visitaaponce.com

Kreator Konten Diajak Bicara Soal Isu Lingkungan dan Transisi Energi

Kreator Konten Diajak Bicara Soal Isu Lingkungan dan Transisi Energi
Foto bersama seluruh peserta dan pembicara #xploREtalk: Elevating Eco-Warriors as Digital Storytellers.(MI/HO)

TRANSISI energi yang berkeadilan sejatinya tidak bisa hanya dibebankan ke pemerintah, melainkan butuh partisipasi dari semua pihak dan semua lapisan masyarakat. Meski begitu, membumikan isu lingkungan dan transisi energi ke masyarakat awam memiliki tantangannya tersendiri. Di sinilah pentingnya peran para kreator konten digital dalam mengadvokasikan isu transisi energi agar lebih menarik, mudah dicerna, dan menjangkau lebih banyak orang.

@energibersih.ftw menyelenggarakan lokakarya mini berjudul #xploREtalk ‘Elevating Eco-Warriors as Digital Storytellers’ guna membekali para konten kreator media sosial, yang bergerak di isu lingkungan dan transisi energi, dengan wawasan teknis dan substansi dalam pembuatan konten digital. 

Harapannya, lokakarya ini bisa memperluas jangkauan narasi transisi energi ke audiens baru, khususnya di kelompok usia Gen Z, sekaligus memperkuat narasi dan peliputan isu transisi energi di media.       

Baca juga : Konsisten Dakwah Lewat Sosial Media, Berikut Deretan 8 Selebritas Korea Selatan yang Mualaf

Sebagai salah satu komitmen Indonesia terhadap Persetujuan Paris 2015 untuk membatasi kenaikan suhu 1.5 derajat Celcius, Indonesia telah memulai upaya transisi energi dengan menetapkan target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 nanti. Sayangnya, saat ini, bauran EBT di Indonesia baru mencapai angka 13%-14% atau masih selisih 10% dari target. 

Transisi energi jelas tidak mudah untuk negara sebesar Indonesia, yang notabene menjadi salah satu negara penghasil emisi terbesar, sekaligus negara pengeskpor batu bara terbesar. Ketergantungan kita terhadap energi fosil membuat jalan menuju masa depan energi terbarukan kian terjal. 

Perencana Ahli Muda Sektor Energi dan Ketenagalistrikan, Bappenas Jayanti Maharani menyatakan, "Pemerintah melalui Bappenas sedang menyusun RPJP 2025-2045, termasuk di dalamnya soal rencana transisi energi. Dalam hal ini, pemerintah nantinya akan membutuhkan bantuan dari teman-teman kreator konten selaku campaigner guna memanfaatkan digital platform agar isu transisi bisa sampai ke masyarakat. Karena kalau ngomongin rencana 20 tahun, pasti yang merasakan dampak dari kebijakannya adalah anak-anak mudanya, termasuk misalnya bersihnya udara dan air akibat transisi energi menuju energi terbarukan.” 

Baca juga : Aktivis Lingkungan Karimunjawa Jepara Daniel Frits Maurits Tangkilisan Divonis Tujuh Bulan Penjara

Selain itu, menurut Program Manager CASE Agus Tampubolon, “Energi itu bukan sesuatu yang jauh dari kita semua. Dulu saat terjadi mati listrik di Pulau Jawa, kita bisa ikut merasakan betapa berpengaruhnya listrik terhadap kehidupan kita, itu yang mendasari hampir semua kegiatan kita di era modern. Listrik itu kemudian juga digunakan untuk memproses bahan bakar minyak untuk transportasi. Jadi kita melihat listrik itu sangat penting. Masalahnya adalah, listrik masih dihasilkan dari energi fosil, semakin digunakan, jumlahnya akan semakin berkurang karena tidak terbarukan. Jadi kita mendorong energi fosil digantikan dengan energi terbarukan supaya sampai ke depannya masih bisa menghasilkan energi dan listrik.”

Kabar baiknya, kini semakin banyak orang yang tertarik terhadap topik transisi energi serta energi terbarukan. Exposure terhadap konten terkait energi terbarukan juga semakin tinggi, menunjukkan bahwa adanya rasa keingintahuan dan minat yang meningkat dari khalayak internet. 

Adapun salah satu cara terbaik untuk mengedukasi masyarakat adalah dengan storytelling,  apalagi ketika disampaikan dengan bahasa yang menarik, sederhana, dan bisa dipahami oleh orang awam. Bahkan, cerita itu tidak selalu harus datang dari kita, melainkan bisa juga dari narasumber yang tepat. 

Baca juga : Cara Cek dan Melihat Penghasilan dari TikTok lewat Aplikasi dan Website

Dalam konteks film dokumenter misalnya, CEO Anatman Pictures Mahatma Putra menyatakan, “Kita tidak mesti punya opini, bisa juga dengan mencari orang yang tepat dan menyuarakan suara orang lain. Ada banyak cara menyampaikan opini. Cara yang bagus adalah dengan mendengarkan. Jadi kalau misalnya kita melakukan interview dengan narasumber, penting sekali untuk mendengarkan si subyek dan menyingkirkan segala prekonsepsi yang kita punya.” 

Hal lain yang perlu digarisbawahi yaitu terkait tantangan dalam mengkomunikasikan isu lingkungan dan transisi energi ke masyarakat umum, utamanya karena isunya termasuk rumit dan juga mengandung banyak terminologi asing. 

Maka dari itu, tips dari founder @lyfewithless dan @bersalingsilang, Cynthia Lestari,  adalah untuk, “Selalu memberikan nilai lebih pada setiap konten yang kita produksi. Buatlah konten berkualitas yang pantas untuk dibagikan ke orang lain, yang kita yakin bisa membuat orang lain lebih paham terhadap isu yang coba kita komunikasikan.”  

Baca juga : Mengenal Prinsip Desain Grafis dan 9 Elemen Pendukungnya

Selain sesi pemaparan materi dari kedua narsum, lokakarya #xploREtalk ditutup dengan sesi World Cafe di mana setiap peserta diberikan kesempatan untuk mempraktikkan materi yang didapat di dalam kelompok-kelompok. 

Adapun hasil dari sesi ini berupa outline konten sesuai studi kasus yang kemudian dipresentasikan di depan narasumber dan kelompok lain untuk mendapatkan feedback. 

Di tengah krisis iklim yang semakin genting, isu lingkungan dan transisi energi hendaknya tidak menjadi isu yang eksklusif di beberapa kalangan, melainkan patut diketahui dan melibatkan semua orang. 

Oleh karena itu, mari berlomba-lomba membumikan isu lingkungan dan transisi energi guna mengedukasi semakin banyak orang dan menjadi penggerak di komunitas masing-masing! (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat