visitaaponce.com

Indonesia Kekurangan Arkeolog, BRIN Khawatir Peninggalan Kuno akan Hilang

Indonesia Kekurangan Arkeolog, BRIN Khawatir Peninggalan Kuno akan Hilang
Ilustrasi--Arkeolog dari BPK wilayah XI Jawa Timur mengamati temuan tugu bertuliskan angka tahun 1123 Saka di Kediri, Jawa Timur.(ANTARA/Prasetia Fauzani)

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) khawatir akan kehilangan potensi penemuan peninggalan kuno Indonesia yang jumlahnya masih banyak, akibat keterbatasan arkeolog di Tanah Air.

"Saat ini, kampus yang menyediakan jurusan arkeologi hanya ada enam, baru bisa dihitung dengan dua tangan. Kan menyedihkan, karena Indonesia ini kaya akan peninggalan-peninggalan," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, Kamis (4/7).

Laksana menambahkan peninggalan tersebut bukan hanya peninggalan sejarah Indonesia, namun juga peninggalan sejarah dunia, karena Indonesia merupakan bagian dari peradaban dunia.

Baca juga : Penemuan Fosil Gajah Purba Lengkapi Kepurbakalaan Blora

Ia menilai jumlah arkeolog Indonesia yang ada saat ini sangat kurang jika dibandingkan dengan potensi temuan peninggalan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

"Kurang, bukan hanya untuk BRIN ya, (tapi juga) Indonesia. Indonesia seluas ini ya kan, sebanyak itu potensi arkeologinya yang belum diekskavasi kan, nanti keburu hilang, keburu hancur," ujarnya.

Untuk itu, kata Laksana, pihaknya kini tengah memasifkan berbagai proyek ekskavasi untuk menemukan potensi peninggalan masa lalu di Indonesia, supaya dapat menciptakan aktivitas riset yang dapat memancing perguruan tinggi di Indonesia untuk membuka program studi arkeologi.

Baca juga : Kisah BRIN Menemukan Arca Candi Adan-Adan yang Berserakan di Kediri

Menurutnya, hal tersebut menjadi tanggung jawab BRIN dalam menemukan dan meneliti peninggalan-peninggalan nenek moyang Indonesia, karena Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru bertanggung jawab setelah sebuah penemuan dinyatakan memiliki nilai kebudayaan strategis.

Saat ini, BRIN berkolaborasi dengan Griffith University dan Southern Cross University, Australia berhasil menemukan lukisan gua atau gambar cadas tertua di Indonesia, yang setidaknya berusia 51.200 tahun, yang diharapkan bisa menjadi inspirasi anak muda untuk menjadi arkeolog Indonesia di masa yang akan datang.

"Saat ini sudah ada satu universitas lagi yang akan membuka jurusan arkeologi, Universitas Andalas. Jadi, kami sangat mendukung itu dan mereka akan memanfaatkan platform situs ekskavasinya teman-teman ini, sebagai proses untuk menciptakan mahasiswa dan dosen-dosen baru (bidang arkeologi)," tutur Laksana.

Saat ini hanya ada enam perguruan tinggi yang memiliki program studi arkeologi, yakni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Udayana Bali, Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Universitas Indonesia, Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, serta Universitas Jambi. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat