visitaaponce.com

Menteri Luar Negeri Iran Akhiri Kunjungan Teluk Arab di UEA

Menteri Luar Negeri Iran Akhiri Kunjungan Teluk Arab di UEA
Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed al-Nahyan (kanan) bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian di Abu Dhabi.(AFP/Ryan Carter.)

MENTERI Luar Negeri Iran pada Kamis (22/6) mengakhiri perjalanan tiga hari ke tetangga Teluk Arab di Uni Emirat Arab (UEA). Dia mengadakan pembicaraan dengan presiden negara itu.

Kunjungan Hossein Amir-Abdollahian ke UEA mengikuti kunjungan di Qatar, Kuwait, dan Oman. Perjalanan terbaru dari serangkaian langkah diplomatik Teheran ini berusaha mengurangi isolasi, meningkatkan ekonominya, dan memproyeksikan kekuatan.

Pada Kamis, ia membahas hubungan bilateral dan cara untuk meningkatkan kerja sama dalam pertemuan dengan Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan di Abu Dhabi. Ini dilaporkan kantor berita resmi WAM.

Baca juga: Chronicle Sebut Universitas Inggris Bantu Iran terkait Drone, Sunak Menjawab

Amir-Abdollahian menyampaikan undangan dari Presiden Ebrahim Raisi untuk kunjungan Sheikh Mohammed, kata Kementerian Luar Negeri Iran. Dia kemudian bertemu dengan timpalannya dari Emirat, Sheikh Abdullah bin Zayed, yang menekankan, "Pentingnya membangun pendekatan internasional untuk tindakan multilateral berdasarkan kerja sama dan kemitraan," kata WAM. Selama kunjungan tersebut, Iran dan UEA juga menandatangani kesepakatan untuk memperluas layanan transportasi udara antara kedua negara dan meningkatkan peluang perdagangan dan pariwisata.

Negara-negara Teluk Arab berusaha meredakan ketegangan dengan Iran yang dipicu dalam beberapa tahun terakhir oleh konflik di Yaman dan Suriah. Dalam perubahan dramatis, Tiongkok menengahi kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi pada Maret untuk memulihkan hubungan setelah putus selama bertahun-tahun.

Baca juga: Jihad Islam, Hamas Pergi ke Iran saat Israel Serang Palestina

Kegiatan nuklir Iran juga merupakan masalah yang menjadi perhatian bersama, karena Teheran berusaha menghidupkan kembali kesepakatan 2015 dengan negara-negara besar yang memberikan keringanan sanksi dengan imbalan pembatasan yang bertujuan mencegahnya memperoleh kemampuan senjata. Ambisi yang selalu ditolak Iran.

Iran mengatakan pekan lalu telah terlibat dalam negosiasi tidak langsung dengan Amerika Serikat melalui Oman. Masalah nuklir, sanksi AS, dan kemungkinan pertukaran tahanan ada dalam agenda itu. Keesokan hari, negosiator nuklir Iran, Ali Bagheri Kani, mengatakan dia telah bertemu dengan diplomat dari tiga negara Eropa di Abu Dhabi untuk membahas sejumlah masalah, termasuk kegiatan nuklir negaranya.

Pada 2018, Amerika Serikat di bawah presiden saat itu Donald Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir. Ini mendorong Iran mundur dari komitmennya setahun kemudian, termasuk dengan meningkatkan pengayaan uraniumnya. Administrasi Presiden AS Joe Biden meluncurkan pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan pada 2021, tetapi proses tersebut terhenti di tengah negosiasi yang berlangsung terus-menerus. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat