visitaaponce.com

Di Tengah Cuaca Ekstrem, 7.800 Korban Tewas Gempa Turki Ditemukan

Di Tengah Cuaca Ekstrem, 7.800 Korban Tewas Gempa Turki Ditemukan
Tim penyelamat dan warga sipil mencari korban selamat di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, Turki selatan, sehari setel(AFP/ Adem Altan)

TIM penyelamat di Turki dan Suriah melakukan evakuasi korban gempa bumi di tengah hawa dingin. Hingga hari ketiga, telah tercatat 7.800 korban tewas dari bencana yang terjadi pada Senin (6/2).

Tremor menimbulkan lebih banyak penderitaan di daerah perbatasan Suriah dan Turki. Banyak orang-orang di jalanan daerah terdampak gempa membakar puing-puing untuk menghangatkan badan dan menunggu bantuan internasional.

Kisah lebih tragis, seorang bayi yang baru lahir berhasil diselamatkan hidup-hidup dari puing-puing di Suriah. Kondisinya masih terikat tali pusar ke ibunya yang meninggal karena tertimpa bagunan.

"Kami mendengar suara saat sedang menggali. Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit," kata kerabat bayi itu, Khalil al-Suwadi.

Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya, sisanya tewas di kota Jindayris yang dikuasai pemberontak Suriah. Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo meratakan ribuan bangunan, menjebak sejumlah orang yang tidak diketahui dan berpotensi berdampak pada jutaan orang.

Pusat gempa berada di kota Gaziantep dan Kahramanmaras di Turki. Kehancuran tersebut menyebabkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di 10 provinsi.

Lusinan negara termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, dan Negara-negara Teluk telah berjanji untuk membantu dengan mengirimkan tim pencari serta pasokan bantuan mulai berdatangan melalui udara.

Namun orang-orang di beberapa daerah yang paling terpukul mengatakan mereka merasa harus berjuang sendiri. "Saya tidak bisa mendapatkan saudara saya kembali dari reruntuhan. Saya tidak bisa mendapatkan kembali keponakan saya. Lihat di sekitar sini. Tidak ada pejabat negara di sini, demi Tuhan," kata Ali Sagiroglu di kota Kahramanmaras, Turki.

Badai musim dingin menambah kesengsaraan dengan membuat banyak jalan, beberapa di antaranya rusak akibat gempa, hampir tidak dapat dilalui. Juga mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang membentang berkilo-kilometer di beberapa daerah.

Dinginnya hujan dan salju merupakan risiko baik bagi orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka - yang berlindung di masjid, sekolah atau bahkan halte bus - dan korban selamat yang terkubur di bawah puing-puing.

"Sekarang berpacu dengan waktu," kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dia mengaku WHO telah mengaktifkan jaringan tim medis darurat WHO untuk memberikan perawatan kesehatan penting bagi yang terluka dan paling rentan.

Jumlah korban terbaru menunjukkan 5.894 orang tewas di Turki dan 1.932 di Suriah, dengan total 7.826. Terdapat kekhawatiran bahwa jumlah korban akan terus meningkat, dengan pejabat WHO memperkirakan hingga 20.000 orang mungkin telah meninggal.

WHO memperingatkan hingga 23 juta orang dapat terkena dampak gempa besar dan mendesak negara-negara untuk segera memberikan bantuan ke zona bencana. Bulan Sabit Merah Suriah mengimbau negara-negara Barat untuk mencabut sanksi dan memberikan bantuan karena pemerintahan Presiden Bashar al-Assad tetap menjadi paria di Barat, mempersulit upaya bantuan internasional.

Badan kebudayaan PBB, UNESCO, juga mengatakan siap memberikan bantuan setelah dua situs yang terdaftar dalam daftar Warisan Dunia di Suriah dan Turki mengalami kerusakan.

Selain kerusakan kota tua Aleppo dan benteng di kota Diyarbakir, Turki tenggara, UNESCO mengatakan setidaknya tiga situs Warisan Dunia lainnya dapat terpengaruh. Sebagian besar wilayah yang dilanda gempa di Suriah utara telah dihancurkan oleh perang bertahun-tahun dan pengeboman udara oleh pasukan Suriah dan Rusia yang menghancurkan rumah, rumah sakit, dan klinik.

Penduduk di kota Jandairis yang dilanda gempa di Suriah utara menggunakan tangan kosong untuk mencari korban selamat. "Seluruh keluarga saya ada di bawah sana, putra saya, putri saya, menantu saya. Tidak ada orang lain yang bisa mengeluarkan mereka," kata Ali Battal, pria berusia 60-an itu.

Kementerian kesehatan Suriah melaporkan kerusakan di seluruh provinsi Aleppo, Latakia, Hama dan Tartus, tempat Rusia menyewa fasilitas angkatan laut. (AFP/OL-13)

Baca Juga: KBRI Ankara: Beberapa WNI masih Dalam Pencarian Pascagempa

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat