelanjutan.

Di sisi lain, Dosen Fakultas Ilmu Komputer Dr. Muhammad Hilman membahas titik temu antara AI dan high-performance computing (HPC), menyoroti peran klub mahasiswa independen di UI yang terlibat dalam penelitian topik tersebut. "Penelitian kami dengan HPC mencakup simulasi tingkat lanjut, analisis data, dan kolaborasi interdisipliner, serta menarik talenta. Banyak ilmuwan dari seluruh dunia yang ingin datang ke Indonesia untuk melakukan penelitian kolaboratif. Kami bercita-cita untuk menjadi yang terdepan, memanfaatkan sepenuhnya infrastruktur dan kemampuan kami untuk mengelola kumpulan data yang sangat besar dan menstimulasi model kami. Model-model tersebut nanti dapat digunakan di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam dan komputasi," terang Hillman.

VP Strategy Yandex Search Alexander Popovskiy menekankan upaya mencapai keseimbangan antara inovasi serta menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam mengembangkan solusi AI dan pembelajaran mesin. Pendekatan ini, kata Popovskiy, berperan penting dalam membantu Yandex mengembangkan kode etik AI Rusia bersama dengan aliansi AI negara tersebut, lembaga publik, dan komunitas ilmiah.

Sementara itu, Direktur Pengembangan AI Yandex Alexander Krainov memberikan penjelasan rinci tentang sejarah modern AI, mengeksplorasi asal usul jaringan saraf dan AI generatif. Dia menelusuri evolusinya hingga saat diperkenalkannya AlexNet pada 2012 yang menunjukkan kemampuan jaringan saraf dalam melakukan tugas pengenalan gambar serta model pertama yang dapat menghasilkan gambar, musik, dan teks yang semakin tidak dapat dibedakan dari konten buatan manusia.

"Model terbaru seperti DALL-E dan ChatGPT, yang dapat membuat gambar dari deskripsi tekstual dan terlibat dalam percakapan mirip manusia, bukan sekadar program. Mereka ialah bagian dari proses sistematis penemuan, penelitian, dan pengembangan ilmiah. Saat ini, kita melihat semakin banyak inovasi di bidang AI yang membentuk dunia dengan cara yang baru kita pahami," ungkap Alexander Krainov. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat