Pendiri Proyek Pendidikan Anak Perempuan Afghanistan Ditangkap
![Pendiri Proyek Pendidikan Anak Perempuan Afghanistan Ditangkap](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/03/03700b46af77b73c768bc5b20b60245a.jpg)
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan seorang pendiri sebuah proyek yang mengkampanyekan pendidikan anak perempuan di Afghanistan telah ditahan oleh pihak berwenang Taliban di Kabul.
Pemerintah Taliban tahun lalu melarang anak perempuan untuk bersekolah di sekolah menengah, sehingga menjadikan Afghanistan sebagai satu-satunya negara di dunia yang menerapkan larangan pendidikan.
"Matiullah Wesa, kepala PenPath dan advokat untuk pendidikan anak perempuan, ditangkap di Kabul pada hari Senin," tulis misi PBB di Afghanistan di Twitter, Selasa, (28/3).
Baca juga: PBB Kecam Penghapusan Pendidikan bagi Perempuan di Afghanistan
Saudara laki-laki Wesa mengkonfirmasi penangkapannya. Menurutnya, ia ditangkap di luar sebuah masjid setelah salat pada Senin malam.
"Matiullah telah menyelesaikan shalatnya dan keluar dari masjid ketika dia dihentikan oleh beberapa pria dengan dua kendaraan. Ketika Matiullah meminta kartu identitas mereka, mereka memukulinya dan dengan paksa membawanya pergi," ujar Samiullah Wesa kepada AFP.
Baca juga: Sekolah di Afghanistan Kosong saat Tahun Ajaran Baru Dimulai. Kok Bisa?
Organisasi yang didirikan Matiullah telah lama mendedikasikan dirinya untuk mengkomunikasikan pentingnya pendidikan anak perempuan kepada para tetua desa. Sejak pelarangan sekolah menengah untuk anak perempuan, Wesa terus mengunjungi daerah-daerah terpencil untuk menggalang dukungan dari penduduk setempat.
"Kami menghitung jam, menit, dan detik untuk pembukaan sekolah anak perempuan. Kerusakan yang disebabkan oleh penutupan sekolah tidak dapat dipulihkan dan tidak dapat disangkal," ia menulis di Twitter minggu lalu saat tahun ajaran baru dimulai di Afghanistan.
"Kami telah mengadakan pertemuan dengan penduduk setempat dan kami akan melanjutkan protes kami jika sekolah-sekolah tetap ditutup,” tambahnya.
Taliban telah memberlakukan interpretasi Islam yang keras sejak kembali berkuasa pada Agustus 2021, setelah penarikan pasukan AS dan NATO yang mendukung pemerintah sebelumnya.
Para pemimpin Taliban telah berulang kali menyatakan bahwa mereka akan membuka kembali sekolah untuk anak perempuan setelah persyaratan tertentu dipenuhi. Saat ini mereka tidak memiliki dana dan waktu untuk merombak silabus sesuai dengan ajaran Islam. (Z-9)
Terkini Lainnya
Menlu Retno Marsudi Hadiri Pertemuan Doha III Bahas Ekonomi Afghanistan
Indonesia dan PBB Bahas Afghanistan
Taliban Keberatan Dicap Represif oleh PBB
PBB Kecam Penghapusan Pendidikan bagi Perempuan di Afghanistan
BBC Bongkar Kekejian Tentara Inggris Bunuh 54 Tahanan Afghanistan
Respons Hamas Atas Taliban yang Menguasai Afghanistan
Wapres Tegaskan Indonesia Mendukung Penuh Upaya Gencatan Senjata di Palestina
Biro Komite Palestina PBB Temui Wapres Ma'ruf, Sampaikan 3 Poin Penting
Biro Komite Palestina PBB Berencana Bertemu Prabowo Subianto
Wapres Terima Audiensi Biro Komite Palestina PBB
PBB Kecam Perlakuan Buruk Israel terhadap Tahanan Palestina
PBB Desak Dunia Sadar Soal Kekejaman di Gaza
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap