visitaaponce.com

Jerman Ingin Seret Rusia ke Pengadilan Internasional

Jerman Ingin Seret Rusia ke Pengadilan Internasional
Kondisi gedung yang hancur usai dihantam misil milik Rusia di Dnipro, Ukraina.(SERGEI CHUZAVKOV / AFP)

MENTERI Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mendorong pengadilan kriminal internasional (ICC) untuk mengadili para pemimpin Rusia untuk kejahatan perang di Dnipro, Ukraina. Formatnya pengadilan menggunakan hukum Ukraina.

"Kita perlu menyuarakan pesan yang jelas kepada kepemimpinan Rusia di sini, dan sekarang bahwa perang agresi tidak akan dibiarkan begitu saja," ucap Baerbock dalam pidatonya di Akademi Hukum Internasional Den Haag, Belanda, dilansir dari DW, Selasa (17/1).

Seruan tersebut kian berkembang dalam upaya menghukum para pemimpin Rusia atas kejahatan agresi. Hal ini disebabkan, ICC di Den Haag tidak dapat melakukannya karena aturan yang berlaku.

Diplomat ternama Jerman itu mengaku telah berdiskusi dengan Ukraina dan sekutu lainnya mengenai solusi khusus untuk mendapatkan yurisdiksi atau kewenangan dari hukum pidana Ukraina.

"Penting bagi kami untuk memiliki komponen internasional, misalnya, lokasi di luar Ukraina, dengan dukungan keuangan dari mitra dan dengan jaksa dan hakim internasional", tambah Baerbock.

Jika format itu dapat diterapkan, hukum pidana Ukraina digunakan untuk mengadili pejabat Rusia lewat ICC, akan menjadi titik terang untuk keadilan. "Itu akan menjadi format baru." pungkasnya,

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jerman menyatakan Baerbock ingin mendukung Ukraina secara internasional lewat mendirikan pengadilan khusus untuk agresi Rusia di Den Haag.

Baerbock pun menyerukan perubahan undang-undang ICC yang berbasis di Den Haag sehingga pada akhirnya kepemimpinan Rusia dapat diadili atas tindakan agresi.

Baca juga: Serangan Udara Rusia Tewaskan 40 Orang di Dnipro, Ukraina 

ICC sedang melakukan penyelidikan terkait dugaan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Ukraina. Namun, berdasarkan aturan yang diadopsi pada 2018, Rusia yang bukan termasuk anggota, tidak dapat dituntut atas kejahatan agresi yang terpisah.

Saat ini, satu-satunya cara untuk melakukan tuntutan tersebut, yakni melalui rujukan Dewan Keamanan PBB yang kemudian akan diveto oleh Rusia sebagai anggota tetap.

Pada November, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen melontarkan gagasan mengenai pengadilan khusus untuk mengadili para pemimpin Rusia.

Dalam konferensi pers mendatang, Baerbock dan Menteri Luar Negeri Belanda, Wopke Hoekstra akan mengangkat isu anak-anak yang diduga diculik dari Ukraina untuk dibawa ke Rusia.

Baerbock menambahkan bahwa Jerman dan Belanda telah sepakat untuk mempertimbangkan sanksi lebih lanjut oleh Uni Eropa terhadap Rusia terkait masalah tersebut.

"Ini adalah kejahatan tercela," tambah Hoekstra.

Merespons hal ini, para menteri Jerman dan Belanda mengabaikan isu kejahatan itu agar sekutunya mengirimkan tank tempur Leopard, yang sejauh ini ditolak oleh Berlin.

“Tentu saja kita berbicara tentang tank. Kami akan terus melihat apa yang mungkin dilakukan dengan mitra kami,” kata Hoekstra, yang mana negaranya menjual sebagian besar Tank Tempur Leonard pada satu dekade lalu.

Seruan Jerman untuk pengadilan khusus, berawal ketika para pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa serangan akhir pekan Rusia di blok perumahan di Dnipro, yang menewaskan sedikitnya 40 orang, merupakan kejahatan perang.

Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson yang negaranya memegang kursi kepresidenan Uni Eropa, mengutuk serangan mengerikan tersebut.

"Serangan yang disengaja terhadap warga sipil adalah kejahatan perang. Mereka yang bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban", kata Kristersson dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Dewan Eropa, Charles Michel di Stockholm, Swedia.(DW/OL-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat