visitaaponce.com

Taliban Tutup Semua Salon Kecantikan di Afghanistan

Taliban Tutup Semua Salon Kecantikan di Afghanistan
Dua perempuan Afghanistan melintas di depan salah satu salon kecantikan di Kabul, Selasa (4/7).(AFP/WAKIL KOHSAR)

OTORITAS Taliban Afghanistan telah memerintahkan salon-salon kecantikan di seluruh negeri untuk ditutup dalam waktu satu bulan ke depan. Wakil kementerian mengkonfirmasi kabar tersebut pada Selasa, 4 Juli 2023.

"Pembatasan terbaru untuk menekan perempuan keluar dari kehidupan publik," sebut kementerian.

Otomatis, perintah tersebut akan memaksa penutupan ribuan bisnis yang dijalankan oleh perempuan, bahkan mungkin menjadi satu-satunya sumber pendapatan rumah tangga mereka.

Baca juga : Staf Perempuan PBB Dilarang Bekerja di Afghanistan

Hal ini juga menambah daftar larangan kepada perempuan Afghanistan, memperkecil kesempatan yang tersisa bagi mereka untuk bersosialisasi jauh dari rumah.

"Saya pikir akan lebih baik jika perempuan sama sekali tidak ada dalam masyarakat ini," kata seorang perempuan yang juga manajer panti asuhan di Kabul, Selasa (4/7).

Baca juga : Pendiri Proyek Pendidikan Anak Perempuan Afghanistan Ditangkap

Dengan makin sempitnya gerak perempuan, ia bahkan berharap tidak lahir di negara tersebut.

"Saya mengatakan ini sekarang: Saya berharap saya tidak ada. Saya berharap kami tidak lahir di Afghanistan, atau bukan dari Afghanistan," imbuhnya.

Sejak merebut kekuasaan pada Agustus 2021 lalu, pemerintah Taliban telah melarang anak perempuan dan perempuan dari sekolah menengah dan universitas, melarang mereka dari taman, pasar malam, dan pusat kebugaran, dan memerintahkan mereka untuk menutupi diri di depan umum.

Sebagian besar perempuan juga dilarang bekerja untuk PBB atau LSM, dan ribuan telah dipecat dari pekerjaan pemerintah atau dibayar untuk tinggal di rumah.

Mohammad Sadeq Akif Muhajir, juru bicara Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, tidak mau mengatakan mengapa perintah itu diberikan.

"Begitu ditutup maka kami akan membagikan alasannya kepada media," katanya kepada AFP.

Dia mengatakan bisnis telah diberi waktu untuk menutup urusan mereka sehingga mereka dapat menggunakan stok mereka tanpa menimbulkan kerugian.

Salinan perintah yang dilihat oleh AFP mengatakan itu berdasarkan instruksi lisan dari pemimpin tertinggi mereka, yaitu Hibatullah Akhundzada.

 

Bisnis dan gosip

Di Afghanistan, salon-salon kecantikan menjamur selama 20 tahun diduduki oleh Amerika Serikat. Salon kecantikan dipandang sebagai tempat yang aman untuk berkumpul dan bersosialisasi jauh dari laki-laki dan memberikan peluang bisnis penting bagi perempuan.

"Perempuan biasa ngobrol, gosip. Tidak ada perkelahian di sini, tidak ada keributan," kata seorang pekerja salon yang meminta identitasnya disebut Neelab.

“Ketika kami melihat beberapa wajah bahagia dan aktif di sini, kami juga merasa segar. Salon memiliki peran yang sangat penting, tempat ini membuat kami merasa nyaman.”

Manajer salon lainnya mengatakan dia mempekerjakan 25 wanita yang semuanya mencari nafkah untuk keluarga mereka.

"Semuanya patah hati... apa yang harus mereka lakukan?" dia berkata.

"Tempat ini adalah satu-satunya tempat yang tersisa bagi perempuan untuk mencari nafkah sendiri dan mereka juga ingin mengambilnya," kata Raha, seorang siswa berusia 24 tahu yang mengunjungi salon untuk makeover sebelum pesta pertunangannya.

"Ini pertanyaan bagi kita semua - mengapa mereka melakukannya? Untuk alasan apa?" cetusnya.


Laporan PBB

Sebuah laporan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB pekan lalu oleh Richard Bennett, pelapor khusus untuk Afghanistan, mengatakan apa yang dialami kaum perempuan dan anak perempuan di Afghanistan termasuk yang terburuk di dunia.

“Diskriminasi yang parah, sistematis, dan terlembagakan terhadap perempuan dan anak perempuan adalah inti dari ideologi dan aturan Taliban, yang juga menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka mungkin bertanggung jawab atas apartheid gender,” kata Bennett.

Wakil Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Nada Al-Nashif mengatakan, selama 22 bulan terakhir, setiap aspek kehidupan perempuan dan anak perempuan telah dibatasi."

"Mereka didiskriminasi dalam segala hal."

Selama kepemimpinannya, Hibatullah Akhundzada jarang muncul di depan umum mengatakan, bulan lalu perempuan Afghanistan diselamatkan dari penindasan tradisional dengan penerapan pemerintahan Islam dan status mereka sebagai manusia yang bebas dan bermartabat dipulihkan.

Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan yang menandai hari raya Idul Adha bahwa langkah-langkah telah diambil untuk memberi perempuan kehidupan yang nyaman dan sejahtera menurut Syariah Islam. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat