visitaaponce.com

Pahami Etika Digital agar Bijak Bersosial Media

Pahami Etika Digital agar Bijak Bersosial Media
Webinar OOTD bertajuk 'Etika Digital, Sederhana tapi Berdampak'.(DOK KEMENKOMINFO)

ETIKA digital menjadi pondasi untuk masyarakat dalam bersosialisasi di media sosial. Ketika masyarakat tidak memiliki etika digital maka akan muncul berbagai masalah digital seperti ujaran kebencian hingga flexing.

Diketahui ujaran kebencian sendiri sudah menjadi fenomena global yang menjadi perhatian serius di berbagai negara termasuk Indonesia. Pasalnya fenomena ini dapat menurunkan harmonasi sosial masyarakat bahkan memicu tindak kekerasan.

Minimnya etika digital dalam bersosial di media daring sayangnya terus terjadi di Tanah Air. Sebut saja, baru-baru ini ada seorang wanita yang mengunggah video yang menertawakan seorang wanita paruh baya di bioskop karena wanita tersebut dianggap berbicara sendiri di depan poster sebuah film.

Baca juga : 5 Tips Penting untuk Menjaga Privasi Chat Whatsapp

Tak lama kemudian, wanita tersebut pun langsung jadi sasaran kebencian netizen. Tak hanya berdampak secara psikologis, dampak buruk dari minimnya etika digital lain juga langsung dirasakan wanita tersebut. Pasalnya dirinya langsung dikeluarkan dari tempat ia bekerja karena dianggap tidak memiliki etika yang baik.

Untuk menanggulangi sejumlah masalah sosial yang muncul karena minimnya etika digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak masyarakat untuk meningkatkan literasi digital lewat webinar Obrol Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk "Etika Digital Sederhana Tapi Berdampak" pada Jumat Malam, 31 Mei 2024. Webinar ini bertujuan untuk memberi pemahaman dan strategi kepada masyarakat dalam bersosial media.

Bicara soal etika digital, tak mungkin lepas dari yang namanya privasi. Privasi dalam literasi digital dibagi menjadi dua, yaitu privasi keamanan digital dan privasi etika digital. Pemahaman terhadap privasi keamanan digital perlu dipahami agar masyarakat tidak jadi korban dari tindak kejahatan yang ada di dunia maya. 

Baca juga : AS Tekan TikTok untuk Putuskan ByteDance atau Dilarang

Tak kalah pentingnya, Ujar Khemal Andrias, CEO Next Generation Indonesia yang menjadi pembicara dalam OOTD tersebut, privasi dalam etika digitasl juga harus dipahami agar masyarakat tidak menjadi pelaku dalam tindak kejahatan di media sosial. 

"Privasi itu adalah sebuah hak yang dimiliki oleh semua orang yang melekat pada suatu individu tertentu. Jika kita paham privasi adalah hak, artinya tidak boleh melanggar batasan privasi tersebut," ujar Khemal. 

Etika digital bukan hanya berlaku untuk para pengunggah konten, namun juga penting diterapkan oleh para netizen yang kerap mengisi kolom komentar orang lain. Hal itu mengingat bahwa sebuah kritikan harusnya disampaikan dengan beretika. Pasalnya setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi kritikan orang lain.

"Gak semua orang kuat untuk menghadapi komen-komen di media sosial. Ada yang langsung stres, ada yang langsung tutup akun ada yang akunnya di private. Komen di media sosial kita segampang itu kan," ujar Tio Utomo Chief Konten Paberik Soera Rakyat yang juga menjadi pembicara dalam OOTD "Etika Digital, Sederhana Tapi Berdampak", Jumat (31/5).

Dari webinar ini terangkum bahwa etika digital dalam bermedia sosial penting diterapkan mulai dari hulu ke hilir, baik itu pembuat konten, hingga penikmat konten. Jika etika digital dapat diterapkan di semua lapisan masyarakat, tujuan Indonesia untuk membentuk masyarakat yang terliterasi digital tentu akan cepat terwujud. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat