visitaaponce.com

Berdasarkan Hasil Hitung Cepat, Lula Menangi Pemilu Brasil

Berdasarkan Hasil Hitung Cepat, Lula Menangi Pemilu Brasil
Luiz Inacio Lula da Silva(EVARISTO SA/ AFP)

Luiz Inacio Lula da Silva, memenangi Pemilihan Presiden di Brasill. Otoritas setempat mengonfirmasi, pria berusia 77 tahun itu kembali unggul dari presiden petahana Jair Bolsonaro pada pemilihan putaran  kedua yang digelar 30 Oktober. Menurut lembaga survei Datafolha, dengan 95% suara yang dihitung di negara terbesar Amerika Latin itu, Lula berpeluang besar menang. Hitungan resmi lembaga pemilu menunjukkan pemimpin Partai Buruh itu meraih 50,7% suara, sedangkan Bolsonaro mendapatkan 49,3% suara. Namun penghitungan suara belum rampung.

Lula, sebelumnya juga pernah menjadi presiden di negara Amerika Latin itu pada 2003-2011.  Pada 2018 ia pernah tersandung kasus korupsi namun kemudian Mahkamah Agung membebaskannya setelah semua tuduhan tidak terbukti. "Kita perlu memperbaiki negara ini agar orang-orang Brasil bisa tersenyum lagi," kata Lula yang selama kampanye tak kenal lelah mengunjungi pelosok negerinya untuk memikat pemilihnya, terutama dari kalangan muda.

Pertarungan antara presiden petahana Jair Bolsonaro yang mewakili sayap kanan dan Lula da Silva dari sayap kiri, telah membuat masyarakat itu terpolarisasi dalam ‘Perang Suci’. Pada putaran pertama 2 Oktober lalu, Lula unggul dari Bolsonaro, namun perolehan suaranya belum mencapai 50%.
 
Untuk diketahui, agama memainkan peran yang semakin besar dalam politik di Brasil. Sebuah jajak pendapat Datafolha mengungkapkan sebanyak 59% warga mengatakan agama adalah faktor penting dalam cara mereka memilih. Negara di Amerika Selatan berpenduduk 215 juta orang itu merupakan negara Katolik terbesar di dunia dimana lebih dari separuh penduduknya penganut Katolik. Brasil juga memiliki komunitas Evangelis yang berkembang pesat dan kuat secara politik, yang diperkirakan mencapai hampir sepertiga pemilih.
 
Bolsonaro, seorang Katolik konservatif, telah memupuk hubungan dekat dengan kaum Evangelis dan menjadikan agama sebagai bagian sentral dari kampanye pemilihannya kembali, dengan slogan "Tuhan, negara, keluarga, dan kebebasan."
 
Lula -- juga Katolik, tetapi bukan orang yang sering sesumbar tentang keimanannya. Dia sibuk menepis disinformasi yang menuduhnya merencanakan untuk menutup gereja. Dia kini juga berusaha menenangkan ketakutan kaum Evangelis tentang masalah aborsi yang memecah belah dan persoalan gender. "Membawa agama ke dalam perdebatan politik membuat pekerjaan para kandidat lebih mudah. ​​Ini adalah cara untuk meningkatkan penolakan pemilih terhadap rival politik menggunakan isu-isu dengan daya tarik emosional yang kuat," kata ilmuwan politik Leandro Consentino, dari universitas Insper.
 
Pakar politik Adriano Laureno dari perusahaan konsultan Prospectiva mengatakan "Jika kita berbicara tentang ekonomi, Lula mungkin akan berada dalam posisi yang lebih nyaman." .Analisa Laureno terbukti benar. Lula pun terbukti menang. Apalagi, kepemimpinan Bolsonaro dianggap buruk dalam penanganan ekonomi, kesehatan (Covid-19), perubahan iklim, dan persoalan masyarakat adat.(AFP/M-3)
 
 


Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat