Orangtua Tentara AS Ungkap Kegagalan Evakuasi di Kabul
PEMIMPIN senior kelompok Negara Islam (IS) yang mendalangi pengeboman di luar bandara di Kabul, Afghanistan melakukan aksi bunuh diri pada Agustus 2021.
Insiden bom bunuh diri pemimpin IS tersebut menewaskan 13 anggota tentara Amerika Serikat (AS) dan sekitar 170 warga Afghanistan.
Pernyataan itu dituturkan Darin Hoover, ayah seorang Marinir AS, Darin Taylor Hoover yang tewas dalam serangan itu dan mendengarkan informasi tersebut dari pejabat militer AS.
Baca juga: Taliban Tahan 3 Warga Inggris
Selama akhir pekan ini, militer AS mulai memberi tahu keluarga dari 11 Marinir, pelaut dan tentara yang tewas dalam ledakan di Gerbang Abbey tersebut saat penarikan AS dari Afghanistan.
Pemimpin IS yang identitasnya belum dirilis, tewas di Afghanistan selatan pada awal April 2021 saat Taliban melakukan serangkaian operasi melawan kelompok tersebut.
Taliban pada saat itu tidak mengetahui identitas orang yang mereka bunuh, tambah pejabat militer AS.
Baca juga: Ulama Top Taliban Tewas akibat Bom Bunuh Diri
Darin mengatakan petinggi Marinir hanya memberikan informasi terbatas kepadanya pada Selasa (25/4) dan tidak mengidentifikasi pemimpin IS. Darin adalah salah satu dari 12 keluarga korban insiden tersebut dan membuat perhimpunan bernama Gold Star.
Isu ini mencuat di grup tersebut dalam grup media sotal yang dibuat Cheryl Rex, ibu dari Marine Lance Cpl. Dylan Merola, yang juga tewas dalam ledakan itu.
Rex, yang telah menjadi pengkritik vokal terhadap penanganan penarikan oleh pemerintahan Biden, mengatakan bahwa melalui grup itu mereka diberitahu tentang pembunuhan itu saat mereka menunggu konfirmasi resmi dari pejabat militer AS.
Baca juga: Biden Janji akan Buru Pelaku Bom Bunuh Diri di Kabul
Sementara Darin mengatakan dia dan ibu putranya, Kelly Henson, telah menghabiskan satu setengah tahun terakhir berduka atas kematian sersan staf Korps Marinir berusia 31 tahun dan berdoa untuk pertanggungjawaban dari pemerintahan Biden.
Pembunuhan anggota kelompok IS tak dikenal, kata Hoover, tidak membantu keluarga korban.
"Apa pun yang terjadi, itu tidak akan mengembalikan Taylor dan saya mengerti itu. Tentang satu-satunya hal yang dapat saya dan ibunya lakukan sekarang adalah menjadi advokat untuknya," ujar Darin.
"Yang kami inginkan hanyalah kebenaran. Dan kami tidak mendapatkannya. Itu bagian yang membuat frustrasi," kata Darin.
Putranya dan anggota militer lainnya yang gugur pada 26 Agustus 2021 saat dievakuasi dari Afghanistan. Ledakan di Abbey Gate terjadi beberapa jam setelah pejabat Barat memperingatkan potensi serangan besar dan mendesak orang untuk meninggalkan bandara tersebut.
Baca juga: Ledakan Besar Guncang Bandara Afghanistan Timbulkan Korban
Tetapi nasihat itu sebagian besar tidak diindahkan oleh warga Afghanistan yang putus asa untuk melarikan diri dari negara itu dalam beberapa hari terakhir evakuasi yang dipimpin Amerika dan mengakhiri kehadirannya selama 20 tahun.
Cabang IS yang berbasis di Afghanistan, dengan 4.000 anggota adalah musuh utama Taliban.
Kelompok tersebut terus melakukan serangan di Afghanistan sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban.
Setelah pemerintahan AS era Donald Trump mencapai kesepakatan pada 2020 dengan Taliban untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan.
Kesepakatan itu direalisasikan oleh pemerintahan Biden pada 2021 dengan penarikan pasukan. Taliban memiliki harapan mendapatkan pengakuan internasional dan bantuan untuk penduduk miskin.
Tetapi hubungan antara AS dan Taliban telah memburuk secara signifikan sejak mereka memberlakukan tindakan baru yang kejam dengan melarang anak perempuan dari sekolah dan mengecualikan perempuan dari bekerja untuk lembaga bantuan dan kesehatan internasional.
Namun, jalur komunikasi masih terjalin antara kedua belah pihak, yang dipimpin oleh utusan khusus AS untuk Afghanistan, Tom West.
Kontak Barat terutama dengan pejabat Taliban di Kabul dan bukan dengan sayap ideologis kelompok yang berbasis di Kandahar.
Penarikan pasukan AS pada Agustus 2021 menyebabkan keruntuhan cepat pemerintah dan militer Afghanistan, yang telah didukung AS selama hampir dua dekade, dan kembali berkuasanya Taliban. (AFP/Cah/S-4)
Terkini Lainnya
Yenny Santoso Raih Runner-Up 1 Mrs Globe
AS Laporkan Kasus Flu Burung Keempat
Rupiah Menguat ke Rentang 16.200 per Dolar AS
IHSG Menguat Gapai 7.250, Suku Bunga AS Mungkin Dipangkas September
Gagasan Hamas Soal Gencatan Senjata Disambut Positif Israel
Rupiah Menguat Seiring Gejolak Spekulasi Suku Bunga AS Turun
Anggota KPU: Jangan Kaitkan Keluarga Hasyim Asy'ari dengan Putusan DKPP
Skandal Asusila, KPU Minta Keluarga Hasyim tidak Disangkutpautkan
Anak dan Ibu Rebutan Harta Warisan, PN Karawang: Baiknya Damai Saja
Studi HCC: 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom Shaming
Family Office di Indonesia, Sandiaga: Sifatnya Peluang Dana Tambahan
Joe Biden Bertemu Keluarga di Camp David untuk Bahas Masa Depan
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap