Berkunjung ke Tiongkok, Presiden Brasil Bawa Agenda Mediasi Ukraina
![Berkunjung ke Tiongkok, Presiden Brasil Bawa Agenda Mediasi Ukraina](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/04/8406aa7462fd99a075ab7b1938b904ac.jpg)
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, akan bertemu dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Xi Jinping di Beijing. Salah satu agendanya untuk mendiskusikan perdagangan dan mediasi Ukraina. Dia melawat setelah berhasil mengatasi penyakit radang paru-paru yang memaksanya untuk menunda perjalanan.
Dalam kunjungan bilateralnya, Lula berharap Brasil bisa mendapatkan perannya di panggung geopolitik dunia pasca periode isolasi di bawah pendahulunya yang beraliran sayap kanan, Jair Bolsonaro. Lula diperkirakan akan tiba di Tiongkok pada hari Selasa waktu setempat. Kunjungan Lula ke Tiongkok awalnya dilakukan pada 25-30 Maret lalu.
"Mereka akan berbicara mengenai perang di Ukraina," kata Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Vieira kepada para wartawan.
Baca juga : Xi dan Macron Sepakat Pererat Kemitraan Tiongkok-Prancis
Lula berharap dapat mempromosikan proposalnya untuk melakukan pembicaraan terkait mediasi untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina. Pada saat Lula kembali ke negaranya, sebuah kelompok negara mediator akan terbentuk nantinya.
Baca juga : Media Tiongkok Silang Pendapat soal Kebenaran Perang Ukraina-Rusia
Lula, yang telah dua kali menjadi presiden Brasil sebelumnya, ingin memposisikan raksasa Amerika Selatan ini sebagai penengah, seperti yang ia lakukan pada masa jabatannya yang kedua, yang berakhir pada tahun 2010, selama diskusi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat.
Namun, reputasi diplomatiknya memburuk tahun lalu ketika ia dikecam karena mengklaim bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertanggung jawab atas perang seperti halnya mitranya dari Rusia, Vladimir Putin.
Dia juga menolak untuk bergabung dengan negara-negara Barat dalam mengirimkan senjata ke Ukraina untuk membantu pertahanannya.
Dan pada hari Kamis, ketika Lula mengatakan bahwa Putin tidak dapat mempertahankan wilayah Ukraina dia mengkualifikasikan pernyataan tersebut dengan bersikeras bahwa Zelensky tidak dapat menginginkan segalanya.
Dia juga menyarankan agar Kyiv melepaskan klaimnya atas Krimea, yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014.
"Tidak ada alasan hukum, politik, atau moral mengapa Ukraina harus menyerahkan bahkan satu sentimeter pun dari tanahnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleg Nikolenko di Twitter. (AFP/Z-8)
Terkini Lainnya
Presiden Rusia Vladimir Putin Tiba di Beijing
Macron dan Xi Jinping akan Bahas Upaya Gencatan Senjata selama Olimpiade Paris 2024
Lewat Telepon, Joe Biden dan Xi Jinping Bahas TikTok
Prabowo Subianto Penuhi Undangan Bertemu Xi Jinping di Beijing
KTT APEC Keluarkan Deklarasi Serukan Akhiri Invasi Rusia di Ukraina
Pengamat: Rusia Ditekan Barat dan Dimanfaatkan Tiongkok
Kecelakaan Roket Tianlong-3 Saat Uji Coba di Darat, Tidak Ada Korban Cedera
Cegah Barang Ilegal, Kebijakan Bea Masuk 200% Perlu Diikuti Penegakan Hukum
Asosiasi Dorong Pemerintah Setop Impor TPT dari Tiongkok
Rugi hingga Ratusan Miliar, 800 WNI Menjadi Korban Penipuan Online WN Tiongkok
Pesanan 2.000 Ekskavator Haji Isam Terbesar di Dunia, Tanda Kemajuan Pertanian Indonesia
Ditjen Bina Adwil Eksplorasi Kerja Sama Indonesia-Tiongkok dalam Penanggulangan Kebakaran di Guangzhou
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap